Kekuatan Strength STRATEGI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN

215 tatacara registrasi perijinan PKL. Pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap PKL yang akan menggunakan izin usaha wajib mendapat izin tertulis Walikota atau pejabat yang ditunjuk; ayat 2, setiap PKL hanya dapat memiliki satu izin; ayat 3, izin diberikan dalam jangka waktu satu tahun dan dapat diperpanjang. Dalam Pasal 8 ayat 2 disebutkan bahwa permohonan izin , harus melampirkan tanda penduduk kota Bogor, pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar, mengisi formulir yang memuat tentang nama, alamattempat tinggallama tinggal, jenis usaha yang dimohon, tempat usaha yang dimohon, luas tempat usaha, waktu usaha, perlengkapan yang digunakan, surat pernyataan persetujuan dari pemilik tanah, dan jumlah modal usaha. Menurut Bogorplus.com 25 Mei 2011, jumlah pedagang ilegal tidak terdaftar di kota Bogor mencapai 4.500 pedagang dan mayoritas berjualan pada malam hari.

8.1.2 Faktor Internal

Beberapa hal diidentifikasi sebagai faktor eksternal yang dapat memberikan kekekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan PKL secara optimal di Kota Bogor.

a. Kekuatan Strength

Hasil pembobotan faktor internal di kota Bogor disajikan pada Tabel 117. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsistensi data hasil pengisian kuesioner cukup baik CR 0.10 sehingga hasil analisisnya cukup valid untuk dikaji lebih jauh. Tabel 127. Hasil Perhitungan Bobot Faktor Internal Kekuatan Kekuatan VE VP VA VB λ- Max CI RI CR Kebijakan dan komitmen Pemda 1,29 0,16 1,78 11,36 8,86 0,12 1,40 0.09 Perkembangan sistem teknologi dan informasi 0,87 0,11 0,78 7,41 Stabilitas nilai mata uang 0,96 0,12 0,92 7,94 Tersedianya pasar 0,81 0,10 0,75 7,66 Pulihnya sektor ekonomi dari krisis global 1,30 0,16 1,73 10,96 216 Kekuatan VE VP VA VB λ- Max CI RI CR Penciptaan lapang kerja baru 1,38 0,17 2,00 11,92 Mengurangi masalah sosial 0,99 0,12 0,98 8,23 Kemudahan sistem registrasi 0,65 0,08 0,42 5,40 8,24 1,00 70,87 Sum ber : Data primer, 2011 diolah, n = 8 responden Keterangan : CR = Konsistensi rasio, CR 0,1 menunjukkan konsistensi yang baik, CR 0.1 menunjukkan data perlu direvisi VE = Perkalian baris VP = Vektor prioritas atau vektor Eigen. VA = Vektor antara VB = Vektor baris λ max Di sisi lain Disnakersostrans juga harus membuat jejaring kerja dengan semua lini ketenagakerjaan di antaranya bursa khusus yang ada di swasta seperti di sekolah-sekolah, lembaga latihan swasta yang pada dasarnya untuk = Nilai Eigen maksimum CI = Indeks konsistensi CR = Rasio Konsistensi Hasil penilaian terhadap bobot relatif VP menunjukkan bahwa penciptaan lapangan kerja baru 0,17 serta kebijakan dan komitmen Pemda 0,16 merupakan kekuatan utama dalam mengelola PKL di kota Bogor. Urutan bobot berikutnya adalah pulihnya sektor ekonomi dari krisis global 0,16, stabilitas nilai mata uang 0,12, mengurangi masalah sosial 0,12, perkembangan sistem teknologi dan informasi 0,11, tersedianya pasar 0,10, dan kemudahan sistem registrasi 0,08. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Kota Bogor untuk menciptaan lapangan kerja baru 0,17 bagi penduduk. Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi Disnakersostrans Kota Bogor secara rutin setiap tahun menggelar bursa kerja untuk menyalurkan angkatan kerja pada perusahaan-perusahaan sesuai dengan kompetensinya. Bursa kerja digelar sebagai salah satu upaya mempertemukan pengguna jasa dan pencari kerja sehingga dapat mengurangi jumlah angka pengangguran di kota Bogor. Dari jumlah penduduk kota Bogor sebanyak 973.113 jiwa, sebanyak 42.475 adalah penganggur dan 16.876 adalah pencari kerja. 217 menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat Bogor. Upaya ini dapat menjadi kekuatan dalam mengelola PKL dimana salah satu faktor penyebab tumbuh dan berkembangnya PKL adalah terbatasnya lapangan kerja. Kebijakan dan komitmen dari Pemda 0,16 adalah kekuatan dalam pengelolaan PKL di kota Bogor. Pemda bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah harus menyatukan visi dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang kondusif bagi upaya terkait, mencakup perumusan dan revisi perda PKL, penertiban, dan fasilitasi kepentingan PKL. Tanpa komitmen yang jelas dan tegas, maka upaya ini hanya sebatas konsep yang tidak pernah terealisasi. Komitmen Pemda Bogor ditunjukkan dengan memasukkan penertiban atau pengelolaan PKL dan Rencana Strategis kota Bogor. Isu strategis ini meliputi masalah transportasi dan kemacetan lalu lintas kota Bogor, PKL, kebersihan kota dan lingkungan hidup, dan kemiskinan yang masih melanda sebagian warga kota Bogor. Perkembangan sistem teknologi dan informasi 0,11 menjadi kekuatan lain dalam pengelolaan PKL di kota Bogor. Perkembangan sistem teknologi dan informasi yang pesat membuat arus informasi berjalan sangat cepat dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Kondisi ini semakin membuka wawasan masyarakat tentang berbagai hal, seperti peraturan daerah terkait PKL, sumber- sumber lapangan kerja alternatif selain PKL, sumber-sumber pembiayaan untuk usaha formal, dan sebagainya. Pengelolaan PKL akan semakin prospektif bila stabilitas nilai mata uang terjaga 0,12. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada tahun 2011 diproyeksikan relatif stabil dengan kecenderungan relatif melemah seperti yang diproyeksikan oleh Pjs Gubernur Bank Indonesia BI Darmin Nasution saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR. Asumsi nilai tukar rupiah RAPBN 2011 sebesar Rp 9.300,- per dolar AS dan masih menjadi daya tarik bagi arus modal yang masuk ke Indonesia. Hal ini juga didukung oleh fundamental makro Indonesia dan sovereign credit rating yang membaik. Kondisi ini bisa tercapai bila pemerintah pusat dan daerah mampu menjalankan sistem perekonomian dengan tepat, masyarakat mendukung pemerintahan, dan pada akhirnya kepercayaan investor semakin bertambah sehingga arus investasi meningkat. 218 Upaya ini memerlukan waktu yang panjang terutama bila dikaitkan dengan kenyataan krisis ekonomi dan politik baru di Indonesia. Ketersediaan pasar 0,10 bagi produk domestik juga menjadi kekuatan dalam pengelolaan PKL. Kota Bogor merupakan sentra bagi beberapa UKM seperti sandal, sepatu, dan tas. Penyediaan pasar bagi produk lokal akan membuat sektor UKM tumbuh positif dan dapat menyerap tenaga kerja lokal lebih besar sehingga mampu mengurangi angka pengangguran dan menciptakan lapangan kerja alternatif selain menjadi PKL. Ini merupakan kekuatan dalam kaitannya dengan pengelolaan PKL di kota Bogor. Penyediaan pasar diperlukan untuk menampung hasil produksi dari masyarakat sehingga ekonomi tumbuh, daya beli meningkat dan perputaran uang semakin meningkat. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1987 memberikan implikasi jangka panjang bagi sektor riil dan dampaknya masih tersisa hingga sekarang. Krisis ekonomi yang disertai dengan PHK besar-besaran telah meningkatkan jumlah pelaku sektor informal termasuk PKL di Indonesia. Upaya pemulihan krisis ekonomi telah membawa hasil yang cukup signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Krisis tersebut memberi pelajaran penting bagi Indonesia akan pentingnya stabilitas ekonomi sehingga krisis global tahun 2008 tidak terlalu berimbas pada perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS, pertumbuhan ekonomi pada 2009 dii Bogor mencapai 6,02 , meningkat dibanding tahun sebelumnya 5,98 . Pulihnya sektor ekonomi dari krisis 0,16 akan menjadi kekuatan lain dalam pengelolaan PKL. Keberadaan PKL yang menjadi alternatif pekerjaan bagi mereka yang tidak terserap sektor formal dapat mengurangi masalah sosial 0,12. PKL memiliki aspek sosial yang bagus yaitu adanya hubungan baik antara PKL dengan warga setempat dalam merespon kegiatan kemasyarakatan keagamaan maupun nasional. Kondisi ini harus selalu dijaga dan dipelihara agar menjadi kekuatan dalam mengelola PKL. Mitullah 2003 menemukan bahwa PKL memberikan peluang yang dapat meminimalkan dampak sosial. Slack 2005 menemukan bahwa jejaring dan norma sosial timbal-balik berperan penting dalam memfasilitasi ekonomi informal. 219 Kemudahan sistem registrasi 0,08 sangat diperlukan dalam mengelola PKL. Perda No. 13 Tahun 2005 telah mengatur tata cara sistem registrasi seperti mengatur mekanisme perizinan dan persyaratan permohonan izin menjadi PKL. Kemudahan sistem registrasi akan membuat pelaku PKL secara sukarela mendaftar ke Disperindagkop.

b. Kelemahan Weakness

Dokumen yang terkait

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

7 70 295

Karakteristik dan permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) serta strategi penataan dan pemberdayaannya dalam kaitan dengan pembangunan ekonomi wilayah di kota Bogor

1 43 649

Strategi Penataan Pedagang Kaki Lima di Jalan Dewi Sartika Kota Bogor

1 15 207

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

0 29 145

POLA PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KOTA SURAKARTA BERDASAR PADUAN KEPENTINGAN PKL, WARGA MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH KOTA

1 3 10

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 1 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkliwon).

0 1 8

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 2 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM PROGRAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN TAMAN PINANG.

3 35 100

DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENATAAN LINGKUNGAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)

0 0 9