Persepsi PKL terhadap Penataan

171 terkait dengan permasalahan yang mereka hadapi. Hasil analisis pada Tabel 102 menunjukkan bahwa mereka mengharapkan akses memperoleh pinjaman 18,87 , bantuan memperoleh suplai 12,45 , penataan usaha atau tempat 12,45, pelatihan teknis 9,81 , pelatihan manajemen dan keuangan 9,43 , akses informasi pasar 9,43 , pendaftaran usaha 6,04 , dan iklan produklayanan baru 1,13 . Tabel 102. Bentuk Bantuan yang Diharapkan No. Bentuk Bantuan yang Diharapkan Ya Persen 1. Pelatihan teknis 26 9,81 2. Pelatihan manajemen dan keuangan 25 9,43 3. Bantuan memperoleh suplai 33 12,45 4. Akses memperoleh pinjaman 50 18,87 5. Akses informasi pasar 25 9,43 6. Penataan usahatempat 33 12,45 7. Pendaftaran usaha 16 6,04 8. Iklan produklayanan baru 3 1,13 9. Lainnya 0,00 Total 211 80,00 Sumber : Data primer 2011 diolah

5.7. Persepsi PKL terhadap Penataan

Eksplorasi lebih lanjut diarahkan pada pemahaman PKL terhadap peraturan yang ada. Di Bogor sudah terdapat Perda yang berhubungan dengan PKL yaitu Perda No. 13 Tahun 2005. Yang perlu dikaji adalah apakah Perda ini sudah disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat umum atau PKL, karena masih terdapat PKL yang menempati titik-titik yang peruntukannya bukan untuk PKL. Hasil analisis kesadaran responden PKL terhadap peraturan yang ada disajikan pada Tabel 93, yang menunjukkan bahwa mayoritas PKL 67,50 menyadari bahwa usaha mereka di ruang publik atau privat menyalahi atau melanggar aturan Pemerintah Kota. Namun demikian PKL yang tidak mengetahui bahwa mereka melanggar aturan juga cukup besar 32,50 . Hasil ini mengindikasikan dua hal, yaitu: • Sosialisasi Perda belum maksimal karena masih cukup banyak PKL yang tidak mengetahui. 172 • Perda belum mengakomodasi kepentingan PKL sehingga mereka cenderung mengabaikan peraturan yang ada. Kedua hal tersebut berimplikasi pada kebijakan atau strategi pengelolaan PKL di Kota Bogor. Tabel 103. Pemahaman Responden terhadap Aturan No. Pemahaman terhadap Aturan Ya Persen 1. Paham 81 67,50 2. Tidak paham 39 32,50 Total 120 100,00 Sumber : Data primer 2011 diolah Eksplorasi lebih lanjut terhadap kesediaan PKL untuk ditata Tabel 94 menunjukkan bahwa mayoritas responden 60,83 berkeinginan untuk ditata, sedangkan 39,17 PKL tidak mau ditata. Tabel 104. Kemauan PKL untuk Ditata No. Kemauan Ditata Ya Persen 1. Bersedia 73 60,83 2. Tidak bersedia 47 39,17 Total 120 100,00 Sumber : Data primer 2011 diolah Bagi PKL yang mau ditata maka perlu dicarikan bentuk-bentuk pengelolaan yang selaras dengan Perda untuk mengakomodasi harapan atau keinginan mereka. Bagi mereka yang tidak mau ditata, diperlukan tindakan persuasif dari dinas-dinas yang relevan sehingga mereka mau berpartisipasi dalam pembangunan kota Bogor sesuai dengan visi dan misi kota Bogor. Tindakan persuasif diperlukan untuk menghindari konflik antara PKL dengan Pemkot Bogor, tetapi tetap mengakomodasi kepentingan keduanya. Analisis lebih lanjut terhadap bentuk penataan yang diharapkan oleh mereka yang mau ditata Tabel 95 menunjukkan bahwa dari 73 responden, mayoritas 60,27 mengharapkan tetap di tempat usaha sekarang tetapi lebih dikelola. Sebanyak 30,14 menginginkan ditempatkan di pasar yang ada mendapatkan lapak usaha, dan sebagian kecil 9,59 ingin ditempatkan di lokasi baru. 173 Tabel 105. Bentuk Penataan yang Diharapkan No. Bentuk Penataan Ya Persen 1. Ditempatkan di pasar yang telah ada 22 30,14 2. Tetap di tempat sekarang dan diatur 44 60,27 3. Direlokasi ke tempat baru 7 9,59 Total 73 100,00 Sumber : Data Primer 2011 diolah Bentuk-bentuk penataan ini membutuhkan biaya APBD Kota Bogor yang signifikan dan komitmen Pemkot untuk melakukan pengelolaan PKL. Untuk memberikan kontribusi positif bagi pembangunan kota Bogor, setiap lapak standar perlu dikenai pembayaran dengan sistem dan jumlah yang dapat diterima oleh PKL. Sistem pembayaran dapat bersifat harian, minggua n, bulanan, tahunan atau membeli kios-kios pasar milik pemerintah. Hasil analisis pada Tabel 96 menunjukkan bahwa mayoritas responden 90,41 menginginkan bentuk pembayaran harian, sebanyak 6,85 menginginkan bentuk pembayaran bulanan dan 2,74 menginginkan secara mingguan. Hasil ini sesuai dengan pendapatan PKL yang bersifat harian sehingga mereka dapat langsung menyisihkan sebagian pendapatan hariannya untuk membayar sewa lapak. Tabel 106. Sistem Pembayaran yang Diharapkan er Lapak Standar No. Bentuk Penataan Ya Persen 1. Harian 66 90,41 2. Mingguan 2 2,74 3. Bulanan 5 6,85 4. Tahunan 0,00 5. Beli permanen 0,00 Total 73 100,00 Sumber : Data primer 2011 diolah Dari sisi jumlah uang yang harus dibayarkan, secara rata-rata responden mengharapkan besaran sewa lapak Rp 8.564 per hari atau jika dikonversi menjadi Rp 256.920,- per bulan. Jumlah ini cukup besar jika mampu dikelola oleh Pemerintah Kota untuk kepentingan pembangunan. Untuk memaksimalkan 174 kontribusi sewa lapak terhadap pembangunan diperlukan strategi lebih lanjut agar dana tersebut tidak dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu bagi kepentingan pribadi.

5.8. Persepsi Pesaing, Pemasok, dan Masyarakat terhadap Keberadaan PKL

Dokumen yang terkait

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

7 70 295

Karakteristik dan permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) serta strategi penataan dan pemberdayaannya dalam kaitan dengan pembangunan ekonomi wilayah di kota Bogor

1 43 649

Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima di Jalan Dewi Sartika Kota Bogor

1 15 207

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

0 29 145

POLA PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KOTA SURAKARTA BERDASAR PADUAN KEPENTINGAN PKL, WARGA MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH KOTA

1 3 10

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 1 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkliwon).

0 1 8

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 2 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM PROGRAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN TAMAN PINANG.

3 35 100

DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENATAAN LINGKUNGAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)

0 0 9