155
Dengan kata lain mayoritas PKL belum memiliki wadah yang dapat digunakan untuk menyalurkan aspirasinya.
Mayoritas respoden tidak terdaftar di paguyuban 61,67 namun cukup banyak yang terdaftar di paguyuban 36,67. Paguyuban dapat diartikan sebagai
perkumpulan yang bersifat kekeluargaan, didirikan oleh orang-orang yang sepaham sedarah untuk membina persatuan kerukunan di antara para
anggotanya. Dalam konteks PKL, paguyuban biasanya bersifat lokasional misalnya paguyuban PKL Pasar Anyar atau asal daerah paguyuban pedagang
Minang, Batak. Paguyuban dapat digunakan untuk menyalurkan aspirasi politis bagi anggota, sebagaiwadah berkeluarga dan mengatasi kesulitan finansial
anggotanya. Mayoritas respoden tidak terdaftar di LSM 90,83 . Dikaitkan dengan
paguyuban, maka paguyuban lebih berperan sebagai wadah PKL dalam menyalurkan aspirasinya. Hasil ini juga menunjukkan kurangnya peran LSM
lokal dalam mewadahi atau memberdayakan PKL di kota Bogor. Peranserta LSM akan sangat membantu PKL dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka
hadapi.
5.4. Pekerja dan Kompensasi
Analisis lebih lanjut dilakukan terhadap pekerja dan kompensasi. Analisis ini diperlukan karena kegiatan usaha kaki lima mampu memberikan lapangan
pekerjaan, tidak hanya bagi PKL tetapi juga bagi tenaga kerja yang membantu kegiatan PKL. Kompensasi yang dimaksud adalah imbalan bagi tenaga kerja,
seperti gaji atau bonus keuntungan, tunjangan kesehatan atau hari raya. Ini perlu diketahui karena dapat menunjukkan absorbsi tenaga kerja dari aktivitas PKL.
Hasil analisis yang disajikan pada Tabel 85 menunjukkan bahwa mayoritas PKL 80,83 tidak memiliki pegawai, artinya mereka sendiri bertindak sebagai
pemilik dan sekaligus pekerja dalam usaha PKL. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa sebanyak 19,17 PKL menggunakan pegawai untuk membantu aktivitas
usaha. Ini menunjukkan bahwa usaha ini mampu berkontribusi dalam menyerap tenaga kerja yang tidak terserap sektor formal. Lapangan kerja sektor formal
mensyaratkan skill dan latar belakang pendidikan tertentu yang sifatnya formal,
156
sehingga tenaga kerja yang tidak tertampung akan memilih sektor informal untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Tabel 85. Jumlah Responden yang Menggunakan Tenaga Kerja
No. Memiliki Pegawai
Ya Persen
1. Ya
23 19,17
2. Tidak
97 80,83
Total 120
100,00
Sumber : Data primer 2011 diolah
Kemampuan PKL dalam menyerap tenaga kerja juga berdimensi sosial. Effendy 2000 menyatakan bahwa ketidakmampuan sektor formal dalam
menampung tenaga kerja dan kemampuan sektor informal sebagai pengaman antara pengangguran dan keterbatasan peluang kerja, menyebabkan sektor
informal mampu meredam kemungkinan keresahan sosial akibat langkanya peluang kerja.
Eksplorasi lebih lanjut terhadap responden yang menggunakan tenaga kerja 23 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan bonus bagi
tenaga kerjanya 52,17 . Ini menunjukkan bahwa mereka memahami arti reward
bagi para pekerjanya. Dalam konteks ekonomi, rewards dapat berfungsi sebagai perangsang agar mereka berkinerja lebih baik, sekaligus retensi agar
mereka tidak berpindah ke tempat lain. Tabel 86. Tunjangan dan Bonus bagi Pekerja
No. Bonus bagi Pekerja
Ya Persen
1. Ya
12 52,17
2. Tidak
11 47,83
Total 23
100,00
Sumber : Data primer 2011 diolah
Tunjangan atau bonus yang diberikan dapat berupa tunjangan sakit, tunjangan hari raya, bonus keuntungan, dan bentuk-bentuk lain seperti lembur. Hasil analisis
bentuk tunjangan atau bonus disajikan pada Tabel 87.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 12 responden yang memberikan bonus bagi pekerjanya, mayoritas 75,00 memberikan bonus atau tunjangan
dalam bentuk tunjangan hari raya THR. Sebagian memberikan tunjangan sakit 8,33 , bonus keuntungan 8,33 , dan tunjangan atau bonus bentuk lain
157
8,339 . THR adalah bentuk tunjangan yang paling umum diberikan di Indonesia sehingga seperti yang diduga menunjukkan hasil mayoritas.
Tabel 87. Bentuk Tunjangan atau Bonus bagi Pekerja
No. Jenis Bonus
Ya Persen
1. Tunjangan sakit
1 8,33
2. Tunjangan hari raya
9 75,00
3. Bonus keuntungan
1 8,33
4. Lainnya
1 8,33
Total 12
100,00
Sumber : Data primer 2011 diolah
5.5. Aspek Keuangan dan Lain-Lain