163
pembukuan sederhana untuk pajak dan satu responden memiliki pembukuan format rinci. Responden yang memiliki tipe pembukuan format rinci adalah PKL
waralaba yang memiliki format pembukuan dari pewaralabanya Hasil analisis pada Tabel 93 memiliki implikasi dari sisi pemberdayaan PKL,
yaitu perlunya pelatihan pembukuan sederhana bagi pelaku PKL oleh dinas-dinas yang relevan. Pelatihan ini penting agar pelaku PKL dapat membedakan atau
memilah pos-pos keuangan mereka dalam sistem akuntansi. Mereka seharusnya faham apa yang termasuk dalam komponen pendapatan, komponen pengeluaran,
komponen hutang, piutang usaha, dan sebagainya. Yang sering terjadi mereka mencampur-adukkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha sehingga
keuntungan yang didapat terkadang merupakan keuntungan semu.
5.5.4. Sewa Lapak
PKL memerlukan lokasi dalam memulai usaha. Pemilihan lokasi merupakan hal penting untuk mendapatkan konsumen yang pada gilirannya mempengaruhi
keberhasilan usaha. Beberapa lokasi membutuhkan biaya sewa lapak dan beberapa lokasi lainnya tidak. Hasil analisis pada Tabel 94 menunjukkan bahwa
mayoritas PKL membayar untuk mendapatkan tempat usaha 59,17 , tidak membayar tempat usaha 32,50 , dan tidak memberikan respon jawaban
8,33. Tabel 94. Pembayaran Tempat Usaha
No. Pembayaran Tempat Usaha
Ya Persen
1. Ya
71 59,17
2. Tidak
39 32,50
3. Tidak menjawab
10 8,33
Total 120
100,00
Sumber : Data primer 2011 diolah
Sebanyak 71 responden menyatakan mereka membayar untuk memperoleh tempat usaha, rata-rata sebesar Rp 126.693,- per bulan atau sekitar Rp 5.000,- per
hari, suatu jumlah yang relatif kecil. Mayoritas responden 85,92 menyatakan bahwa sistem pembayaran umumnya harian 85,92 , bulanan 9,86 , dan
tahunan 4,23 .
164
Tabel 95. Jangka Waktu Pembayaran
No. Jangka Waktu Pembayaran
Ya Persen
1. Harian
61 85,92
2. Mingguan
0,00 3.
Bulanan 7
9,86 4.
Tahunan 3
4,23
Total 71
100,00
Sumber : Data primer 2011 diolah
Untuk mengetahui apakah pembayaran tersebut masuk ke pendapatan asli daerah PAD yang dapat digunakan untuk kepentingan pembangunan maka
diperlukan kajian terhadap penerima pembayaran sewa lapak tersebut. Pihak penerima pembayaran sewa lapak dapat berupa pihak resmi atau Pemerintah Kota,
koperasi, paguyuban, LSMormas dan oknum tertentu. Hasil analisis pihak
penerima pembayaran menurut responden disajikan pada Tabel 96. Tabel 96. Pihak Penerima Pembayaran Sewa Lapak
No. Penerima Pembayaran
Ya Persen
1. Pemerintah resmi
5 7,04
2. Koperasi
0,00 3.
Paguyuban 37
52,11 4.
LSMormas 0,00
5. Oknum
29 40,85
Total
71
100,00
Sumber : Data primer 2011 diolah
Hasil analisis menunjukkan bahwa lebih setengah dari responden melakukan pembayaran pada paguyuban 52,11 , diikuti oleh oknum tertentu 40,85 ,
dan hanya 7,04 yang melakukan pembayaran resmi pada pihak Pemerintah Kota Bogor. Hasil ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pendapatan dari
sewa lapak tidak masuk ke dalam PAD tetapi diterima organisasi pedagang itu sendiri dan oknum-oknum tertentu.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya sedikit PKL yang melakukan pembayaran resmi ke Pemerintah Kota Bogor. Kondisi ini berhubungan dengan
masih banyaknya PKL yang belum berijin dalam menggunakan lokasi PKL. Berdasarkan Keputusan Walikota Bogor No. 511.23.45-23 tahun 2007, Kepala
165
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi ditunjuk untuk memberikan ijin penggunaan lokasi, pembinaan dan penataan PKL. Pemerintah Kota Bogor
mewajibkan pembayaran restribusi pemakaian kekayaan daerah, restribusi pelayanan sampah dan bagi PKL kuliner wajib membayar pajak restoran, tetapi
tidak mewajibkan pembayaran lapak atau tempat usaha.
5.5.5. Fluktuasi Usaha