46 pengetahuan. Sebagai suatu sistem, kawasan agropolitan terdiri dari sub-sistem
sub-sistem pengembangan, antara lain : a sub-sistem pengembangan sumberdaya manusia, b sub-sistem pengembangan sumberdaya alam, c sub-sistem
pengembangan tata ruang, d sub-sistem pengembangan permukiman, e sub- sistem pengembangan usahatani, f sub-sistem pengembangan infrastruktur, g
sub-sistem pengembangan teknologi dan informasi, h sub-sistem pengembangan permodalan, dan i sub-sistem pengembangan kelembagaan. Sub-sistem sub-
sistem pengembangan di kawasan agropolitan disajikan pada Gambar 14.
sektor- sektor
terkait
sektor- sektor
terkait
INFRASTRUKTUR sebagai aspek penggerak sektor lain PENGEMBANGAN
KAWASAN AGROPOLITAN
MANDIRI SUMBERDAYA MANUSIA
SUMBERDAYA ALAM PERMUKIMAN
TATA RUANG
KELEMBAGAAN PERMODALAN
TEKNOLOGI USAHATANI
Gambar 14 Kawasan agropolitan sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub- sistem sub-sistem pengembangan.
2.7 Pendekatan Sistem
Sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu
Manetsch dan Park 1977 dalam Hartrisari 2007. Pendekatan sistem adalah pendekatan terpadu yang memandang suatu objek atau masalah yang kompleks
dan bersifat antar disiplin sebagai bagian dari sistem. Pendekatan sistem menggali elemen-elemen terpenting yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap
tujuan sistem. Menurut Marimin 2005b pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisa organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik
tolak analisa. Pendekatan sistem sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan
47 permasalahan-permasalahan yang kompleks di kawasan agropolitan.
Kompleksitas permasalahan yang ada di kawasan agropolitan yang saling terkait dan saling mempengaruhi, jika upaya pemecahan masalahnya dilakukan dengan
cara parsial, maka upaya untuk menunjang pengembangan kawasan agropolitan menjadi kawasan agropolitan mandiri akan sulit untuk diwujudkan di lapangan.
Pendekatan sistem yang merupakan upaya penyelesaian yang bersifat menyeluruh holistik, memfokuskan pada integrasi dan keterkaitan antar komponen. Menurut
Jackson 2000 metodologi yang digunakan dalam pendekatan sistem bisa berupa Hard Systems Thinking HST,
maupun Soft Systems Methodology SSM. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Eriyatno dan Sofyar 2007 metodologi sistem dapat
dibagi dua yaitu Hard Systems Methodology HSM, maupun Soft Systems Methodology
SSM. Kedua metode ini akan digabungkan dalam penelitian ini menjadi suatu kesatuan sistem pengembangan KAMM menuju kawasan
agropolitan mandiri. HSM akan terdiri dari berbagai metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang berkaitan dengan fisik, lahan, hidrologi, sosial
ekonomi, dan sosial budaya. Sementara SSM akan difokuskan pada metode pengumpulan dan analisis pendapat pakar expert survey dan stakeholders yang
berkaitan dengan pemilihan alternatif dalam pembangunan infrastruktur KAMM. SSM lebih mengarah pada model yang bisa menghasilkan perancangan dan
skenario.
2.8 Model
Model merupakan penyederhanaan sistem. Karena sistem sangat kompleks, tidak mungkin membuat model yang dapat menggambarkan seluruh proses yang
terjadi dalam sistem. Model disusun dan digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hampir tidak mungkin untuk bekerja pada
keadaan sebenarnya. Model kuantitatif menggunakan persamaan matematika untuk menggambarkan keterkaitan antar komponen sistem dapat bersifat statik
maupun dinamik. Hanya model yang bersifat kuantitatif yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi. Model dinamik menggambarkan proses perubahan
yang terjadi dari waktu ke waktu. Simulasi yang menggunakan model dinamik dapat memberikan penjelasan tentang proses yang terjadi dalam sistem