Kontribusi PKL terhadap Ekonomi Wilayah

BAB VI KONTRIBUSI PKL TERHADAP EKONOMI WILAYAH

Pembahasan tentang kontribusi PKL terhadap ekonomi wilayah difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan PKL di kota Bogor dan kajian deskriptif kontribusi PKL terhadap ekonomi wilayah, baik pada level lokal, nasional, maupun global. Kajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan PKL di kota Bogor dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dan kajian deskriptif kontribusi PKL terhadap ekonomi wilayah dianalisis secara empiris menggunakan literatur yang tersedia.

6.1. Kontribusi PKL terhadap Ekonomi Wilayah

Timalsina 2011 menyatakan bahwa PKL mampu memberikan peran krusial dalam menyediakan lapangan kerja dan mata pencaharian bagi penduduk miskin urban dan pedesaan. Meski demikian perannya masih kurang banyak diakui dalam strategi pengentasan kemiskinan dan dalam program kebijakan perkotaan.

1. PKL sebagai Mata Pencaharian Urban

Mata pencaharian penduduk miskin ditentukan oleh konteks dimana mereka tinggal, kendala, dan peluang pada tempat tinggalnya. Ini karena konteks ekonomi, lingkungan, sosial dan politis menentukan aset-aset yang dapat diakses oleh warga, bagaimana mereka dapat menggunakannya Meikle, 2002, dan kemampuannya dalam mendapatkan matapencaharian yang aman. Penduduk desa melihat peluang baru di wilayah urban dalam konteks lapangan kerja, fasilitas fisik, dan sebagainya. Akibatnya, pekerja pertanian pedesaan memiliki insentif kecil untuk tetap di sektor pertanian. Mereka lebih memilih bermigrasi ke kota- kota mencari lapangan kerja non pertanian yang lebih menjanjikan. Mata pencaharian migran urban ini bervariasi menurut level pendidikan dan skill yang dimiliki. Migran yang kompeten dan memiliki skill dapat menemukan pekerjaan formal, sementara yang kurang kompeten dan tidak ber-skill bekerja di sektor informal. Di antara beragam aktivitas informal, PKL tumbuh cepat selama beberapa dekade terakhir. Di kota Bogor, meski keabsahan datanya masih diragukan, dari 184 hasil pendataan oleh Pemerintah Kota Bogor tahun 1996 tercatat PKL berjumlah 2.140 pedagang. Pada akhir tahun 1999 berdasarkan hasil survei Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil Pinbuk Kota Bogor jumlahnya hampir tiga kali lipat menjadi 6.340 pedagang. Pada akhir tahun 2002 berdasarkan hasil pendataan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor jumlah PKL meningkat lagi menjadi 10.350 PKL yang tersebar di 51 titik PKL, dimana 82 dari para pedagang tersebut berasal dari luar kota Bogor. Tahun 2004 terdapat 50 lokasi PKL dengan jumlah pedagang sekitar 12.000 PKL. Dari sisi aspek ekonomi, pertumbuhan PKL berkontribusi positif. Peran PKL dalam menggerakkan roda perekonomian tidak dapat diabaikan. Perputaran uang PKL setiap hari jumlahnya sangat besar. Hasil analisis pada Tabel 91 Bab 5 menunjukkan bahwa rata-rata modal kerja harian PKL di kota Bogor adalah Rp 421.336,-. Dengan jumlah PKL sebanyak 12.000 makajumlah perputaran uang per hari yang dihasilkan sekitar Rp 5.056.034.483,-, suatu jumlah yang luar biasa besar. Jumlah ini akan mempu menggerakkan roda ekonomi kota Bogor dan berkontribusi positif terhadap ekonomi wilayah. Kontribusi PKL terhadap ekonomi wilayah dapat dilihat dari jumlah retribusi yang mampu ditarik dari PKL. Regulasi di kota Bogor Surat Keputusan Walikota No. 511.23.45.146. tahun 2008 mensyaratkan bahwa PKL harus mendapatkan ijin usaha. Pemkot Bogor mewajibkan PKL yang sudah berijin membayar retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pelayanan persampahan, dan pajak restoran khusus untuk pedagang makanan dan minuman. Sayangnya belum banyak PKL yang sudah berijin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata PKL membayar sekitar Rp 1.000,- per hari untuk kebersihan. Dengan jumlah PKL sebanyak 12.000 maka dihasilkan sekitar Rp 12.000.000,- per hari ∼ Rp 360.000.000,- per bulan, suatu jumlah yang sangat besar bagi PAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PKL mau membayar pemakaian kekayaan daerah rata-rata sebesar Rp 8.564,- per hari E6 , sehingga potensi PAD yang dapat dikumpulkan adalah Rp 102.768.000,- per hari ∼Rp 3.083 milyarbulan, suatu jumlah sangat fantastis. 185 Widodo 2006 yang menggunakan analisis input-output dalam analisis PKL di Yogyakarta menyatakan bahwa sektor informal berkontribusi positif pada pembangunan DIY melalui peningkatan output, penyediaan lapangan kerja, pendapatan masyarakat. Perlu diingat bahwa kontribusi positif sektor informal mempunyai batas tertentu sehingga kontribusinya akan menurun jika sudah melebihi batas tersebut.

2. PKL sebagai Peluang Mata Pencaharian

PKL adalah suatu profesi yang hadir seiring dengan perkembangan kota. Selain sebagai lapangan kerja, PKL juga mampu memberikan jasa yang dapat terjangkau mayoritas penduduk urban. PKL adalah bagian integral dari ekonomi kota, menyediakan jasa-jasa penting dan menciptakan lapangan kerja sendiri dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Timalsina, 2011. Peran PKL dalam ekonomi sama pentingnya dengan penyediaan barang dan jasa bagi penduduk urban. Dalam konteks ini, bekerja sebagai PKL menarik bagi mereka yang memiliki peluang terbatas untuk mendapatkan pekerjaan formal atau bisnis yang prestisius, dan meminimalkan peluang ekslusi sosial dan marginalisasi. PKL semakin menjadi opsi mata pencaharian bagi orang-orang termarginalkan. PKL mampu menyediakan lapangan kerja musiman bagi penduduk pedesaan dan menjadi sumber pendapatan. Oleh karenanya, PKL dapat dipandang sebagai peluang bagi komuniytas miskin.

a. Peluang Kerja dan Lapangan Kerja

Dokumen yang terkait

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

7 70 295

Karakteristik dan permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) serta strategi penataan dan pemberdayaannya dalam kaitan dengan pembangunan ekonomi wilayah di kota Bogor

1 43 649

Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima di Jalan Dewi Sartika Kota Bogor

1 15 207

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

0 29 145

POLA PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KOTA SURAKARTA BERDASAR PADUAN KEPENTINGAN PKL, WARGA MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH KOTA

1 3 10

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 1 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkliwon).

0 1 8

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 2 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM PROGRAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN TAMAN PINANG.

3 35 100

DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENATAAN LINGKUNGAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)

0 0 9