BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Umum. PKL Kota Bogor dapat dikarakteristikkan sebagai berikut : a berpendidikan rendah, tidak dapat dikategorikan miskin karena
mereka bukan penerima BLT dan mampu mendapatkan pendapatan bersih di atas UMR kota, mayoritas tidak memiliki usaha sebelum menjadi PKL, sudah
lama menjadi PKL dan mereka memilih berlokasi di tempat strategis menempati badan jalan dan trotoar dengan luasan rata-rata 4m
2
; b Bekerja dalam lingkungan kotor dengan jam kerja rata-rata 10 jam perhari dan tanpa
hari libur, pekerjanya tidak memiliki jaminan sosial dan sebagian besar belum terdaftar di pemerintah kota; c Diperlukan modal kecil untuk
menjadi PKL antara Rp 1.000.000,- – Rp 5.000.000,- dengan mayoritas bersumber dari modal sendiri, mereka harus membayar untuk mendapatkan
lapak kepada paguyuban atau oknum. Dari sisi biaya, komponen biaya resmi kebersihan dan restribusi lebih kecil dibandingkan biaya tidak resmi
keamanan. Harapan PKL. Secara umum PKL mengharapkan akses memperoleh
pinjaman, bantuan memperoleh suplai dan penataan usaha atau tempat. PKL menyadari bahwa usaha mereka di ruang publik atau privat
menyalahimelanggar aturan Pemerintah Kota dan menunjukkan keinginan untuk ditata dan dikelola di tempat usaha sekarang.
Persepsi Masyarakat, Pemasok, dan Pesaing. Baik pemasok dan pesaing memandang PKL tidak mengganggu usaha mereka. Pemasok menyatakan
bahwa keberadaan PKL menambah rantai pemasaran. Dari sisi manfaat keberadaan PKL, pesaing menyatakan bahwa keberadaan PKL dapat
menurunkan jumlah pengangguran yang ada di masyarakat. Pemasok dan masyarakat umum menyatakan bahwa keberadaan PKL membuat mereka
mudah mendapatkan kebutuhan dan memperpendek rantai pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan PKL. Hasil analisis
menunjukkan bahwa variabel X
1
omzet, Sig-t= 0.062, X2
3. Analisis kebijakan menunjukkan sudah ada perangkat legal pengelolaan PKL di kota Bogor dalam bentuk Perda No. 13 tahun 2005 dan Surat Keputusan
Walikota Bogor No. 511.23.45.146. Tahun 2008. Implementasi dari dua bentuk regulasi tersebut masih belum optimal dan belum mengakomodasi
kepentingan bersama antara PKL dan Pemerintah Kota. modal awal,
Sig-t = 0.056 dan D4 dummy lokasi, Sig-t = 0.07 berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan PKL pada taraf 10 . Peningkatan omzet
Rp.1 000,-bulan akan meningkatan pendapatan bersih pedagang sebesar Rp.12,-bulan, cateris paribus. Peningkatan modal awal Rp.1 000,- akan
meningkatkan pendapatan bersih Rp.2,-bulan. Variabel asal pedagang D3 meski berpengaruh signifikan Sig-t = 0.007 tetapi menunjukkan tanda
negatif. Dummy kebersihan juga berpengaruh signifikan sig-t = 0.091. 2. PKL berkontribusi terhadap ekonomi kota Bogor karena telah menjadi mata
pencaharian utama dan menciptakan peluang dan lapangan kerja. Potensi kontribusi PKL terhadap PAD dikumpulkan melalui retribusi penggunaan
kekayaan daerah, retribusi sampah dan kebersihan dan pajak restoran untuk pedagang makanan dan minuman. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
pendapatan PKL tidak berpengaruh nyata terhadap pendidikan dan kesehatan tetapi berpengaruh nyata terhadap konsumsi rumah tangga, hal ini berarti
bahwa kontribusi PKL terhadap perekonomianpembangunan wilayah terutama dari sisi belanja konsumsi.
4. Dari hasil analisis A’WOT menunjukkan bahwa seperangkat strategi prioritas yang perlu dilakukan secara komprehensip adalah :
a. Registrasi dan pembuatan database PKL. b. Pemberdayaan ekonomi pelaku PKL.
c. Menyatukan persepsi dalam pengelolaan PKL. d. Penundaan penggusuran dialog dengan pemda.
e. Pembatasan jumlah pedagang dalam satu lokasi. f. Mensyaratkan setiap pengelola gedungpabrikkompleks perumahan
untuk menyediakan lokasi tertentu bagi PKL, g. Melakukan penataan lokasi PKL.
9.2. Saran