Konversi Hutan Menurut Peruntukkannya

38 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014 II-

e. Cagar Alam Durian Luncuk

Sebagai kawasan yang mempunyai tingkat potensi ekonomi yang tinggi, Cagar Alam Durian Luncuk masih menyisakan potensi flora dan faunanya berdasarkan tipe ekosistemnya. Topografi Cagar Alam Durian Luncuk mempunyai tipe ekosistem formasi hutan dengan dataran rendah dan perwakilan hutan khas Jambi berupa ekosistem hutan Bulian Eusideroxylon zwageri yang saat ini terancam keberadaannya karena pemanfaatan yang berlebihan. Sumber daya alam hayati yang banyak dijumpai pada Cagar Alam Durian Luncuk di antaranya ada Kubung Cynocephalus variagatus, Bajing tanah Lariscus insignis , Binturong Arctitis binturong, Kucing hutan Felis virisgatus, Harimau sumatera Pantheratigris sumtraensis, Macan dahan Neopelis nebulosa, Buaya muara Crocodylusporosus, Sinyulong Tomistoma sclegelii, Labi-labi Chitra indus, Tuntong Batagur baska, Kuntul cina Egretta eulophotus, Bluwok putih Mycteria cinera, Bangau tongtong Leptoptiles javanicus, Alap-alap Aviceda leuphotes, Kuau Argusianus argus, Rangkong papan Beceros bicornis.

f. Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur

Flora di kawasan cagar alam ini beraneka ragam, antara lain Pidada Sonneratia caseolaris banyak tumbuh pada tempat-tempat estuarin, Api-api Avicennia alba banyak tumbuh di pantai dan merupakan pionir untuk pertambahan areal mangrove, Tanjang Bruguiera gymnorrhizaa. Sedangkan fauna yang hidup di kawaan cagar ala mini antara lain Banga puti susu Mycteria cinerea Blekek Asia Limnoddromus semipalmatus, Cangak Abu Ardea cinerea Trinil betis hijau Tringa guttifer Bango tongtong Leptoptilos javanicus dan lain-lain. Kecenderungan perubahan pada status keanekaragaman hayati di wilayah Provinsi Jambi menunjukkan adanya kemerosotan yaitu susutnya keanekaragaman hayati dalam luasan, kondisi atau produktivitas yang berkelanjutan dari ekosistem dan susutnya jumlah, distribusi atau pemanfaatan berkelanjutan dari populasi jenis, dan kepunahannya sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-11 dimana terdapat spesies-spesies yang berada dalam kondisi kritis dan terancam. Kemerosotan keanekaragaman hayati ini disebabkan dua faktor yaitu faktor teknis dan faktor struktural. Faktor teknis berupa kegiatan manusia, pemilihan teknologi dan faktor alam. Sedangkan faktor struktural menyangkut kebijakan, kelembagaan dan penegakan hukum. Beberapa faktor teknis yang menimbulkan kerusakan dan 39 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014 II- kepunahan antara lain kurangnya kesadaran, pemahaman dan kepedulian terhadap keanekaragaman hayati; pemanfaatan yang berlebihan tanpa memperdulikan daya dukung lingkungan; pengambilan dan perdagangan sumberdaya hayati secara ilegal; konversi habitat alami; monokultur dalam budi daya dan pemanfaatan. Faktor-faktor seperti tekanan penduduk dan ekonomi merupakan faktor tambahan yang mendorong kerusakan keanekaragaman hayati yang semakin parah, selain kebijakan yang belum memihak kepada masyarakat, kelembagaan yang belum mapan maupun tidak efektifnya penegakan hukum. Perburuan liar merupakan salah satu wujud nyata dari faktor teknis yang menjadi penyebab kemerosotan keanekaragaman hayati di Provinsi Jambi. Harimau Sumatera Panthera tigris sumatraensis yang telah ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri melalui Surat Nomor : 522.51458SJ tanggal 2 Juni 1990 sebagai Maskot Fauna Provinsi Jambi adalah salah satu hewan yang menjadi target perburuan. Dari data Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jambi dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 populasi Harimau Sumatera di kawasan TNKS hanya tinggal 165 ekor, sementara di kawasan Taman Nasional Berbak hanya bersisa sebanyak 30 ekor. Pada tahun 2013 jumlah populasi harimau tersebut hanya tinggal 89 ekor yang tersebar di kawasan TNBT sebanyak 43 ekor, di kawasan TNKS sebanyak 22 ekor, di kawasan HTI PT.Wira Karya Sakti sebanyak 15 ekor, di Kawasan REKI sebanyak 8 ekor, dan di Desa Sungai Landai, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 1 ekor. Sedangkan pada tahun 2014, populasi harimau Sumatera hanya tinggal 50 ekor di kawasan Taman Nasional Berbak TNB Jambi, Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS, hutan tanaman industri HTI PT Wira Karya Sakti WKS Jambi, kawasan PT Restorasi Ekosistem Indonesia REKI Kabupaten Batanghari dan di kawasan taman hutan raya Tahura Muarojambi. Perburuan liar terhadap Harimau Sumatera ini terus berlangsung terus menerus. Segala upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah dan LSM sepertinya belum berhasil mengatasi masalah tersebut. Fauna langka yang juga menjadi buruan adalah Gajah Sumatera Elephas Maximus Sumatranus . Seperti yang terjadi pada tahun 2014 ini berdasarkan laporan warga Desa Tanjung Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo yang menemukan bangkai 2 ekor Gajah Sumatera di Kebun Sawit Plasma PT. Sumbar Andalas Kencana SAK. Para pemangku kepentingan, yakni Kementerian Kehutanan RI, Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan Kabupaten Tebo, Forum Konservasi Gajah Indonesia FKGI, World Wildlife Fund WWF, Frankfurt Zoological Society FZS, dan sejumlah perusahaan perkebunan sepakat untuk merumuskan strategi terpadu penyelamatan gajah Sumatera Elephas Maximus Sumatranus , khususnya yang berada di kawasan Bukit Tiga Puluh.