Pendidikan Tertinggi dalam Keluarga A12 Kondisi Kesehatan A13

135 besar beban ekonomi yang harus dipenuhi. Hasil analisis jumlah tanggungan keluarga responden disajikan pada Tabel 61. Tabel 61. Jumlah Tanggungan dalam Keluarga No. Tanggungan Jumlah Persen 1. ≤ 2 orang 39 54,93 2. 2 orang 32 45,07 Total 71 100,00 Sumber : Data primer 2011 diolah

5.2.9. Pendidikan Tertinggi dalam Keluarga A12

Analisis berikutnya diarahkan pada tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai dalam keluarga responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 96 responden yang memberikan jawaban, mayoritas tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai dalam keluarga adalah SMA atau sederajat 35,42 . Sebanyak 23,96 responden menyatakan dapat menyekolahkan tanggungannya sampai ke akademi atau sederajat, dan sebagian kecil 3,13 bahkan mampu menyekolahkan sampai tingkat sarjana. Tabel 62. Tingkat Pendidikan Tertinggi dalam Keluarga No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persen 1. SDsederajat 13 13,54 2. SMPsederajat 23 23,96 3. SMAsederajat 34 35,42 4. Akademisederajat 23 23,96 5. Sarjana 3 3,13 6. Pascasarjana 0,00 Total 96 100,00 Sumber : Data Primer 2011 diolah Hasil ini kontradiktif dengan temuan Suharto 2003 pada studi PKL di kota Bandung bahwa mayoritas 80 PKL masih dikategorikan miskin dan rentan, bahkan menurut pandangan umum pekerjaan PKL sebagai sektor inferior dibandingkan sektor formal dan seringkali dikaitkan dengan faktor kemiskinan perkotaan. Faktanya, mereka mampu menyekolahkan anak pada pendidikan menengah sampai tinggi sehingga mereka tidak dapat dikatakan miskin . 136

5.2.10. Kondisi Kesehatan A13

Kondisi kesehatan keluarga PKL didekati dengan pertanyaan mengenai jumlah keluarga yang sakit selama tiga bulan terakhir. Pertanyaan ini juga digunakan untuk mengetahui kontribusi PKL terhadap pembangunan kota Bogor dalam analisis regresi pada bagian pembahasan berikutnya. Hasil analisis kondisi kesehatan keluarga PKL dalam tiga bulan terakhir disajikan pada Tabel 63. Tabel 63. Kondisi Kesehatan Keluarga PKL selama 3 bulan terakhir No. Kondisi Kesehatan Jumlah Persen 1. Ya 45 37,50 2. Tidak 75 62,50 Total 120 100,00 Sumber : Data primer 2011 diolah Hasil analisis menunjukkan mayoritas responden 62,50 menyatakan bahwa selama tiga bulan terakhir tidak ada keluarga yang sakit dan 37,50 menyatakan ada sebagian anggota keluarga yang sakit. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan responden secara umum cukup baik. Perbandingan antar tipologi menunjukkan kecenderungan serupa dimana mayoritas responden menyatakan tidak ada keluarga yang sakit dalam tiga bulan terakhir. Untuk tipologi pasar kuliner, mayoritas responden 55,00 menyatakan bahwa terdapat keluarga yang sakit selama tiga bulan terakhir meski jumlahnya tidak jauh berbeda dengan yang menyatakan tidak ada keluarga yang sakit. Hasil analisis kondisi kesehatan keluarga menurut tipologi disajikan pada Tabel 64. Tabel 64. Kondisi Kesehatan Keluarga Menurut Tipologi No. Keberadaan Anggota Keluarga yang Sakit Pasar Tumpah Pasar Sayur Malam Pasar Kuliner Jml Jml Jml 1. Ya 13 32,50 10 25,00 22 55,00 2. Tidak 27 67,50 30 75,00 18 45,00 Total 40 100,00 40 100,00 40 100,00 Sumber : Data primer 2011 diolah Tidak semua responden bersedia menyebutkan rata-rata pengeluaran kesehatan per bulan A14. Sebanyak 40 responden memberikan respon terhadap 137 biaya pengobatan. Asumsi kisaran biaya pengobatan adalah sakit ringan ke dokter umum atau hanya membeli obat ringan ke apotiktoko adalah kurang dari Rp 30.000,-bulan, sakit sedang antara Rp 30.000,- sampai Rp 100.000,-bulan, dan sakit berat lebih dari Rp 100.000,-bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden 47,50 mengeluarkan biaya pengobatan kurang dari Rp 30.000,-bulan. Hasil ini menunjukkan bahwa sakit yang dialami anggota keluarga umumnya berupa sakit ringan seperti flu, pusing, demam, dan lain-lain yang hanya membutuhkan obat-obatan ringan. Hasil analisis biaya berobat disajikan pada Tabel 65. Tabel 65. Biaya Berobat Responden No. Biaya Berobat Rp Jumlah Persen 1. ≤ 30.000 19 47,50 2. 30.000 - 100.000 15 37,50 3. 100.000 6 15,00 Total 40 100,00 Sumber : Data primer 2011 diolah Analisis lebih lanjut terhadap kondisi kesehatan keluarga responden diarahkan pada pertanyaan frekuensi sakit dalam tiga bulan terakhir A15. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa frekuensi sakit per bulan rata-rata adalah 1,6. kali per keluarga. Merujuk pada hasil biaya berobat, sakit tersebut adalah sakit ringan dan dapat diobati dengan obat-obatan yang umum tersedia di pasar.

5.2.11. Kondisi Ekonomi A16

Dokumen yang terkait

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

7 70 295

Karakteristik dan permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) serta strategi penataan dan pemberdayaannya dalam kaitan dengan pembangunan ekonomi wilayah di kota Bogor

1 43 649

Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima di Jalan Dewi Sartika Kota Bogor

1 15 207

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

0 29 145

POLA PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KOTA SURAKARTA BERDASAR PADUAN KEPENTINGAN PKL, WARGA MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH KOTA

1 3 10

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 1 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkliwon).

0 1 8

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 2 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM PROGRAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN TAMAN PINANG.

3 35 100

DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENATAAN LINGKUNGAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)

0 0 9