Persyaratan Kawasan Agropolitan Kawasan Agropolitan

38 4 Balai Penyuluhan Pertanian BPP yang berfungsi sebagai klinik konsultasi agribisnis KKA yakni sebagai sumber informasi agribisnis, tempat percontohan usaha agribisnis, dan pusat pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha agribisnis yang lebih efisien dan menguntungkan. Dalam pengembangan kawasan agropolitan ini BPP perlu diarahkan menjadi Balai Penyuluhan Pembangunan Terpadu dimana BPP ini merupakan basis penyuluhan bagi para penyuluh dan petugas yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan dan penyuluh swakarsa seperti kontak tanipetani maju, tokoh masyarakat, dan lain-lain. 5 Percobaanpengkajian teknologi agribisnis, untuk mengembangkan teknologi tepat guna yang cocok untuk daerah kawasan agropolitan. 6 Jaringan jalan yang memadai dan aksessibilitas dengan daerah lainnya serta sarana irigasi, yang kesemuanya untuk mendukung usaha pertanian agribisnis yang efisien. c. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain. d. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial masyarakat yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dan lain-lain. e. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan dan desa yang terjamin. Jika suatu kawasan agropolitan dinyatakan sudah berkembang, baik berkembang karena dukungan fasilitasi pemerintah maupun berkembang atas kemandirian pemerintah daerah dan masyarakatnya sendiri, maka ciri-ciri kawasan agropolitan tersebut pada umumnya sebagai berikut : a. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian agribisnis. b. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian agribisnis, termasuk di dalamnya usaha industri pengolahan pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor, perdagangan agribisnis hulu sarana pertanian dan permodalan, agrowisata dan jasa pelayanan. 39 c. Hubungan antara kota-desa hinterland-nya bersifat interdependensihubungan timbal balik yang harmonis dan saling membutuhkan, dimana kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya on farm dan produk olahan skala rumah tangga off farm. Sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi dan informasi, pengolahan hasil dan pemasaran hasil produksiproduksi pertanian. d. Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan mirip dengan suasana kota karena keadaan sarana yang ada di kawasan agropolitan tidak jauh beda dengan di kota.

2.5. Pembangunan Berkelanjutan, Pertanian Berkelanjutan, dan Infrastruktur Berkelanjutan

2.5.1 Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan sustainable development menurut Bruntland 1987, dan laporan World Commision on Environment and Development WCED dalam Our Common Future, menyatakan “sustainable development is development which meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs ”. Pada prinsipnya adalah bahwa kebutuhan untuk memperbaiki kualitas hidup penduduk saat ini dengan kebutuhan untuk memelihara atau meningkatkan sumberdaya alam sehingga penduduk yang akan datang pada saatnya juga mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidupnya sesuai dengan kebutuhan. Prinsip keberlanjutan adalah non declining dimana akan ada pemerataan antar generasi intergenerational equity sehingga setiap orang pada prinsipnya perlu menjaga keseimbangan lingkungan habitat nya. Alam pada dasarnya sudah mempunyai sistem sendiri untuk menyehatkan lingkungan, sebagai bagian dari sistem hukum alam. Namun sistem ini bisa terganggu kerjanya karena perilaku dan kegiatan manusia yang bertentangan. Sedangkan menurut Djajadiningrat 2004, pembangunan berkelanjutan tidak lain adalah bagaimana menyelenggarakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang. Di 40 dalamnya terkandung dua gagasan penting : gagasan “kebutuhan” yaitu kebutuhan esensial yang memberlanjutkan kehidupan manusia, dan gagasan “keterbatasan” yaitu yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan. Prinsip dasar setiap elemen pembangunan berkelanjutan diuraikan menjadi empat hal, yaitu : 1 pembangunan berkelanjutan menjamin pemerataan dan keadilan sosial, 2 pembangunan berkelanjutan menghargai keanekaragaman diversity, 3 pembangunan berkelanjutan menggunakan pendekatan integratif, dan 4 pembangunan berkelanjutan meminta perspektif jangka panjang. Bosshard, 2000, mengemukakan bahwa pendekatan secara komprehensif menuju pembangunan berkelanjutan harus mempertimbangkan lima prinsip kriteria, yaitu : 1 abiotik lingkungan, 2 biotik lingkungan, 3 nilai-nilai budaya, 4 sosiologi, dan 5 ekonomi. Dalam hubungannya untuk memproteksi lingkungan, maka konsekwensi intervensi manusia dalam pemanfaatan dan manipulasi sumberdaya lingkungan harus diantisipasi. Jika hal ini tidak dilakukan maka dapat mengakibatkan degradasi lingkungan yang akan merongrong pembangunan ekonomi. Selanjutnya, sebagai konsep pembangunan yang berkelanjutan dan lingkungan yang baik, maka harus dapat memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi tuntutan generasi mendatang dalam mencukupi kebutuhannya sendiri Meyer dan Harger, 1996. Pemahaman lain terhadap konsep berkelanjutan dikemukakan oleh Roderic dan Mappem 1997, bahwa berkelanjutan memerlukan pengelolaan tentang : 1 skala keberlanjutan ekonomi terhadap dukungan sistem ekologi, 2 pembagian distribusi sumberdaya dan kesempatan antara generasi sekarang dan generasi yang akan datang secara berimbangadil, dan 3 efisiensi dalam pengalokasian sumberdaya. Kriteria pembangunan berkelanjutan Comhar 2007, adalah adanya kesetaraan equity, masa mendatang futurity, valuasi lingkungan environmental valuation . Sedangkan pokok-pokok pembangunan berkelanjutan terdiri dari 7 pokok yang dijabarkan ke dalam 12 prinsip, yaitu: 1. Pemenuhan kebutuhan manusia melalui penggunaan sumber daya efisien; a. Minimalisasi penggunaan sumber daya tak-terbarukan.