236 berkontribusi signifikan dan positif dalam pembangunan kota Bogor apabila
mampu ditata dan diberdayakan secara manusia.
8.3. Usulan Penataan dan Relokasi PKL
Penataan dan relokasi PKL tidak dapat dipisahkan dari teori lokasi karena berdimensi spasial. Usulan penataan dan relokasi PKL di kota Bogor dapat dibagi
menjadi usulan jangka pendek mendesak dilaksanakan dan usulan jangka panjang.
Beberapa usulan jangka pendek yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : - Penataan ulang Pasar Jambu Dua
Pasar sayur malam di Jalan Juanda, Jalan Surya kencana, Jalan Roda, dan Jalan Otista seharusnya dikembalikan ke Pasar Jambu Dua, sesuai dengan
janji pemerintah, bahwa tidak akan ada pasar sayur malan di daerah sekitar Pasar Bogor
- Pasar tumpah di Jalan Pedati seharusnya dikembalikan ke Pasar Bogor sesuai janji pemerintah bahwa pasar tumpah di Jalan Pedati bersifat sementara.
Dengan demikian pengusaha di Jalan Pedati dan Lawang Saketeng kembali hidup.
- Tata kembali pasar-pasar tradisional lama. - Penataan ulang Pasar Yasmin.
- Penataan lokasi yang sudah sangat sulit untuk dihindari dengan
memperhatikan daya dukung spatial. - Pembebasan lokasi-lokasi yang peruntukannya bukan untuk PKL sesuai Perda
untuk direlokasi ke tempat baru. Dalam hal ini, satu-satunya opsi yang tersedia bagi PKL adalah pindah ke lokasi baru.
- Penataan lokasi yang berpotensi akan menjadi lahan keberadaan PKL di waktu yang akan datang.
Usulan jangka panjang adalah penyediaan lokasi baru untuk sentra PKL. Relokasi PKL adalah salah satu bentuk intervensi pembangunan perkotaan
menciptakan ruang kota yang lebih nyaman dengan memindahkan sebagian PKL yang harus dilakukan oleh pemerintah kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor harus
merubah konsep dan strategi pembangunan yang bias kota dan mengedepankan
237 aglomerasi pembangunan di pusat-pusat pertumbuhan. Friedman 1968
berpendapat bahwa hanya pertumbuhan kota-kota kecil di kawasan peripheri hinterland yang dapat menandingi kecenderungan aglomerasi yang berlebihan di
pusat-pusat kota. Keterbatasan lahan di kota Bogor dikaitkan dengan rencana pembangunan
jangka panjang kota Bogor membuat pilihan lokasional untuk relokasi PKL menjadi terbatas. Salah satu lokasi yang paling memungkinkan adalah relokasi ke
dekat rencana lokasi terminal baru di daerah tanah baru. Tanah adalah wilayah periphey
hinterland dari Kota Bogor yang berdekatan dengan lokasi pedesaan baik wilayah Kabupaten maupun Kota. Usulan relokasi PKL ke jalan baru
diharapkan dapat menciptakan hubungan desa-kota yang lebih kuat atau keterkaitan sinergis dalam arti dapat mendorong perkembangan secara berimbang
baik pedesaan maupun perkotaan. Menurut Douglas 1998 keterkaitan desa-kota rural-urban linkage
setidaknya dapat dideskripsikan dalam lima bentuk keterkaitan atau aliran utama yaitu : 1 Orangpenduduk; 2 Produksi; 3 Komoditas; 4 Modal dan informasi.
Keterkaitan pendudukorang adalah berwujud aliran migrasi, dalam hal ini migrasi tidak lagi terkonsentrasi ke pusat kota tetapi menyebar ke pinggiran. Aliran
produksi dan komoditas berujud aliran barang dalam sistem bisnis. Pemindahan PKL ke lokasi baru ini akan mendekatkan aliran produksi pertanian dan home
industri dari desa ke kota dan sebaliknya. Aliran modal berlangsung karena
terjadi aliran yang meningkatkan nilai tambah dan juga melalui perputaran uang di usaha PKL dan terakhir aliran informasi akan menjembatani informasi dari kota
ke desa dan sebaliknya. Usulan relokasi PKL ke tanah baru ini juga tidak dapat dipisahkan dari
pertimbangan teori lokasi karena berdimensi spasial. Untuk merelokasi PKL ke
lokasi yang tepat dapat dikaji dari beberapa teori lokasi seperti yang dikemukakan oleh von Thunen, Weber, Christaller dan Losch.
Teori Lokasi von Thunen. Von Thunen menggunakan model zona konsentris yang didasarkan pada economic rent dimana setiap penggunaan lahan akan
menghasilkan hasil bersih per unit areal yang berbeda-beda. Rustiadi et al, 2009 menyatakan bahwa konsep land rent yang dikembangkan von Thunen untuk
238 aplikasi landuse perkotaan menghadapi sejumlah kendala karena : 1 Penggunaan
lahan perkotaan terbesar untuk sektor perumahan, bukan untuk aktivitas produksi; 2 Kota mempunyai struktur sangat kompleks, tidak hanya berdimensi horisontal
tetapi juga vertikal sehingga landuse perkotaan juga bercampur baur; dan 3 Masih ada kota-kota besar yang mempunyai aksesibilitas tunggal terhadap pasar.
Oleh karenanya di kota tidak ditemukan pola konsentris yang rapi, tidak seperti di lokasi pertanian. Dengan demikian pola konsentris von Thunen tidak dapat
diterapkan namun konsep land rent dapat diaplikasikan pada lokasi baru untuk PKL dalam bentuk sewa lapak kepada pelaku PKL
Teori lokasi Alferd Weber. Untuk tujuan relokasi PKL, teori lokasi industri yang dikemukan oleh Alfred Weber dapat digunakan. Weber
mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan lokasi setiap industri tergantung pada total
biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang
minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Konsep ini dapat diaplikasikan dalam pemilihan lokasi untuk relokasi PKL yaitu penyediaan
lokasi dengan biaya transportasi termurah bagi pelaku PKL sehingga dapat diperoleh keuntungan maksimum bagi PKL
Teori lokasi industri Agust Losch. Losch melihat persoalan pemilihan lokasi dari sisi permintaan pasar. Losch mengatakan bahwa lokasi penjual berpengaruh
terhadap jumlah konsumen yang dapat dijaringnya karena berhubungan dengan biaya transportasi. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan
terbesar. Disisi lain Losch juga mengemukakan bagaimana economic landscape terjadi, yang merupakan keseimbangan equillibrium antara supply dan demand.
Terkait dengan teori ini, untuk menentukan lokasi PKL maka terdapat beberapa syarat yaitu : 1 lokasi tersebut harus menjamin keuntungan maksimum bagi
penjual PKL maupun pembeli konsumen; 2 Terdapat free entry dan tak ada PKL yang memperoleh super-normal propfit sehingga tak ada rangsangan bagi
PKL dari luar untuk masuk dan menjual barang yang sama di daerah tersebut; 3 Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan PKL yang ada
untuk mencapai besar optimum; dan 4 Konsumen bersikap indifferent terhadap
239 penjual manapun dan satu-satunya pertimbangan untuk membeli adalah harga
yang rendah. Dari konsep-konsep teoritis lokasi di atas, pemilihan relokasi PKL adalah di
dekatbersebelahan dengan lokasi terminal bis antar kota yang akan dipindahkan dari Baranangsiang ke lokasi antar Tanah Baru dan Cimahpar Gambar 19
Pemindahan terminal ini akan membawa konsumen yang besar bagi PKL di lokasi baru, sesuai dengan teori Losch yang mendekatkan penjual ke pembeli.
Sentralisasi PKl ini sesuai dengan teori Aglomerasi Weber dimana aglomerasi PKL akan memberikan beberapa manfaat diantaranya Aglomerasi memberikan
keuntungan antara lain berupa : fasilitas seperti tenaga listrik, air, perbengkelan, pemondokan, dan lain-lain. Sering kali pada lokasi seperti ini sudah terdapat pula
tenaga kerja yang terlatih. Fasilitas ini akan menurunkan biaya produksikebutuhan modal karena kalau terpisah jauh semua fasilitas harus
dibangun sendiri. Penggunaan ruang oleh aktivitas PKL dapat menciptakan land rent von Thunen yang berupa sewa lahantempatlapak bagi pelaku PKL. Ini
dapat menciptakan tambahan pendapatan bagi pemerintah kota Bogor.
240
Gambar 19. Peta Usulan Lokasi PKL di Terminal Baru
Sumber : Google map
Namun demikian, beberapa hal perlu diperhatikan dalam mempersiapkan lokasi relokasi PKL adalah sebagai berikut:
- Lokasi yang dipersiapkan diarahkan dapat berfungsi sebagi pasar PKL, sarana olahraga ringan atau massal, sarana wisata belanja dan hiburan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi kegagalan relokasi PKL seperti kegagalan kasus pemindahan PKL di Nairobi. Kamunyori 2007 dalam studi relokasi
PKL di Nairobi menyatakan bahwa kegagalan relokasi PKL dari pusat kota Nairobi Central Business District, CBD dikarenakan lokasi baru memiliki lalu
lintas pejalan kaki yang rendah dan atau konsumen memiliki daya beli yang rendah dibandingkan dengan di CBD.
- Ada jaminan dari pemerintah bahwa tidak ada PKL lain yang menempati lokasi asal PKL setelah lokasi tersebut ditinggalkan
Lokasi relokasi
yang diusulkan
241
- Tempat usaha PKL tidak dalam bentuk kios-kios permanen ataupun semi
permanen. - Pembuatan tempat usaha diserahkan kepada PKL dengan ketentuan harus
portable . Pemerintah atau pengelola hanya menyediakan gambar model, aturan
warna atau jenis bahan yang dipergunakan. - Sarana prasarana yang disediakan dalam bentuk jalan yang berputar-putar
mempunyai aksesibilitas tinggi, sarana toilet, sarana ibadah, kantor pengelola, prasarana parkir, sarana hiburan dalam bentuk panggung massal, dan sarana
lain yang benar-benar diperlukan. - Pengaturan waktu berjualan.
- Jangan menghilangkan ciri khas PKL. - Persiapkan akses angkutan umum dari banyak arah angkutan umum hanya
diizinkan lewat, bukan parkir ataupun terminal. - Lakukan sosialisasi dan promosi yang intensif.
8.4. Langkah-langkah Strategis