27 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014
I-
Pemerintah dapat mengatur dan meletakkan skala prioritas yang sesuai dengan tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan yang telah terjadi atau prioritas
akan terjadi. Kedudukan IKLH menjadi sangat penting karena mempunyai peranan besar dalam rangka implementasi Instrumen Analisis Risiko Lingkungan. Bila IKLH
diterapkan dengan benar maka akan dapat memberi sumbangan penting dalam rangka pengkajian risiko lingkungan dan pengelolaan risiko lingkungan karena IKLH
mengandung hasil penilaian aktual pada komponen penting lingkungan hidup. Dalam Pasal 260 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional. Lebih lanjut dalam Pasal 262 ayat 1 disebutkan bahwa Rencana pembangunan Daerah tersebut dirumuskan secara transparan,
responsive, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan. Karena dalam perumusan rencana pembangunan daerah harus
berwawasan lingkungan, maka IKLH dapat menjadi masukan bagi para pengambil keputusan baik tingkat pusat maupun daerah dalam menentukan arah kebijakan
pengelolaan lingkungan dan mengukur keberhasilan program-program pengelolaan lingkungan.
1. Indikator dan Parameter IKLH
Kementerian Lingkungan Hidup telah mengambil kebijakan untuk menyamakan rumusan IKLH di setiap provinsi dengan menggunakan 3 tiga indikator yaitu kualitas
air sungai, kualitas udara ambien dan tutupan lahan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.3. Sebagai pembanding setiap indikator digunakan baku mutu atau ketentuan
yang berlaku berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
IKLH dihitung pada tingkat kabupatenkota sehingga akan didapat indeks tingkat provinsi. Setiap parameter pada setiap indikator digabungkan menjadi satu nilai
indeks. Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada ketentuan yang mengaturnya, seperti:
a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur tatacara
penghitungan indeks pencemaran air IPA. b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 45MENLH101997
tentang Indeks Pencemar Udara.
28 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014
I-
Tabel 1.3. Komponen Penyusun IKLH Provinsi Jambi Tahun 2014.
No. Indikator
Parameter Bobot
Keterangan 1
2 3
4 5
1. Kualitas Air Sungai
TSS 13
Dihitung nilai
Indeks Pencemaran Air IPA
DO COD
2. Kualitas Udara Ambien SO2
13 NO2
3. Tutupan Hutan
Luas Hutan Primer 13
Total Luas Hutan Primer dan Hutan Sekunder
Luas Hutan Sekunder
Nilai IKLH untuk setiap kabupatenkota diperoleh dari rata-rata seluruh komponen IKLH IPA, IPU dan ITH. Dengan demikian, maka seluruh komponen
memiliki bobot yang sama dalam menentukan nilai IKLH. Setelah didapatkan nilai indeks kabupatenkota kemudian dihitung indeks provinsi dengan menggunakan rata-rata
tertimbang. Proporsi jumlah penduduk pada masing masing kabupatenkota terhadap penduduk provinsi dijadikan sebagai penimbang dalam penghitungan IKLH provinsi.
a. Kualitas Air Sungai
Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air dengan metoda indeks pencemaran Pollution Index – PI
dan baku mutu air mengacu kepada klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Formula penghitungan indeks pencemaran adalah:
di mana : CiLijM adalah nilai maksimum dari CiLij
CiLijR adalah nilai rata-rata dari CiLij Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 = PIj = 1,0 2. Tercemar ringan jika 1,0 PIj = 5,0
3. Tercemar sedang jika 5,0 PIj = 10,0 4. Tercemar berat jika PIj 10,0.
29 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014
I-
Setiap kabupatenkota diwakili oleh satu sungai yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Sungai tersebut lintas kabupatenkota, atau 2. Sungai prioritas dalam kabupatenkota untuk dikendalikan pencemarannya.
b. Kualitas Udara Ambien
Perhitungan nilai indeks pencemaran udara mengacu pada baku mutu udara ambien yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Data kualitas udara didapatkan dari pemantauan di 11 ibukota kabupatenkota dengan menggunakan metoda passive sampler, yang
pelaksanaannya dilakukan sebanyak dua kali per tahun di lokasi-lokasi yang mewakili kawasan transportasi, kawasan permukiman, kawasan perkantoran, dan kawasan
industrirumah sakit dengan parameter yang diukur adalah SO2 dan NO2. Nilai konsentrasi tahunan setiap parameter adalah rata-rata dari nilai
konsentrasi enam bulanan semesteran. Selanjutnya nilai konsentrasi rata-rata tersebut dikonversikan menjadi nilai indeks dalam skala 0
– 100 untuk setiap ibukota kabupatenkota. Formula untuk konversi tersebut adalah:
. Perhitungan nilai indeks pencemaran udara IPU dilakukan dengan formula
sebagai berikut:
di mana : IPU = Indeks Pencemaran Udara
IP NO2 = Indeks Pencemar NO2 IP SO2 = Indeks Pencemar SO2