23 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014
III-
dilakukan pengelolaan yang baik terhadap limbah B3 yang dihasilkan oleh rumah sakit dapat menyebabkan terjadinya kasus lingkungan yang lebih parah.
D. Pertanian
Pada awalnya pertanian dilakukan secara tradisional dan alami, dimana kondisi lingkungan dan kesuburan tanah masih sangat terpelihara sehingga tanpa
teknologipun hasil yang didapatkan melimpah. Namun, seiring waktu dimana kondisi lingkungan awal tadi tidak dapat lagi memberikan hasil yang memuaskan, maka
masyarakat berusaha melakukan sesuatu untuk meningkatkan produksi, baik itu di bidang pertanian maupun di bidang peternakan. Untuk pertanian, pemanfaatan teknologi
pengolahan tanah, sistem perairan, sistem penanaman, sistem pemupukan dan pemberantasan hama dilakukan agar hasil produksi dan periode pemanenan meningkat.
Begitu juga halnya dengan peternakan. Pengembangan secara intensifikasi menjadi pilihan yang tanpa disadari memberikan masalah baru yang tadinya berskala lokal atau
regional meningkat menjadi masalah nasional dan global.
1. Lahan Perkebunan
Luas lahan perkebunan di Provinsi Jambi pada tahun 2014 adalah 1.487.116 Ha meliputi perkebunan besar dengan komoditi kelapa sawit dan perkebunan rakyat
dengan komoditi karet, kelapa, kopi, coklat, teh, cengkeh, tebu, tembakau, kapuk, kayu manis, lada, pinang, kemiri, aren, vanili dan nilam, sebagaimana dapat dilihat pada Buku
Data Tabel SE-3 . Dari luasan lahan perkebunan di Provinsi Jambi, sekitar 44,53 luas
lahan di dominasi oleh perkebunan karet atau seluas 662.213 Ha, diikuti oleh perkebunan kelapa sawit seluas 593.422 Ha atau berkisar 39,90 dari total lahan
perkebunan di Provinsi Jambi. Lahan perkebunan yang paling sedikit luasannya adalah perkebunan vanili seluas 13 Ha.
Dengan luas areal perkebunan yang cukup luas di Provinsi Jambi menghasilkan komoditi perkebunan dengan total produksi pada tahun 2014 sebanyak
2.093.462 ton. Komoditi terbanyak dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit dengan total produksi sebanyak 1.555.697 ton. Diikuti oleh perkebunan karet dengan besaran
komoditi sebanyak 323.231 ton. Komoditi kelapa sawit dan karet ini mendominasi hasil perkebunan di Provinsi Jambi dan merupakan komoditi andalan Provinsi Jambi.
Perkebunan sawit dan karet terus digalakkan karena telah mampu menggerakkan perekonomian rakyat dan mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Sementara
perkebunan vanili menghasilkan komoditi yang paling sedikit hanya berkisar 2 ton
24 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014
III-
selama tahun 2014. Total hasil produksi dari setiap tanaman dapat dilihat pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14. Total Produksi dari Lahan Perkebunan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014.
Sumber : Data Olahan Tabel SE-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.
Bila dibandingkan dengan tahun 2013, luas areal perkebunan dan total produksi dari areal perkebunan meningkat pada tahun 2014. Peningkatan hasil produksi
ini selain disebabkan oleh penambahan areal lahan juga disebabkan karena pemakaian pupuk untuk meningkatkan produktifitas tanaman. Pemupukan hendaknya dilakukan
secara berimbang sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Setiap jenis tanaman membutuhkan jenis pupuk yang berbeda dan dosis yang berbeda pula. Seperti dapat
dilihat pada Buku Data Tabel SE-3 dan Gambar 3.15. menunjukkan bahwa pemakaian pupuk kimia seperti urea, SP36, ZA dan NPK lebih banyak digunakan daripada pupuk
organik. Sekitar 59,91 lahan perkebunan di Provinsi Jambi menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan produktifitas produksinya sementara 40,09 lainnya menggunakan
pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang maupun pupuk hasil pengomposan.
- 500,000
1,000,000 1,500,000
2,000,000 Vanili
Cengkeh Kapuk
Lada Aren
Kemiri Coklat
Tembakau Nilam
Teh Tebu
Kopi Pinang
Kayu Manis Kelapa
Karet Kelapa Sawit
2 31
32 51
132 238
674 706
1,129 5,269
12,873 13,326
16,297 56,594
107,140 323,271
1,555,697
Produksi ton
25 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014
III-
Gambar 3.15. Perbandingan Pemakaian Pupuk Pada Lahan Perkebunan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun
2014.
Sumber : Data Olahan Tabel SE-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.
Besarnya penggunaan pupuk kimia dibandingkan dengan pupuk organik semakin meningkat pada tahun 2014 sebesar 3,19 . Dan sebaliknya penggunaan
pupuk organik semakin menurun sebesar 3,19 dibandingkan dengan tahun 2013. Perbandingan peningkatan dan penurunan penggunaan jenis pupuk di Provinsi Jambi
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Penggunaan Jenis Pupuk di Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014. No.
Jenis pupuk Persentase Penggunaan Pupuk
Perubahan 2013
2014
1. Pupuk kimia
56,72 59,91
+ 3,19 2.
Pupuk organik 43,28
40,09 - 3,19
Sumber : Data Olahan Tabel SE-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Penggunaan pupuk urea dan kimia lain tentu akan memberikan dampak dan
tekanan terhadap lingkungan, terutama menjadi salah satu penyebab berkurangnya ketahanan tanah atau daya dukung tanah akibat tidak berjalannya proses regenerasi
humus karena zat hara yang terkandung di dalam tanah diikat oleh molekul-molekul kimia pupuk. Efek lain dari penggunaan pupuk kimia adalah mengurangi dan menekan
populasi mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi kesuburan tanah serta penggunaan pupuk kimia secara terus menerus akan menjadikan hama resisten
59.91 40.09
pupuk kimia pupuk organik
26 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014
III-
terhadap pestisida. Jika tanah dan tanaman yang diberi pupuk terutama yang mengandung nitrat jika terbilas air hujan dapat mencemari air tanah dan perairan.
Selain pengaruhnya terhadap kualitas tanah, perairan dan mikroorganisme di dalamnya, pemakaian pupuk sangat memberikan efek yang cukup besar sebagai
penyumbang emisi gas CO
2
di atmosfer terutama pupuk urea. Pupuk urea yang tersusun dari senyawa amonia yang mengandung nitrogen serta senyawa karbondioksida
merupakan senyawa gas rumah kaca yang apabila terpapar di udara berkontribusi besar terhadap perubahan iklim.
Pemakaian pupuk urea pada areal perkebunan di wilayah Provinsi Jambi pada Buku Data Tabel SE-3
yaitu sebanyak 333.596,42 ton memberikan kontribusi emisi CO
2
sebesar 66.719,28 ton CO
2
ton konsumsi pupuk urea. Emisi CO
2
terbesar diberikan oleh perkebunan karet yaitu sebesar 155.620,06 ton CO
2
ton pupuk urea karena untuk 1 Ha areal perkebunan karet membutuhkan 0,235 ton pupuk urea. Memang jika dihitung per
hektar luas areal perkebunan, konsumsi pupuk urea untuk perkebunan karet lebih kecil dibandingkan perkebunan kelapa sawit, kopi, coklat dan cengkeh. Namun, karena luas
areal perkebunan karet yang sangat luas dibandingkan areal perkebunan lainnya sehingga menghasilkan emisi CO
2
lebih banyak. Perhitungan emisi total CO
2
untuk masing-masing tanaman perkebunan dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Perhitungan Emisi CO
2
dari Tanaman Perkebunan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014.
No. Jenis Tanaman
Luas Lahan Pemakaian Urea
Pemakaian UreaHa
Emisi CO2Ha
Emisi CO2 total
Ha ton
1. Karet
662.213,00 155.620,06
0,235 0,05
31.124,01 2.
Kelapa 118.665,00
14.358,47 0,121
0,02 2.871,69
3. Kelapa Sawit
593.422,00 145.981,81
0,246 0,05
29.196,36 4.
Kopi 25.935,00
6.224,40 0,240
0,05 1.244,88
5. Coklat
2.082,00 925,24
0,444 0,09
185,05 6.
Teh 2.625,00
525,00 0,200
0,04 105,00
7. Cengkeh
163,00 101,71
0,624 0,12
20,34 8.
Tebu 12.873,00
4.119,36 0,320
0,06 823,87
9. Tembakau
556,00 55,60
0,100 0,02
11,12 10.
Kapuk 69,00
21,53 0,312
0,06 4,31
11. Kayu Manis
46.741,00 0,00
0,00 0,00
0,00 12.
Lada 151,00
0,00 0,00
0,00 0,00
13. Pinang
18.715,00 5.352,49
0,286 0,06
1.070,50 14.
Kemiri 811,00
32,44 0,040
0,01 6,49
15. Aren
341,00 17,05
0,050 0,01
3,41 16.
Vanili 13,00
0,11 0,008
0,00 0,02
17. Nilam
1.741,00 261,15
0,150 0,03
52,23
Total 1.487.116,00
333.596,42 66.719,28
Sumber : Data Olahan Tabel SE-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.