22 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014
III-
Gambar 3.13. Volume Limbah Rumah Sakit di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014.
Sumber : Data Olahan Tabel SP-10 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.
Bila dibandingkan dengan data tahun 2013, terjadi peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan pada tahun 2014 begitupun dengan jumlah limbah B3. Peningkatan
jumlah limbah yang dihasilkan ini disebabkan karena bertambahnya jumlah rumah sakit pada tahun 2014 di wilayah Provinsi Jambi. Untuk limbah padat terjadi kenaikan
sebesar 5,58 sedangkan limbah padat B3 terjadi kenaikan sebesar 9,88 . Sedangkan untuk jumlah limbah cair dan limbah cair B3 tidak dapat dibandingkan
karena adanya perbedaan konsep perhitungan yang dilakukan. Pada Tabel 3.8 terlihat bahwa besaran peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan rumah sakit di Provinsi
Jambi pada tahun 2013 dan 2014.
Tabel 3.8. Perbandingan Jumlah Limbah Yang Dihasilkan Rumah Sakit di Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014.
No. Jenis Limbah
2013 2014
1. Limbah padat
25,07 m
3
hari 26,47
m
3
hari 2.
Limbah cair 517,97 m
3
hari 1.348,65
m
3
hari 3.
Limbah padat B3 4,25 m
3
hari 4,67
m
3
hari 4.
Limbah cair B3 80,99 m
3
hari 1,47
m
3
hari Sumber : Data Olahan Tabel SP-10 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan hendaknya dapat memberikan contoh yang baik kepada masyarakat terutama dalam hal penanganan
limbah, baik limbah cair maupun limbah padat terutama limbah B3. Karena jika tidak
4.67 1.40
26.47 1348.65
20 40
60 80
100 Padat
Cair Limbah B3
Limbah Non B3
23 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014
III-
dilakukan pengelolaan yang baik terhadap limbah B3 yang dihasilkan oleh rumah sakit dapat menyebabkan terjadinya kasus lingkungan yang lebih parah.
D. Pertanian
Pada awalnya pertanian dilakukan secara tradisional dan alami, dimana kondisi lingkungan dan kesuburan tanah masih sangat terpelihara sehingga tanpa
teknologipun hasil yang didapatkan melimpah. Namun, seiring waktu dimana kondisi lingkungan awal tadi tidak dapat lagi memberikan hasil yang memuaskan, maka
masyarakat berusaha melakukan sesuatu untuk meningkatkan produksi, baik itu di bidang pertanian maupun di bidang peternakan. Untuk pertanian, pemanfaatan teknologi
pengolahan tanah, sistem perairan, sistem penanaman, sistem pemupukan dan pemberantasan hama dilakukan agar hasil produksi dan periode pemanenan meningkat.
Begitu juga halnya dengan peternakan. Pengembangan secara intensifikasi menjadi pilihan yang tanpa disadari memberikan masalah baru yang tadinya berskala lokal atau
regional meningkat menjadi masalah nasional dan global.
1. Lahan Perkebunan
Luas lahan perkebunan di Provinsi Jambi pada tahun 2014 adalah 1.487.116 Ha meliputi perkebunan besar dengan komoditi kelapa sawit dan perkebunan rakyat
dengan komoditi karet, kelapa, kopi, coklat, teh, cengkeh, tebu, tembakau, kapuk, kayu manis, lada, pinang, kemiri, aren, vanili dan nilam, sebagaimana dapat dilihat pada Buku
Data Tabel SE-3 . Dari luasan lahan perkebunan di Provinsi Jambi, sekitar 44,53 luas
lahan di dominasi oleh perkebunan karet atau seluas 662.213 Ha, diikuti oleh perkebunan kelapa sawit seluas 593.422 Ha atau berkisar 39,90 dari total lahan
perkebunan di Provinsi Jambi. Lahan perkebunan yang paling sedikit luasannya adalah perkebunan vanili seluas 13 Ha.
Dengan luas areal perkebunan yang cukup luas di Provinsi Jambi menghasilkan komoditi perkebunan dengan total produksi pada tahun 2014 sebanyak
2.093.462 ton. Komoditi terbanyak dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit dengan total produksi sebanyak 1.555.697 ton. Diikuti oleh perkebunan karet dengan besaran
komoditi sebanyak 323.231 ton. Komoditi kelapa sawit dan karet ini mendominasi hasil perkebunan di Provinsi Jambi dan merupakan komoditi andalan Provinsi Jambi.
Perkebunan sawit dan karet terus digalakkan karena telah mampu menggerakkan perekonomian rakyat dan mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Sementara
perkebunan vanili menghasilkan komoditi yang paling sedikit hanya berkisar 2 ton