30 Tabel 4. Lapangan Kerja menurut Aktivitas Ekonomi di Indonesia
Ekonomi Tahun dalam
1996 1998
2000 2002
2004 2006
Formal 37.2
34.6 35.1
30.4 30.3
30.2 Informal
62.8 65.4
64.9 69.6
69.7 69.8
Sumber : Lee dan Eyraud 2007
Data ini mengindikasikan bahwa dalam satu dekade terakhir, lapangan kerja sektor formal menunjukkan tren semakin menurun, sedangkan lapangan kerja
informal menunjukkan tren semakin meningkat. Tren ini terjadi khususnya karena kegagalan ekonomi formal dalam menyerap pengangguran dan yang belum
bekerja termasuk meningkatnya angkatan kerja baru. Uraian di atas menunjukkan bahwa sektor informal mencakup berbagai sektor
dalam perekonomian, seperti sektor informal di sektor pertanian, manufaktur, perdagangan barang dan jasa, dan sebagainya sehingga penggunaan istilah sektor
informal dapat menimbulkan kerancuan dalam pengertiannya yang selanjutnya berimplikasi pada penataan dan pemberdayaannya.
Demikian pula halnya jika untuk sektor informal digunakan istilah atau nama ekonomi informal. Jika digunakan istilah atau nama ekonomi maka pengertiannya
akan sangat luas, padahal bukan itu maksud dari istilah sektor informal Wiliams Windebanki, 1998; Suharto, 2003.
2.3.4. Pedagang Kaki Lima PKL
PKL merupakan salah satu bentuk aktivitas perdagangan sektor informal Kuntjoro Jakti, 1986. PKL adalah pedagang kecil yang umumnya berperan
sebagai penyalur barang-barang dan jasa ekonomi kota. Keberadaan PKL dapat ditemukan, baik di negara maju maupun berkembang Schneider, 2002.
Istilah kaki lima sendiri berasal dari trotoar yang dahulu berukuran lebar 5 feet
atau sama dengan kurang lebih 1.5 meter, sehingga dalam pengertian ini PKL adalah pedagang yang berjualan pada kaki lima, dan biasanya mengambil tempat
atau lokasi di daerah keramaian umum seperti trotoar di depan pertokoan atau kawasan perdagangan, pasar, sekolah dan gedung bioskop Widodo, 2000.
Pengertian PKL terus berkembang sehingga sekarang menjadi kabur artinya. Mereka tidak lagi berdagang di atas trotoar saja, tetapi di setiap jalur pejalan kaki,
tempat-tempat parkir, ruang-ruang terbuka, taman-taman, terminal bahkan di
31 perempatan jalan dan berkeliling ke rumah-rumah penduduk Sari, 2003. Mc.
Gee dan Yeung 1977 memberikan pengertian PKL sama dengan hawker, yang didefinisikan sebagai sekelompok orang yang menawarkan barang dan jasa untuk
dijual pada ruang publik, terutama di pinggir jalan dan trotoar. Dalam konteks kota, usaha informal mencakup operator usaha kecil yang
menjual makanan dan barang atau menawarkan jasa dan pada gilirannya melibatkan ekonomi uang dan transaksi pasar. Ini disebut sebagai sektor informal
perkotaan atau Urban Informal Sector Suharto, 2003. Sebagai sebuah unit usaha, PKL merupakan kegiatan usaha informal karena
tidak mempunyai legalitas usaha. Relasi yang dibangunpun sering merupakan relasi informal dalam artian tidak menggunakan perjanjian tertulis di antara
mereka Nurul, 2009. Pengetahuan tentang karakteristik formal dan informal menjadi penting jika
dikaitkan dengan kebijakan. PKL sering dianggap sebagai kegiatan informal dan tidak tercatat sehingga kontribusi ekonomi mereka tidak diperhitungkan dalam
kegiatan ekonomi kota. Karena kontribusi ini tidak dihitung maka pendekatan yang diambil Pemerintah Kota terhadap kelompok PKL terutama adalah
pendekatan yang bersifat pengaturankontrol dan pelarangan Nurul, 2009. PKL adalah orang yang melakukan usaha produktif dengan menghasilkan
suatu barang tertentu atau melakukan usaha jasa perdagangan, baik barang-barang baru maupun bekas dengan menggunakan tempat di trotoar jalan ataupun tepi
jalan atau di jalan itu sendiri tanpa mendapat izin secara formal. Wiego Women in Informal Employment : Globalizing and Organizing
dalam papernya A Policy Response to the Informal Economy, Addressing Informality, Reducing Poverty,
pada tahun 2009 menyatakan bahwa terdapat beberapa paradigma terhadap PKL antara lain adalah :
1. Sektor informal adalah ekonomi tradisional yang akan mati dengan pertumbuhan industri modern. Produktivitasnya hanya marginal.
2. Keberadaaannya terpisah dari ekonomi formal. 3. Mencerminkan surplus tenaga kerja.
4. Sebagian besar sektor ini adalah pengusaha bisnis ilegal atau tidak terdaftar untuk menghindari regulasi dan pajak.
32 5. Pekerjaan pada ekonomi informal sebagian besar terdiri dari aktivitas untuk
bertahan hidup dengan demikian bukan menjadi subyek kebijakan ekonomi. 6. Terutama terdiri dari usaha tidak terdaftar, pedagang jalanan, dan produsen
skala sangat kecil. 7. Tidak teregulasi.
8. Karena tidak teregulasi dan tidak kena pajak sebagian yang bekerja pada sektor informal adalah tidak sejahtera.
9. Tidak berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
2.4. Kebijakan Publik 2.4.1 Konsepsi Kebijakan Publik