Pembiayaan Infrastruktur KAMM Analisis Model Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan KAMM .1 Analisis Kebutuhan
211
211 sehingga pembiayaan pengembangan kawasan agropolitan pada prinsipnya juga
bersifat multi finance, yang dibiayai secara bersama antara pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten, swasta dan masyarakat. Kesepakatan pembiayaan
pengembangan kawasan agropolitan secara keseluruhan dalam jangka panjang dituangkan dalam master plan kawasan agropolitan, sedangkan kesepakatan
pembiayaan masing-masing sektor dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah RPJM, sedangkan kesepakatan rencana pembiayaan tahunan
dituangkan dalam nota kesepakatan bersama MOU antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten.
Mengingat porsi pembiayaan yang didasarkan pada azas bantuan, maka porsi pembiayaan antara yang membantu pemerintah pusat dengan yang dibantu
pemerintah daerah seharusnya lebih besar porsi pemerintah daerah daripada pemerintah pusat. Model pembiayaan pengembangan kawasan agropolitan yang
digulirkan oleh pemerintah pada fase I tahun 2002-2007 dengan porsi pembiayaan pemerintah pusat melalui APBN Murni sebesar 70 dan porsi pembiayaan
pemerintah provinsi kabupaten melalui APBD I-II 30, dinilai kurang tepat dan kurang proporsional karena cenderung akan mendorong pemerintah daerah
berlomba-lomba mengembangkan kawasan agropolitan dengan harapan akan mendapatkan bantuan pendanaan dari pemerintah pusat. Bahkan dengan porsi
pembiayaan pusat 70 : daerah 30 pun terkadang tidak dipenuhi oleh pemerintah daerah, bahkan ada pemerintah daerah yang hanya menjadi penonton
dalam pengembangan kawasan agropolitan karena tidak mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pengembangan wilayah perdesaan berbasis pertanian.
Namun sebaliknya banyak juga pemerintah daerah yang mengembangkan kawasan agropolitan secara mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari pemerintah
pusat. Porsi pembiayaan di era otonomi daerah saat ini yang paling tepat adalah
dengan memberdayakan dan mengandalkan kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing kabupatenkota, sedangkan pemerintah pusat
seyogianya hanya membantu pada pembangunan sektor-sektor publik yang tidak dalam kapasitas kemampuan pemerintah daerah untuk membangunnya.
Berdasarkan konsep pemberdayaan pemerintah daerah seperti ini maka porsi
212 pembiayaan pengembangan kawasan agropolitan yang paling ideal dimasa depan
adalah pemerintah pusat 20 berbanding pemerintah daerah 80. Porsi seperti ini akan membuat masing-masing pemerintah daerah lebih produktif, antusias dan
bertanggung jawab terhadap kinerja pengembangan kawasan agropolitan. Pembiayaan pengembangan Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu dalam
program jangka menengah lima tahunan 2004-2008 telah disusun dalam matriks program lintas sektor yang merupakan bagian dari Penyusunan Master Plan
Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu yang telah disyahkan oleh Bupati Magelang pada tahun 2003. Total biaya yang diestimasikan untuk
mengembangkan KAMM dalam lima tahunan adalah sebesar Rp 101.760.151.000.- sedangkan realisasi biaya fasilitasi pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten selama 2004-2008 sebesar Rp 38.555.000.000,- Jumlah capaian target pemerintah dalam mengembangkan KAMM selama
lima tahun hanya sebesar Rp 38
.555.000.000
,-. 37
,88
. Sandingan rencana realisasi pembiayaan KAMM dari tahun 2004 sampai 2008 disajikan pada Tabel
54. Matriks program lintas sektor lima tahunan 2004-2008 pengembangan KAMM disajikan pada Lampiran 11.
Tabel 54 Sandingan rencana dan realisasi pembiayaan KAMM
Tahun Sandingan Rencana Realisasi Pembiayaan
Estimasi Pembiayaan Pembiayaan Aktual
2004 15.352.030.000 750.000.000
2005 20.030.200.000 9.800.000.000
2006 22.450.800.000 12.105.000.000
2007 29.875.000.000 15.900.000.000
2008 20.052.121.000 -
JUMLAH 101.760.151.000
38.555.000.000 37.88