Novelty Kebaruan TINJAUAN PUSTAKA

67

2.10. Novelty Kebaruan

Penelitian-penelitian terhadap PKL tidak terlepas dari penelitian sektor informal baik di negara maju maupun berkembang. Untuk mengetahui kebaruan dari penelitian ini, seperti disajikan dalam tabel 11 berikut adalah ringkaian dari beberapa kajian literatur sektor informal selama 10 tahun terakhir baik dari sumber nasional maupun internasional.. Penelitian ini menawarkan kebaruan dalam beberapa aspek khususnya sampling dan teknik sampling dan metode penelitian yang digunakan. Pertama, dari sisi sampling, penelitian ini menggunakan tiga tipologi sebagai pewakil PKL di kota Bogor. Penelitian-penelitian di Indonesia seperti Budi 2006 untuk PKL di Pemalang, Suharto 2003 di Bandung, Laboratorium Hukum Universitas Sriwijaya 2004 untuk PKL di Palembang, Korompis 2005 untuk PKL di Bogor, Tohar 2007 di Kota Medan, Rahmawati 2008 di Bogor, menggunakan teknik sampling berdasarkan persentase jumlah seluruh PKL yang ada. Penggunaan tipologi ini adalah hal baru dari sisi penelitian PKL. Kedua, Penelitian mengenai persepsi terhadap PKL umumnya didasarkan pada persepsi masyarakat dan pemerintah lokal misalnya Tohar, 2003; Budi, 2006; Disperidagkop, 2010. Penelitian ini memiliki kebaruan karena memasukkan persepsi toko pesaing sektor formal yang bergerak dalam penjualan barang atau jasa yang sama dan persepsi pemasok sektor formal dan informal yang memasok barang dagangan ke PKL. Persepsi toko pesaing dan pemasok perlu dikaji untuk dapat secara lebih luas menangkap persepsi terhadap PKL. Ketiga, dari sisi metodologi, penggunaan teknik A’WOT adalah hal baru untuk bidang kajian PKL karena menawarkan pembobotan pada faktor-faktor yang mempengaruhi strategi dalam penataan dan pemberdayaan PKL. Kajian terhadap literatur di atas menunjukkan bahwa teknik ini belum digunakan dalam kajian PKL. Kajian PKL di kota Bogor yang dilakukan oleh Rahmawati 2008 lebih membahas pada aspek efektivitas penataan PKL sedangkan PT Oxalis Subur dan Disperindagkop kota Bogor 2010 menggunakan teknik SWOT tanpa pembobotan. Kempat, kebaruan berikutnya dalam penelitian tentang PKL ini sampai pada tahap formulasi seperangkat strategi yang perlu dilakukan secara sinergis dan 68 komprehensif. Seperangkat strategi ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah. Pada penelitian penelitian terdahulu belum ditemukan hasil penelitian berupa seperangkat strategi yang sinergis, melainkan strategi yang dihasilkan masih bersifat parsial. Kelima, dalam penyusunan formulasi strategi dan usulan relokasi mempertimbangkan teori teori lokasi. Teori teori lokasi ini penting untuk dipertimbangkan mengingat PKL memiliki kepentingan atas kelangsungan usahanya, dimana kerumunan orang merupakan potensi untuk dapat berjualan. Sementara disisi lain Pemerintah Daerah memiliki keterbatasan ruang dan infrastruktur lainnya, dan Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur daerahnya sendiri. 69 Tabel 11. Kajian Literatur Sektor Informal Selama 10 Tahun Terakhir Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan 2002 Friedrich Schneider Size And Measurement Of The Informal Economy In 110countries Around The World Paper, disajikan pada Workshop of Australian National Tax Centre, ANU, Canberra, Australia , Juli 17, 2002 Model currency demand dan discrepancy method  Tidak ada metode terbaik dalam mengukur ekonomi informal; setiap pendekatan memiliki kelemahan dan kelebihan.  Ukuran ekonomi informal di sebagian besar negara transisi dan OECD cenderung meningkat selama dekade terakhir.  Ekonomi Informal adalah fenomena komplek, terdapat baik di negara maju dan berkembang.  Orang menjalankan ekonomi informal dengan beragam alasan, yang terpenting adalah tindakan pemerintah, terutama pajak dan regulasi. 2002 Santosh Mehrotra And Mario Biggeri Social Protection in the Informal Economy: Home Based Women Workers and Outsourced Manufacturing in Asia UNICEF Innocenti Research Centre and Department of Economics, University of Florence Survey di 5 negara Asian – dua negara berpendapatan rendah India, Pakistan dan tiga negara berpendapatan menengah Indonesia, Thailand, Philippines. Metode kuantitatif Menggunakan survey ad hoc rumah tangga, dengan kuisioner dari UNICEF. Studi kasus dengan focus group  Perlindungan sosial diperlukan bagi pekerja wanita  Pekerja industri rumah tangga bekerja dalam kodisi eksploitatif dimana mereka mendapatkan bagian yang kecil dari total harga yang dibayarkan konsumen akan produknya  Feminisasi pekerjaan berimplikasi penting untk dimensi gender dalam siklus pengembangan sdm dalam rumah tangga.  Rendahnya level pendidikan dan masalah kesehatan dari pekerja 70 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan discussions FGD dan survey kuantitatif dengan kuisioner. Desain survey adalah purposif ad hoc Menggunakan analisis Value chain memerlukan intervensi publik. 2002 Edi Suharto Human Development And The Urban Informal Sector In Bandung, Indonesia: The Poverty Issue New Zealand Journal of Asian Studies 4, 2 Desember, 2002: 115-133. Micro-level surveys “multistage cluster sampling technique ” 150 orang.  Mayoritas 80 persen PKL masih dikategorikan miskin dan rentan.  Profil pedagang kakilima di Bandung berbentuk hexagonal, berbeda dengan bentuk pyramid dari studi keterkaitan antara sektor informal dan kemiskinan di negara berkembang khususnya Amerika Latin  Dengan referensi indikator manusia dan modal sosial, PKL dapat dikategorikan tidak ‘miskin’karena memiliki pendidikan dasar yang mencukupi dan akses terhadap jasa kesehatan dan fasilitas perumahan, meski propensitas dalam aktivitas sosial rendah.  Indikator pembangunan manusia dan sosial dari pedagang kakilima nampak lebih baik dibandingkan angka nasional. 71 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan 2003 Winnie V. Mitullah Street Vending In African Cities: A Synthesis Of Empirical Findings From Kenya, Cote D’ivoire, Ghana, Zimbabwe, Uganda And South Africa Background Paper for the 2005 World Development Report , 16 Review 6 studi kasus di 6 negara Afrika. Menggunakan data primer dan sekunder. Agustus 2003  PKL penting sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja  PKl memberikan peluang yang dapat meminimalkan dampak sosial  PKL bekerja dalam lingkunga yang keras tanpa infrastruktur dan layanan dasar.  Mereka menghadapi masalah pasar dan investasi.  Meski mereka membayar retribusi ke pemda, pemda tidak dapat memberikan layanan yang mencukupi.  Komunikasi yang lemah antara PKL dan otoritas urban. Asosiasi PKL lemah dan membutuhkan fasilitasi dalam berorganisasi.  PKL tidak memiliki akses terhadap pembiayaan formal, dan sebagian besar tergatung pada tabungan sendiri, pembiayaan dari teman dan kerabat. 2003 Ali Tohar Profil Dan Strategi Pengembangan Sektor Informal Di Kota Medan Thesis. Program Pascasarjana, Universitas Sumetera Utara Analisis deskriptif dan regresi berganda  Modal investasi, pengalaman berdagang, jam kerja, modal kerja per bulan dan jam kerja berpengaruh pada pendapatan PKL di kota Medan 2005 Tim Slack Work, Welfare, and the Informal Economy : An Examination of Family Livelihood Strategies in Manuscript disiapkan untuk presentasi pada Northeastern U.S. Rural Poverty Conference in-depth interview , survey dengan telepon, sampel random, multiple  Struktur umur rumah tangga penting dalam memahami partisipasinya dalam ekonomi informal 72 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan Rural Pennsylvania Mei 3-4, 2005 State College, PA regression analysis  Jejaring dan norma sosial timbal balik penting dalam memfasilitasi ekonomi informal  Pendekatan survey sesuai dalam studi ekonomi informal 2006 Tri widodo Peran sektor informal terhadap perekonomian daerah : pendekatan delphi- IO dan aplikasi Jurnal ekonomi dan bisnis indonesia vol 21, no.3, 2006, 254-267 Pendekatan survey dan non survey; Analisis IO  Sektor informal berkontribusi positif pada pembangunan DIY melalui peningkatan output, penyediaan lapangan kerja, pendapatan masyarakat  Kontribusi positif sektor informal punya batas tertentu dan jika sudah melebihi batasnya maka akan menurun kontribusinya 2006 Ari Sulistyo Budi Kajian Lokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pkl Serta Persepsi Masyarakat Sekitar Di Kota Pemalang Thesis. Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang Penelitian deskriptif sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis distribusi frekuensi, tabulasi silang dan deskriptif kualitatif.  PKL merupakan salah satu alternatif mata pencaharian bagi warga kota Pemalang yang tidak dapat memasuki sektor formal karena mempunyai ciri-ciri mudah dimasuki, tidak membutuhkan pendidikan tinggi, tidak membutuhkan modal yang besar, namun dapat menghasilkan pendapatan yang kadang melebihi sektor formal. PKL cenderung mengelompok dengan sejenisnya.  Kegiatan PKL sebagai salah satu sektor informal belum terantisipasi dalam perencanaan tata ruang kota sehingga sarana dan prasarana yang ada biasanya 73 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan kurang mendukung kegiatan PKL 2007 Sertac Gonec and Harun Tanrivermis Factor that affecting informal economy of rural turkey Journal of Applied Sciences, 721 :3138-3153, 2007, Asian Network for scientific information Data primer dari survey 394 rumah tangga dengan simple random sampling Korelasi Pearson dan Analisis regresi berganda  Ukuran usaha, jumlah tenaga kerja keluarga dan akses pasar ditemukan sebagai faktor penting  Transformasi struktur informal menjadi formal dapat dilakukan dengan memfasilitasi integrasi usaha dengan pasar 2008 Ishola Rufus Akintoye Reducing Unemployment Through the Informal Sector: A Case Study of Nigeria European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences ISSN 1450-2275 Issue 11 2008 Data sekunder ketenagakerjaan  Sektor informal sebagai media dalam menurunkan pengangguran di Nigeria  Pemerintah dan semua stakeholder yang relevan harus berusaha menurunkan pengangguran memberikan dukungan keberadaan sektor informal 2008 Aloysius Gunadi Brata Vulnerability Of Urban Informal Sector: Street Vendors In Yogyakarta, Indonesia Paper prepared for the International Conference on Social, Development and Environmental Studies: Global Change and Transforming Spaces, November 18-19th , 2008, School of Social, Development and Environmental Studies, Faculty of Social Sciences and Humanities, University Kebangsaan Malaysia Survei lapang, index kerentanan dengan sampel 122 PKL.  Tingkat kerentanan PKL di Yogyakarta adalah sedang 74 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan 2009 Rudra Suwal dan Bishnu Pant Measuring Informal Sector Economic Activities in Nepal Paper Prepared for the Special IARIW-SAIM Conference on “Measuring the Informal Economy in Developing Countries” Kathmandu, Nepal, September 23-26, 2009 Membandingkan data sektor informal dari hasil dua survey : sensus ekonomi vs survey khusus  Di negara berkembang seperti Nepal sektor informal berkontribusi penting pada ekonomi nasional.  Perlu melakukan survei teratur untuk menangkap aktivitas ekonomi sektor informal 2009 Kevin Greenidge, Carlos Holder And Stuart Mayers Estimating The Size Of The Informal Economy In Barbados Business, Finance Economics In Emerging Economies Vol. 4 No. 1 2009 unrestricted error correction model dan general-to-specific GETs modelling  Sektor informal cukup besar dan tumbuh sepertiga dari besaran ekonomi formal  Tingginya derajad informalitas antara sektor formal dan informal  Kehilangan signifikan penerimaan pajak langsung akibat sektor informal namun diimbangi dengan lebih tingginya penerimaan pajak tidak langsung PPN and kesejahteraan sosial  Tidak disarankan menghilangkan sektor informal, tetapi perlahan- lahan memformalkannya  Signifikansi sektor informal berimplikasi pada kebijakan moneter dan fiskal.  Pengaruh spillover antar sektor informal dan formal harus dipertimbangkan dalam desain kebijakan. 75 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan 2009 Suparwoko Nitisudarmo The role of the informal sector in contributing to the urban landscape in Yogyakarta – Indonesia concerning on the urban heat island issue Proceedings Real Corp 2009 Tagungsband 22-25 April 2009, Sitges. http:www.corp.at Survey langsung  Pedagang Informal dapat menarik wisatawan lokal dan internasional.  Penempatan PKL di pedestrian tidak sesuai dengan konsep “place for people”  Perlu kerjasama antar stakeholder termasuk Pemkot, LSM, universitas, komunitas PKL dan pemimpin lokal.  PKL yang beroperasi di ruang publik tidak mendukung dan memotivasi pembangunan landskap urban yang berimbang dalam hal elemen alami lingkungan urban.  Keberadaan PKL sejalan dengan teori simulasi perubahan tata guna lahan akibat migrasi dengan alasan ekonomi 2009 Rob Davies dan James Thurlow Formal–Informal Economy Linkages and Unemployment in South Africa IFPRI Discussion Paper 00943, International Food Policy Research Institute December 2009 Model CGA multiregion yang dikalibrasi secara empiris.  Liberalisasi perdagangan menurunkan lapangan kerja nasional. Pada saat yang sama meningkatkan lapangan kerja formal, merugikan produsen informal, dan menguntungkan pedagang informal, yang diuntungkan dari lebih murahnya impor.  Subsidi upah bagi pekerja formal berketrampilan rendah mendoroh lapangan kerja nasional tetapi merugikan produsen informal 76 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan dengan memperberta kompetisi pada pasar produk domestik.  Transfer cash tidak kondisional mendorong permintaan produk informal, pada gilirannya meningkatkan lapangan kerja informal tanpa merugikan produsen formal.  Arti penting pembedaan antara sektor formal dan informal pada kebijakan sosio-ekonomi. 2009 Andrew Henley, G,Reza Arabsheibani Dan Francisco G. Carneiro On Defining and Measuring the Informal Sector: Evidence from Brazil World Development Vol. 37, No. 5, pp. 992–1003, 2009 Data survei rumah tangga Brazil periode 1992–2004. Analisis Regresi  Pengukuran yang tepat sangat penting dalam analisis kebijakan dan desai strategi yang tepat untuk menurunkan informalitas.  Informalitas dapat diukur melalui status kontrak kerja, perlindungan jaminan sosial dan sifat pekrjaan dan karateristik pekerjanya.  Pengambil kebijakan harus jelas mengenai sub-group dalam sektor informal untuk mendesain kebijakan. Desai kebijakan untuk mendorong dinamisme kewirausahaan dalam ekonomi perlu mempertimbangkan konsekuensi yang tidak diinginkan yang dapat memperburuk proteksi sosial atau legal bagi sub-groups pekerja informal.  Di sisi lain kebijakan untuk mendorong proteksi sosial dan 77 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan legal dapat berdampak buruk terhadap aktivitas kewirausahaan. 2009 Simon Commander, Natalia Isachenkova, dan Yulia Rodionova3 A model of the informal economy with an application to Ukraine Earlier drafts of the paper were presented at an IZA- EBRD Conference on Labour Market Dynamics, Role of Institutions and Internal Labour Markets, held at the University of Bologna, May 5-8 2005, and at a LIRT-HSE’s seminar in the spring of 2009. Panel dataset dari Ukraine Longitudinal Monitoring Surveys ULMS tahun 2003 and 2004 menggunakan mixed multinomial logit model  Perusahaan Privat memilih apakah menjadi formal – dan membayar pajak – atau tetap informal, subyek pelanggaran pajak  Perlunya peningkatan efisiensi tenaga kerja di negara-negara transisi 2010 Henky Japina Analisis Determinan Pendapatan Sektor Informal Di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan batu Thesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, Ps Ekonomi Pembangunan model regresi linier berganda dengan alat Metode nonprobability sampling metode Ordinary Least Squares OLS.  modal kerja, jumlah tenaga kerja dan alokasi waktu usaha secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan sektor informal  Lama berusaha secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan sektor informal di Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu. 2010 Florencia G, Casanova-Dorotan, Phoebe Cabanilla, Maria Corazon Tan and Maria Antonette Montemayor Informal Economy Budget Analysis in Philippines and Quezon City Inclusive Cities Research Report No. 6. Women in Informal Employment: Globalizing and Organizing WIEGO under the Inclusive Cities Project March 2010 Data sekunder dan FGD.  Budget nasional dan lokal di Philippina akan dapat merubah kehidupan pekerja ekonomi informal yang miskin, khususnya pekerja home industri, PKL dan pemulung di Quezon City, hanya jika pengeluaran publik dapat memberikan mata pencaharian 78 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan yang layak dan perlindungan sosial, jika mereka diberdayakan secara politis, jika hak asasinya dilindungi, dan jika mendapatkan kualitas hidup lebih baik. 2010 Mohammad Akharuzzaman dan Atsushi Deguchi Public Management for Street Vendor Problems in Dhaka City, Bangladesh Proc. of International Conference on Environmental Aspects of Bangladesh ICEAB10, Japan, Sept. 2010 Survey lapang  PKL menjalankan usahanya secara temporer tanpa sistem manajemen berkelanjutan dengan keterbatasan keterlibatan pemerintah di Dhaka City.  Dengan rendahnya rasa tanggung jawab, PKL menghadirkan masalah sampah dan kemacetan di pusat urban. Tetapi banyak warga urban tergantung pada PKL baik sebagai pekerjaan atau untuk berbelanja.  PKL adalah sektor perdagangan urban penting di Dhaka City.  Namun dengan situasi informal, pemkot sering melakukan penggusuran dan kekerasan  Pemkot perlu membangun sistem manajemen untuk PKL agar dapat berusaha dengan tanggung jawab dan pemkot dapat mengumpulkan pajak  Sistem management ini sebaiknya dijalankan oleh pemkot, PKL dan masyarakat sebagai kerja masyarakat. 79 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan 2010 John Walsh The Street Vendors of Bangkok: Alternatives to Indoor Retailers at a Time of Economic Crisis American Journal of Economics and Business Administration 2 2: 185- 188, 2010 ISSN 1945-5488 Studi kasus menggunakan data sekunder dan rekapitulasi riset primer yang dilakukan sebelumnya.  Riset PKL menunjukkan kisaran yang lebar dalam pengalaman, kemampuan menyediakan nilai tambah pada barang dan jasa dan motif bisnis.  Mayoritas PKL memiliki ambisi level UMR minimum dan lemah dalam konsep marketing atau nilai tambah produk  PKL menyediakan lapangan kerja.  Harga PKL lebih murah 2011 Krishna Prasad Timalsina An Urban Informal Economy: Livelihood Opportunity to Poor or Challenges for Urban Governance Global Journal of Human Social Science, Volume 11 Issue 2 Version 1.0 March 2011, Publisher: Global Journals Inc. USA Data sekunder dan primer Kuisioner open-ended, interview , observasi partisipatif dan non- partisipatif Sampel 30 PKL dengan snowball sampling .  Aktivitas PKL didominasi oleh migran dari pedesaan, dengan pendidikan dan skill rendah.  PKL menciptakan peluang dan kesempatan kerja  PKL menyediakan barang dengan harga lebih murah  Sulit dalam mengontrol dan mengelola PKL  Solusi : penyediaan lokasi khusus. 2011 Abdullah Takim Effectıveness of the Informal Economy in Turkey European Journal of Social Sciences – Volume 19, Number 2 2011 Studi literatur  Menghapuskan kendala finansial sebagai salah satu alasan dasar keberadaan sektor informal akan membantu dalam mengontrol ekonomi informal.  Meningkatkan kesadaran sosial dalam mengekang sektor informal.  Kurangnya kesadaran sosial 80 Tahun Penulispeneliti Judul Jurnal Sampling dan teknik sampling, metode Kesimpulan terkait dengan ketidakmampuan pemerintah untuk mengamati secara transparan situasi di masa lalu.  Perjuangan untuk mengontrol ekonomi informal terlebih dulu dilakukan dengan membangun kebijakan jika volume ekonomi informal ingin diturunkan sampai pada level minimum yang dapat diterima.  Kebijakan jangka pendek bukanlah penyelesaian permanen untuk ekonomi informal.  Kontrol yang efektif berperan penting dalam menyelesaikan masalah ekonomi informal.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam Rencana Strategis Kota Bogor tahun 1999-2009 seperti yang tercantum dalam Perda No. 1 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, fungsi Kota Bogor adalah : 1 Sebagai kota perdagangan, 2 Sebagai kota industri, 3. Sebagai kota permukiman, 4 Wisata ilmiah, dan 5 Kota pendidikan. Fungsi ini menentukan arah perkembangan kota Bogor dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Fungsi pertama sampai ketiga memiliki konsekuensi pembangunan kota Bogor yang mengakomodasi perdagangan, industri, dan pemukiman yang dicirikan dengan pesatnya pertumbuhan ketiga sektor ini, dengan tumbuh suburnya outlet-outlet perdagangan di sepanjang Jalan Pajajaran, pembangunan ruko-ruko baru di Loji, dan pembangunan pusat-pusat perbelanjaan.

3.1. Kerangka Pemikiran

Dalam konteks pembangunan kota Bogor, kinerja pembangunan ekonomi kota ini didukung oleh dua sektor yaitu sektor formal dan sektor informal. Terdapat koneksi yang erat antara sektor informal dan formal, baik pada level ekonomi lokal, nasional maupun global melalui jejaring sub kontrak dan rantai komoditas Brown, 2005. Namun demikian kedua sektor ini memiliki karakteristik berbeda sehingga perlakuan kebijakan terhadap kedua sektor inipun berbeda. Sektor informal perkotaan dicerminkan oleh Pedagang Kaki Lima PKL sebagai wajah utamanya. Scheneider 2002 menyatakan bahwa ekonomi informal adalah fenomena komplek, terdapat baik di negara maju maupun berkembang. Ekonomi informal sendiri mengalami pertumbuhan yang sangat cepat di negara- negara berkembang. Umumnya diyakini bahwa pertumbuhan sektor ini dipicu oleh meningkatnya pengangguran di negara-negara berkembang. Pertumbuhan sektor informal PKL di perkotaan memiliki dua sisi koin yang berbeda. Pada sisi koin positif, PKL mampu menjadi katup penyelamat ekonomi melalui kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja dan bila dikelola dapat

Dokumen yang terkait

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

7 70 295

Karakteristik dan permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) serta strategi penataan dan pemberdayaannya dalam kaitan dengan pembangunan ekonomi wilayah di kota Bogor

1 43 649

Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima di Jalan Dewi Sartika Kota Bogor

1 15 207

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

0 29 145

POLA PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KOTA SURAKARTA BERDASAR PADUAN KEPENTINGAN PKL, WARGA MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH KOTA

1 3 10

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 1 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkliwon).

0 1 8

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 2 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM PROGRAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN TAMAN PINANG.

3 35 100

DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENATAAN LINGKUNGAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)

0 0 9