Keterkaitan ke Belakang Backward dan ke Depan Forward dari PKL

193 Gambar 17. Distribusi Pendapatan Bersih PKL Rphari antara Pasar Kuliner dan Pasar Sayur Malam dalam bentuk Boksplot Sumber : Data primer 2011 diolah

6.3. Keterkaitan ke Belakang Backward dan ke Depan Forward dari PKL

Penelitian ini tidak secara langsung mengkaji adanya keterkaitan ke belakang backward linkage dan ke depan forward linkage dari keberadaan PKL. Keterkaitan yang dikemukakan terbatas pada keterkaitan langsung baik manfaat maupun kerugian atau pengorbanan yang diakibatkan oleh keberadaan PKL. Pemaparan yang dilakukan lebih bertujuan untuk mengingatkan para pembuat kebijakan bahwa setiap kebijakan ataupun regulasi yang dibuat untuk PKL akan berpengaruh langsung terhadap banyak pihak yang terkait . Oleh karenanya, pembahasan mengenai backward linkage dan forward linkage bersifat deskriptif dan menggunakan studi literatur. Adanya peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan output sektor-sektor lainnya, melalui dua cara. Pertama, peningkatan output sektor i akan meningkatkan permintaan input sektor i tersebut. Input sektor i tersebut dapat berasal dari sektor i sendiri atau berasal dari sektor lain, misal sektor j. Oleh karenanya, sektor i akan meminta output sektor j lebih banyak 194 daripada sebelumnya sebagai input dalam proses produksi. Dengan demikian harus ada peningkatan output sektor j yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan input untuk sektor j itu sendiri atau dengan kata lain akan terjadi peningkatan output sektor-sektor lainnya, begitu seterusnya. Keterkaitan ini adalah keterkaitan ke belakang karena bersumber dari mekanisme penggunaan input produksi. Keterkaitan ke depan terjadi melalui penggunaan output sektor i untuk sektor i sendiri atau sektor lainnya dalam ekonomi. Dalam penelitian ini, peningkatan output penjualan pada tipologi pedagang sayur malam mempunyai backward linkage secara langsung dengan kebutuhan akan lebih banyak input produk sayur-sayuran dari petani. Output pasar sayur malam digunakan untuk kebutuhan industri pengolahan seperti warung makan, restoran dan sebagainya sehingga pasar sayur malam mempunyai forward linkage secara langsung dengan industri pengolahan makanan. Sebagian output pasar sayur malam juga digunakan sebagai input makanan olahan yang dijual pada pasar kuliner seperti bakso, siomay, pecel lele dan lain sebagainya. Peningkatan output pasar kuliner tersebut akan meningkatkan kebutuhan input dari industri alat-alat pengolalahan makanan. Secara deskriptif kualitatif keterkaitan ke depan dan ke belakang dari tiga tipologi PKL yang dikaji dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 121. 195 Tabel 121. Keterkaitan Manfaat Langsung ke Depan dan ke Belakang dari PKL Tipologi PKL Backward Linkage Forward Linkage Pasar Sayur Malam, Pasar Tumpah dan Pasar Kuliner Sektor Pertanian dan Industri: Memperpendek rantai pemasaran hasil produksi pertanian maupun industri lain. Untuk sektor pertanian, petani dimungkinkan membawa langsung hasil produksinya ke pasar. Konsumen : - Konsumen langsung - Industri Pengolahan, warung makan, restoran dan lain-lain - Pedagang keliling dan pedagang kecil di perkampungan - Pemulung, baik pemulung sisa dagangan untuk diolah menjadi makanan ternak maupun kompos ataupun pemulung lain Sektor Angkutan: Jasa angkutan mulai dari produsen hingga ke PKL Jasa Angkutan Angkutan kota ,Ojeg dan sebagainya Sektor Tenaga Kerja : Menciptakan peluang kesempatan kerja dalam berbagai bentuk Penciptaan kesempatan peluang kerja dalam berbagai bentuk baaik sebagai tenaga kerja bagi PKL maupun sebagai akibat keberadaan PKL, antara lain Lapangan kerja sebagai petugas kebersihan, Lapangan kerja bagi Satpol PP, Lapangan kerja sebagai penarik Retribusi ataupun sebagai kuli angkut bagi konsumen dan sebagainya. Sektor Jasa lain-lain Penerangan, bongkar muat, parkir, sewa tempat, sewa alat dan sebagainya. Sektor Jasa lain-lain : Jasa pedagang penyedia kebutuhan pedagang atau konsumen saat itu, seperti, pedagang bahan-bahan pembungkus, pengikat, penyedia toilet, jasa bongkar muat, pedagang kuliner, parkir dan sebaginya. Widodo 2006 dalam studi peran sektor informal terhadap perekonomian daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan pendekatan delphi IO menemukan bahwa dari lima sektor yang dikaji yaitu : 1. pertanian dan pertambangan; 2. industri pengolahan; 3. perdagangan, restoran, hotel, listrik, gas, air dan bangunan; 4. angkutan dan komunikasi; dan 5. lain-lain; kesemuanya menunjukkan perubahan backward dan forward linkage yang positif terhadap sektor informal. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan sektor informal termasuk PKL mampu meningkatkan keterkaitan ke depan dan ke belakang dari sektor formal. Output sektor formal tertentu yang pada awalnya 196 tidak berhubungan dengan sektor formal lainnya, dengan kehadiran sektor informal, keduanya menjadi terhubung. Dalam hal ini, kegiatan sektor informal menjadi jembatan bagi sektor formal. Keterkaitan kerugian atau pengorbanan langsung sebagai akibat keberadaan dari ketiga tipologi PKL tersebut antar lain adalah, kesemrawutan , kekumuhan, kemacetan dan penyerobotan hak-hak publik lain selain PKL. Dari paparan selintas di atas ternyata bahwa kontribusi PKL terhadap perekonomian wilayah sangat luas, belum lagi manfaat-manfaaat lain yang berhasil dimanfaatkan oleh fihak-fihak tertentu seperti oknum dan preman. Oleh karenanya para pembuat kebijakan harus jeli daan jujur melihat keterkaitan– keterkaitan ini ini agar penataan dan pemberdayaan PKL dapat memperoleh hasil yang optimal.

BAB VII ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Dokumen yang terkait

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

7 70 295

Karakteristik dan permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) serta strategi penataan dan pemberdayaannya dalam kaitan dengan pembangunan ekonomi wilayah di kota Bogor

1 43 649

Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima di Jalan Dewi Sartika Kota Bogor

1 15 207

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

0 29 145

POLA PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KOTA SURAKARTA BERDASAR PADUAN KEPENTINGAN PKL, WARGA MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH KOTA

1 3 10

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 1 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkliwon).

0 1 8

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 2 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM PROGRAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN TAMAN PINANG.

3 35 100

DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENATAAN LINGKUNGAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)

0 0 9