Tekanan Pertambangan Tanpa Izin PETI Bahan Galian Emas a. Status

26 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014 I- Selain upaya-upaya di atas, juga dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat yang berbasis lahan yang meliputi : 1. Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat HTR dengan pencadangan seluas 49.703 ha di Kabupaten Tebo, Sarolangun, Muaro Jambi, Batanghari, Tanjung Jabung Barat, Merangin, dan Kerinci. 2. Pengembangan Hutan Desa HD dengan pencadangan seluas 9.723 ha di Kabupaten Bungo, Batanghari, dan Merangin. 3. Hutan Rakyat. 4. Hutan Kemasyarakatan. 5. Hutan Adat. 6. Pembangunan Hutan Tanaman Pola Kemitraan. 7. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan lainnya yang melibatkan masyarakat. Upaya lainnya berupa kegiatan penanganan darurat asap yang meliputi : 1. Operasi Darat Pengerahan personil koordinasi dan komando, penyampaian data dan komando dilaksanakan oleh penanggungjawab yang terdiri dari : Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, Tim Reaksi Cepat, TNI, Polda, Badan Usaha, dan Masyarakat. 2. Operasi Udara 1 Melalui Teknologi Modifikasi Cuaca TMC oleh BNPB, BPPT, dan Penerbad. 3. Operasi Udara 2 Melalui Water Booming oleh BNPB, BPPT dan Penerbad.

E. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup IKLH Daerah Provinsi Jambi

Kualitas Lingkungan Hidup saat ini dinilai secara kuantitatif dengan menggunakan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup IKLH yang diadopsi dari beberapa sumber diantaranya Environmental Performance Index EPI yang dikembangkan oleh sebuah pusat studi di Yale Universitas, Amerika Serikat. Tiga indikator yang menjadi dasar penilaian IKLH di Indonesia mencakup kualitas air sungai, kualitas udara ambien, dan tutupan hutan. IKLH merupakan sebuah kebijakan yang diambil untuk mengukur kualitas lingkungan hidup di suatu wilayah dan menjadi salah satu cara untuk mereduksi banyaknya data dan informasi mengenai kualitas lingkungan hidup sehingga dapat dijadikan sebagai sebuah paramater untuk membandingkan kualitas lingkungan hidup di wilayah tersebut dengan wilayah lainnya atau membandingkan kualitas lingkungan hidup pada tahun sekarang dengan tahun sebelumnya. 27 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014 I- Pemerintah dapat mengatur dan meletakkan skala prioritas yang sesuai dengan tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan yang telah terjadi atau prioritas akan terjadi. Kedudukan IKLH menjadi sangat penting karena mempunyai peranan besar dalam rangka implementasi Instrumen Analisis Risiko Lingkungan. Bila IKLH diterapkan dengan benar maka akan dapat memberi sumbangan penting dalam rangka pengkajian risiko lingkungan dan pengelolaan risiko lingkungan karena IKLH mengandung hasil penilaian aktual pada komponen penting lingkungan hidup. Dalam Pasal 260 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Lebih lanjut dalam Pasal 262 ayat 1 disebutkan bahwa Rencana pembangunan Daerah tersebut dirumuskan secara transparan, responsive, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan. Karena dalam perumusan rencana pembangunan daerah harus berwawasan lingkungan, maka IKLH dapat menjadi masukan bagi para pengambil keputusan baik tingkat pusat maupun daerah dalam menentukan arah kebijakan pengelolaan lingkungan dan mengukur keberhasilan program-program pengelolaan lingkungan.

1. Indikator dan Parameter IKLH

Kementerian Lingkungan Hidup telah mengambil kebijakan untuk menyamakan rumusan IKLH di setiap provinsi dengan menggunakan 3 tiga indikator yaitu kualitas air sungai, kualitas udara ambien dan tutupan lahan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.3. Sebagai pembanding setiap indikator digunakan baku mutu atau ketentuan yang berlaku berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah. IKLH dihitung pada tingkat kabupatenkota sehingga akan didapat indeks tingkat provinsi. Setiap parameter pada setiap indikator digabungkan menjadi satu nilai indeks. Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada ketentuan yang mengaturnya, seperti: a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur tatacara penghitungan indeks pencemaran air IPA. b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 45MENLH101997 tentang Indeks Pencemar Udara.