3. 5. Metode Analisis Data Analisis Persentase Analisis AHP SWOT

88 purposive sampling dengan pertimbangan bahwa responden adalah pelaku, baik individu atau lembaga yang dianggap mengerti permasalahan yang terjadi dan mempunyai kemampuan dalam pembuatan kebijakan atau memberi masukan kepada para pengambil kebijakan yaitu pemerintah, non pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat. Rincian responen pakar dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Responden Penelitian untuk Analisis AHP SWOT No. Responden Jumlah orang 1. Pemda 10 • Bappeda 2 • Satpol PP 2 • Disperindagkop 2 • Dispenda 2 • Dinas Pasar 2 2. Praktisi sektor informal 2 3. Ahli sektor informal universitas 2 4. LSM 2 Jumlah 16

3.5.1. 3. 5. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data kualitatif, selanjutnya ditranskripsikan secara tertulis. Setelah proses transkripsi selesai maka data tersebut dianalisis. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat latar belakang tumbuhnya PKL, faktor yang mempengaruhi pendapatan PKL, peranan PKL dalam pembangunan kota Bogor, persepsi dari pihak-pihak yang secara langsung dan tidak langsung terlibat dengan PKL, kebijakan yang ada atau sudah dilakukan dalam penanganan PKL, meliputi dasar kebijakan, model kebijakan, dan proses sebelum kebijakan tersebut diimplemetasikan atau dilaksanakan serta hasilnya. Analisis Deskriptif

3.5.2. Analisis Persentase

Karakteristik demografis, ekonomis, potensi dan prospek PKL dianalisis dengan menggunakan metode persentase dan rata-rata. Rumus umum yang digunakan adalah sebagai berikut : 89

3.5.3. Analisis Regresi

Model regresi yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini adalah model regresi linier berganda, karena melibatkan peubah dummy Juanda 2009. Dimana: Y Analisis regresi dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan PKL dan peranan pendapatan tersebut terhadap kesejahteraan PKL. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan PKL, model regresi yang digunakan sebagai berikut: i = Pendapatan PKL ke-i Rpbulan X 1i = Omzet PKL ke-i Rp bulan X 2i = Jam kerja PKL ke-i jamhari X 3i = Modal awalinvestasi PKL ke-i Rp X 4i = Jumlah lapaktempat usaha PKL ke-i X 5i = Modal kerja PKL ke-i Rphari X 6i = Retribusipungutan resmi PKL ke-i Rphari X 7i = Pungutan tidak resmi PKL ke-i Rphari X 8i = Upah tenaga kerja PKL ke-i Rphari X 9i = Biaya-biaya internal PKL ke-i Rphari X 10i = Lama usaha pada jenis usaha yang bersangkutan PKL ke-i tahun D 1i = Jenis usaha PKL ke-i pasar sayur malam, pasar kuliner, pasar tumpah D 2i = Nilai lokasi strategis, tidak strategis, diindikasikan dengan ada- tidaknya kerumunan orang atau dekat-tidaknya dengan pasar D 3i = Jenis kelamin laki-laki, perempuan D 4i = Asal pedagang Bogor, luar Bogor D 5i = Kebersihan bersih, kotor, mempengaruhi keinginan konsumen untuk membeli e i = error standard. ke- i Pendapatan PKL secara tidak langsung berpengaruh pada pembangunan wilayah kota Bogor melalui peningkatan kesejahteraan keluarga PKL. Dalam hal ini pendapatan PKL akan secara langsung mempengaruhi kesejahteraan PKL yang tercermin dari pendidikan tertinggi yang dicapai anggota keluarga PKL, kesehatan, dan konsumsi. Untuk menganalisis peran PKL terhadap perekonomian wilayah, model regresi yang digunakan sebagai berikut: Y i = β + β 1 X 1i + β 2 X 2i + β 3 X 3i + β 4 X 4i + β 5 X 5i + β 6 X 6 + β 7 X 7i + β 8 X 8i + β 9 X 9i + β 10 X 10i + β 11 D 1i + β 12 D 2i + β 13 D 3i + β 14 D 4i + β 15 D 5i + ei 90 Z i = β + β 1 Y i, Dimana: Z i = Kesejahteraan PKL pendidikan, kesehatan dan konsumsi responden ke i Y i

1. Variabel-variabel dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan PKL :

= Pendapatan PKL ke i Variabel-variabel yang digunakan dalam kedua model tersebut adalah sebagai berikut : Pendapatan PKL Y i Adalah pendapatan yang diterima pelaku usaha PKL ke-i yang merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya untuk menghasilkan barang atau jasa usaha tersebut. Pendapatan dinyatakan dalam rupiah per bulan yang dihitung dengan cara mengalikan pendapataan harian kali 30 hari kerja dalam satu bulan. Omzet X 1i Adalah rata-rata hasil penjualan barang atau jasa PKL ke-i yang dinyatakan dalam rupiah per bulan, dihitung dengan cara mengalikan omzet penjualan harian kali 30 hari kerja dalam satu bulan. Jam kerja X 2i Adalah banyaknya jam kerja PKL ke-i yang digunakan untuk melakukan usaha, dinyatakan dalam jam per hari. Modal awalinvestasi X 3i adalah uang dan atau nilai barang dan peralatan yang digunakan PKL ke-i untuk memulai usaha yang dinyatakan dalam rupiah. Jumlah lapaktempat usaha X 4i Adalah jumlah tempat berusaha dalam satu lokasi yang digunakan untuk melakukan usaha PKL ke-i, Modal kerja X dinyatakan dalam satuan unit dengan tidak melihat luasnya. 5i Adalah rata-rata jumlah uang dan atau nilai barang yang disediakan PKL ke-i untuk memulai usaha, dinyatakan dalam rupiah per hari. 91 Retribusipungutan resmi X 6i Adalah pungutan-pungutan resmi yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait kepada PKL ke-i karena berusaha di lokasi tersebut dan jumlah nilainya masuk dalam kas daerah, dinyatakan dalam rupiah per hari. Pungutan tidak resmi X 7i adalah pungutan-pungutan yang dilakukan oleh oknum-oknum preman, jasa keamanan, dan lain- lain kepada PKL ke-i karena berusaha sebagai PKL di lokasi tersebut, dinyatakan dalam rupiah per hari. Upah tenaga kerja X 8i Adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja yang membantu PKL ke-i dalam usaha, yang besarnya dinyatakan dalam rupiah per hari. Biaya-biaya internal X 9i Adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan PKL ke-i, terkait dengan aktivitas usahanya seperti biaya transportasi, makan, penyewaan peralatan, listrik dan sebagainya, dinyatakan dalam rupiah per hari. Lama usaha X 10i Adalah lamanya berusaha pengalaman usaha pada jenis usaha yang bersangkutan dari PKL ke-i, dinyatakan dalm satuan tahun. Jenis usaha D 1i Adalah barang dagangan yang dijual oleh pelaku PKL ke-i, dinyatakan dengan skor sebagai berikut: 3 = Usaha kuliner. 2 = Pasar sayur malam 1 = Pasar tumpah menjual barang dan jasa macam- macam heterogen. Nilai lokasi D 2i Adalah nilai tempat berusaha PKL ke-i yang dibedakan menjadi strategis dan tidak strategis dengan kreteria ada-tidaknya kerumunan orang atau dekat-tidaknya dengan pasar atau lokasi keramaian seperti mall, terminal, dan sebagainya: 92 1 = Lokasi strategis 0 = Lokasi kurang strategis Jenis kelamin D 3i Adalah jenis kelamin pelaku PKL ke-i: 1 = Laki-laki 0 = Perempuan Asal pedagang D 4i Adalah daerah atau kota asal PKL ke-i: 1 = Luar Bogor 0 = Bogor Kebersihan D 5i Adalah kondisi kebersihan tempat uaha PKL ke-i: 1 = Bersih 0 = Kotor

2. Variabel-variabel dalam menganalisis peranan PKL terhadap pembangunan kota Bogor :

Kesejahteraan PKL Z i Adalah ukuran-ukuran yang mengidentifikasikan pada peningkatan kesejahteraan, minimal pada tingkat pendidikan, kesehatan, dan konsumsi keluarga. ` Pendapataan PKL Y i Untuk melihat nyata-tidaknya peranan keragaman peubah penjelas terhadap keragaman peubah endogen dilakukan pengujian hipotesis secara statistik. Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut: H Adalah pendapatan PKL ke-i. : β 1 = β 2 = ….. = β k = 0 H 1 : Minimal ada satu nilai β j yang tidak sama dengan nol: j = 1, 2, 3 …, k Pengujian peranan keragaman peubah penjelas secara bersama-sama terhadap keragaman peubah endogen dilakukan dengan statistik uji-F, yaitu: Jumlah kuadrat tengah regresi k F Hitung = Jumlah kuadrat tengah sisa n – k – 1 93 Bila: F hitung F α k, n-k-1 ………………………… Tolak H F hitung ≤ Fα k, n-k-1 ………………………… Terima H Dimana: K = Jumlah peubah penjelas n = Jumlah contoh ά =Taraf nyata Ketika menggunakan SWOT, analisnya lemah dalam hal kemungkinan penilaian komprehensif terhadap situasi pembuatan keputusan strategis karena pada level ini hanya menunjuk pada faktor tertentu. Eskpresi setiap faktor seringkali sangat umum dan ringkas Hill and Westbrook, 1997. Lebih lanjut,

3.5.4. Analisis AHP SWOT

Analisis SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats menjadi salah satu alat analisis paling populer dalam perencanaan strategik. Analisis ini muncul pada tahun 1960-an Learned et al. 1965, dan dipopulerkan oleh Weihrich 1982. Alat ini digunakan untuk analisis situasi internal dan eksternal, yang selanjutnya mendukung perumusan strategi yang dapat menyelesaikan situasi tersebut. Analisis SWOT adalah alat analisis yang banyak diaplikasikan dalam analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mendapatkan pendekatan sistematis bagi suatu situasi keputusan strategik. Faktor internal dan eksternal yang sangat penting bagi masa depan usaha disebut sebagai faktor strategik. Dalam SWOT faktor-faktor ini disebut sebagai faktor-faktor SWOT dikelompokkan menjadi empat kategori yang disebut sebagai grup SWOT yaitu : kekuatan strengths, kelemahan weaknesses, peluang opportunities, dan ancaman threats. Tujuan utama penggunaan SWOT dalam proses perencanaan strategikadalah membangun dan mengadopsi strategi yang dihasilkan dari kecocokan antara faktor-faktor internal dan eksternal. SWOT juga dapat digunakan jika alternatif strategi tiba- tiba muncul dan konteks keputusan yang relevan dengan aternatif tersebut sudah dianalisis Kangas et al. 2001. Jika digunakan dengan benar, analisis SWOT dapat menjadi dasar yang baik untuk merumuskan strategi. Analisis SWOT juga dapat digunakan lebih efisien dibandingkan penggunaan lazimnya McDonald, 1993. 94 SWOT juga tidak memiliki cara analitik dalam menetapkan arti penting faktor atau menilai alternatif keputusan terkait dengan faktor tersebut. Jika digunakan secara individual, SWOT adalah analisis kualitatif yang dibuat dalam proses perencanaan berdasarkan kemampuan dan keahlian orang yang terlibat dalam proses tersebut. Hasil analisis SWOT seringkali hanya merupakan daftar atau uji kualitatif yang tidak lengkap terhadap faktor-faktor internal dan eksternal. Inilah mengapa SWOT seringkali disebut sebagai So WOT Kangas et al. 2001 Ide dalam mengkombinasikan AHP Saaty, 1977, 1980 dalam kerangka kerja SWOT adalah agar dapat secara sistematis mengevaluasi faktor-faktor SWOT dan membuatnya dapat terukur terkait dengan intensitasnya Kurttila et al. 2000. Kualitas AHP dipandang dapat menjadi karakteristik yang berguna dalam analisis SWOT. Nilai tambah dari analisis SWOT diperoleh dengan melakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons antara faktor-faktor SWOT dan selanjutnya menganalisisnya menggunakan teknik nilai eigen eigen value seperti yang diaplikasikan dalam AHP. SWOT dapat menjadi kerangka dasar untuk melakukan analisis situasi keputusan dan AHP akan membuat SWOT lebih analitik. Metode hibrid ini sering disebut sebagai AWOT Kangas et al. 2001. Setelah melakukan perbandingan informasi kuantitatif yang berguna, dapat diperoleh situasi pembuatan keputusan. Berdasarkan perbandingan faktor-faktor SWOT dan grupnya maka dapat dianalisis apakah suatu kelemahan tertentu lebih membutuhkan perhatian dibandingkan kelemahan lainnya atau apakah ancaman terhadap perusahaan di masa datang lebih besar dibandingkan peluangnya Kurttila et al. 2000. Di sisi lain, AWOT membuat alternatif pilihan dapat dievaluasi untuk masing-masing faktor SWOT dan setiap grup SWOT Pesonen et al . 2000. Jika arti penting dari berbagai grup SWOT sudah ditetapkan, alternatif pilihan dapat diprioritaskan terkait dengan situasi pilihan strategik secara keseluruhan. Dalam konteks penelitian ini, untuk merumuskan strategi pemberdayaan khususnya bagi PKL di kota Bogor dilakukan menggunakan kombinasi SWOT dan AHP. Matrik SWOT digunakan untuk memformulasikan berbagai alternatif pilihan strategi dalam pengelolaan PKL di Bogor. 95 Metode hibrid A’WOT dilakukan menggunakan tahapan-tahapan seperti yang dikemukakan oleh Kangas et al. 2001 dimana terdapat 5 tahapan dalam mengkombinasikan kedua metode tersebut. Tahapan-tahapan ini dijelaskan sebagai berikut: i Melakukan Analisis SWOT Analisis SWOT dapat dipahami sebagai pengkajian kekuatan dan kelemahan internal suatu organisasi serta peluang dan ancaman lingkungan eksternal. Alat umum digunakan dalam tahap awal pembuatan kebijakan perencanaan strategik untuk beragam jenis aplikasi. Jika diaplikasikan dengan benar, keputusan strategi yang baik dapat diperoleh. Secara skematis analisis SWOT disajikan pada Gambar 12. Gambar 12. Analisis SWOT Sumber : Flouris dan Yilmaz 2010 Proses awal yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT adalah pengambilan data yaitu evaluasi faktor internal dan eksternal. Dalam penelitian ini, pengambilan data internal dan eksternal pengelolan PKL di kota Bogor dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesioner dari responden pakar dan stakeholder . Dalam hal ini peneliti mendaftar faktor internal kunci kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal kunci peluang dan ancaman yang disebutkan atau diidentifikasikan dari responden Marimin, 2004 ke dalam matrik internal dan eksternal. ii Melakukan Perbandingan Berpasangan Antar Faktor-faktor SWOT yang Dilakukan Secara Terpisah dalam Setiap Grup SWOT Data yang didapatkan dimasukkan dalam matrik internal dan eksternal untuk dilakukan pembobotan. Matrik internal dan eksternal berisi daftar faktor internal KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN ANALISIS SWOT 96 dan eksternal kunci yang didapatkan pada tahap pengumpulan data. Contoh matrik internal dan eksternal disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Matrik Internal dan Eksternal Faktor Rating Skor Faktor Internal kekuatan – kelemahan 1. Kekuatan Strengths  S 1  S 2  S 3  S 4  …. Total 2. Kelemahan Weaknesses  W 1  W 2  W 3  W 4  …. Total Faktor Eksternal peluang – ancaman 3. Peluang Opportunities  O 1  O 2  O 3  O 4  …. Total 4. Ancaman Threats  T 1  T 2  T 3  T 4  …. Total Sumber : Marimin 2004 Dari daftar faktor internal dan eksternal tersebut dilakukan pembobotan faktor- faktor kunci. Tujuannya adalah mensistematiskan masalah dan menyelesaikannya pada berbagai level dan beragam aspek. Skala yang digunakan adalah skala Likert 1, 2, ..., 9 untuk menunjukkan perbandingan dari semua bobot sehingga membentuk suatu matrik. Skala perbandingan berpasangan yang dikembangkan oleh Saaty 1993 disajikan pada Tabel 16. 97 Tabel 16. Skala Perbandingan Berpasangan Nilai Kepentingan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibanding elemen lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian dengan kuat menyokong satu elemen dibanding elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam kenyataan 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dan pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada dua komponen di antara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibanding dengan i Sumber : Saaty 1993 Data yang didapatkan dari masing-masing responden ahli disebut sebagai Matrik Pendapat Individu MPI. Contoh formulasi matrik pendapat individu disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Matrik Pendapat Individu MPI G C C 1 ……. 2 Cn C a 1 a 11 …… 12 a 1n C 2 a …… 22 a …. 2n a ….. .... Cn A nn Keterangan : G = Faktor internal atau eksternal; C = Faktor ke-n Sumber : Diadopsi dari Chang, Huang 2005 98 Dalam hal ini C 1 , C 2 , …, Cn adalah set elemen faktor kunci dalam SWOT dan G adalah grup SWOT. Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi berpasangan membentuk matrik n x n. Nilai a ij merupakan nilai matrik pendapat hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan C i terhadap C j . Mengingat bahwa terdapat beberapa responden dengan respon penilaian yang berbeda, maka matrik pendapat individu ini perlu digabungkan sehingga akan dihasilkan apa yang disebut sebagai Matrik Pendapat Gabungan MPG. MPG merupakan matrik baru yang elemen-elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapat individu yang nilai rasio konsistensinya CR memenuhi syarat. Matrik ini selanjutnya digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi serta vektor prioritas dari elemen-elemen hirarki yang mewakili semua responden. MPG ini didapatkan dengan menggunakan formulasi sebagai berikut : Dimana = MPG baris ke-i kolom ke-j dan m adalah jumlah MPI atau a ij adalah matrik pendapat individu. Jika menggunakan AHP untuk menentukan bobot kriteria dalam perbandingan berpasangan maka harus membentuk matrik perbandingan berpasangan A. Dalam struktur hirarki ini, faktor untuk setiap level ditandai sebagai A 1 , A 2 , ..., An. Berdasarkan indek dari level di atas, bobot faktor w 1 ,w 2 , ..., w n ditentukan. Arti penting relatif a i dan a j ditunjukkan sebagai a ij . Matrik perbandingan berpasangan dari faktor A 1 , A 2 , ..., A n adalah A = [a ij ] sedangkan elemen-elemennya ditunjukkan dalam formula : Dalam martik ini, berpandingan berpasangan dari elemen a ij = 1a ij dan dengan demikian jika i = j, a ij = 1. Nilai w i bervariasi antara 1 sampai 9 Tabel skala penilian. 99 Setelah dilakukan berbandingan berpasangan pada MPG, pengolahan berikutnya adalah mencari vektor antara VA dan vektor prioritas VP. Vektor priotitas inilah yang disebut sebagai bobot. Contoh formulasi matrik pendapat gabungan, VA, dan VE disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan berpasangan pada Matrik Pendapat Gabungan MPG, VA, dan VP bobot G C C 1 ……. 2 Cn VA VP bobot C a 1 a 11 …… 12 a VAC 1n VPC 1 1 C a 2 A 21 …… 22 a VAC 2n VPC 2 …. 2 …… …… a ….. .... …. …. Cn a An2 n1 …… A VACn nn VPCn Jumlah VA tot Rumus yang digunakan dalam menghitung VA dan VP adalah sebagai berikut : Dan Saaty 1993 menyatakan bahwa nilai eigen maksimum λ max dapat dihitung menggunakan formulasi sebagai berikut : Jika A adalah matrik yang konsisten, eigen vector w dapat dihitung menggunakan rumus : A − λ max Iw = 0 dimana λ max adalah eigen value maksimum dari matrik A, w adalah vektor bobot, dan I adalah matrik identitas. 100 Untuk menentukan indek konsistensi suatu matrik, dilakukan uji konsistensi. Konsistensi logis menunjukan intensitas relasi antara pendapat yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu dan saling membenarkan secara logis. Tingkat konsistensi menunjukkan suatu pendapat mempunyai nilai yang sesuai dengan pengelompokan elemen pada hirarki. Tingkat konsistensi juga menunjukan tingkat akurasi suatu pendapat terhadap elemen-elemen pada suatu tingkat hirarki. Untuk mengetahui indeks konsistensi CI digunakan formulasi sebagai berikut : Dimana: λmax = Nilai eigen value dan n = jumlah yang dibandingkan Untuk mengetahui konsistensi secara menyeluruh dari berbagai pertimbangan dapat diukur dari nilai Ratio Konsistensi CR. Nilai CR adalah perbandingan antara CI dengan Random Index RI, dimana nilai RI telah ditentukan seperti terlihat pada Tabel 19. Tabel 19. Nilai Random Index RI n RI n RI n RI n RI n RI 1 0.00 2 0.00 3 0.52 4 0.89 5 1.11 6 1.25 7 1.35 8 1.40 9 1.45 10 1.49 Sumber : Saaty dan Vargas 1994 Pengolahan yang terkait dengan perbandingan berpasangan ini dilakukan menggunakan software expert choice ver 9.0 atau menggunakan MS Excell. Dalam penelitian ini, program MS Excell dipilih karena kesederhanaannya dan penggunaan metode AHP tidak melibatkan penggunaan level hirarki. iii Penyusunan Alternatif Strategi Menggunakan Matrik SWOT Setelah didapatkan bobot yang konsisten dari setiap faktor kunci, baik untuk faktor internal dan eksternal, langkah berikutnya adalah menyusun alternatif strategi berdasarkan kesesuaian terbaik dari faktor-faktor tersebut. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunities suatu kegiatan umum secara bersamaan 101 dapat meminimalkan kelemahan weaknesses dan ancaman threats. Matrik analisis SWOT disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Matrik Analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Strenghts Kekuatan  S  S 1  S 2  S 3  … 4  S Weaknesses Kelemahan n  W  W 1  W 2  W 3  … 4  W n Opportunity Peluang  O  O 1  O 2  O 3  … 4  O Strategi S – 0 n Strategi W - P Threats Ancaman  T  T 1  T 2  T 3  … 4  T Strategi S – T n Strategi W - T Sumber : Pearce and Robinson, 1997 Dalam matrik ini dihasilkan empat alternatif strategi SO, ST, WO, WT. Hasil pembobotan dari setiap faktor SWOT menggunakan metode perbandingan berpasangan di atas dimasukkan ke dalam tabel pembobotan seperti yang disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Pembobotan Tiap Unsur SWOT Kekuatan Bobot Peluang Bobot Kelemahan Bobot Ancaman Bobot S 1 P 1 W 1 T 1 S 2 P 2 W 2 T 2 S 3 P 3 W 3 T 3 S.. P.. W.. T.. S n P n W n T n 102 Alternatif strategi pada matriks hasil analisis SWOT dihasilkan dari penggunaan unsur-unsur kekuatan untuk mendapatkan peluang yang ada SO, penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang ST, pengurangan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada WO dari pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang WT. Penjumlahan dari bobot faktor SWOT dilakukan terhadap keterkaitan faktor-faktor SWOT, seperti disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Ranking Alternatif Strategi Faktor SWOT Keterkaitan Bobot Prioritas Strategi SO SO S 1 1 , S 2 ,..,S n , O 1 ,O 2 ,..,O n SO 2 SO… SO n Strategi ST ST 1 ST 2 ST… ST n Strategi WO WO 1 WO 2 WO… WO n Strategi WT WT 1 WT 2 WT… WT n Penggunan teknik AHP masih menjadi perdebatan teoritis. Perbandingan berpasangan adalah yang paling banyak diperdebatkan. Fenomena ini masih belum dapat diselesaikan dan mungkin tidak pernah terselesaikan karena agregasi preferensi yang ditransformasikan dari skala dengan unit berbeda tidak mudah diinterpretasikan dan cukup dapat dipertanyakan Roy, 1996. Asumsi independensi kriteria tidak ada korelasi juga menjadi kelemahan AHP dan metode pengambilan keputusan kriteria majemuk lainnya. Analytic Network Process ANP, yang merupakan generalisasi AHP dengan umpan balik untuk menyesuaikan bobot, bisa jadi menjadi penyelesaian Saaty and Takizawa, 1986. 103

3.6. Definisi Operasional

• Untuk menyamakan persepsi maka perlu dikemukakan definisi operasional dari beberapa istilah yang dipergunakaan dalam penelitian ini, antara lain : • Konsumen adalah bagian masyarakat yang pernah, suka, ataupun sering berbelanja pada PKL. • Masyarakat non pengguna adalah bagian masyarakat yang tidak pernah berbelanja pada PKL. • Masyarakat umum adalah masyarakat secara keseluruhan, baik konsumen ataupun masyarakat non pengguna. • Pasar kuliner adalah para PKL yang berjualan bermacam-macam makanan dan menempati lokasi secara bersama-sama di tempat tertentu dan biasanya berjualan mulai sore hari sampai menjelang pagi hari. • Pasar sayur malam adalah para PKL yang berjualan sayur-mayur serta bermacam-macam keperluan dapur atau keperluan untuk masak-memasak dan menempati lokasi secara bersama-sama di tempat tertentu dan biasanya berjualan mulai malam hari sampai pagi hari. • Pelaku PKL adalah orang yang berusaha mencari nafkah dengan menggunakan bahu jalan atau badan jalan atau ruang-ruang publik untuk tempat usahanya dengan lokasi yang tetap tidak berkeliling. Pasar tumpah adalah para PKL yang berjualan bermacam-macam barang dan jasa atau peralatan-peralatan kecil kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan kebutuhan-kebutuhandan lain, yang menempati lokasi secara bersama-sama, di tempat tertentu sekitar pasar tradisional resmi yang diremajakan dan biasanya kebanyakan mereka berasal dari pedagang pasar lama yang tergusur karena tidak mampu membeli kios-kios di pasar yang baru atau sebab lain, dan biasanya berjualan mulai pagi hari sampai sore hari. • Pemberdayaan PKL adalah usaha pemerintah kota atau lembaga-lembaga lain untuk meningkatkan kemampuan modal dan sumber daya lainnya dari PKL dengan cara yang benar dan manusiawi, bertujuan agar suatu saat mereka mampu menjadi pengusaha formal yang tidak menggunakan lokasi ruang publik lagi untuk tempat usahanya.

Dokumen yang terkait

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

7 70 295

Karakteristik dan permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) serta strategi penataan dan pemberdayaannya dalam kaitan dengan pembangunan ekonomi wilayah di kota Bogor

1 43 649

Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima di Jalan Dewi Sartika Kota Bogor

1 15 207

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

0 29 145

POLA PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KOTA SURAKARTA BERDASAR PADUAN KEPENTINGAN PKL, WARGA MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH KOTA

1 3 10

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 1 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkliwon).

0 1 8

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 2 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM PROGRAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN TAMAN PINANG.

3 35 100

DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENATAAN LINGKUNGAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)

0 0 9