kawasan Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya

26 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014 II- hutan lahan kering sekunder, hutan rawa sekunder dan hutan mangrove sekunder mengalami deforestasi seluas 77.811,10 Ha atau sekitas 5,20 dari luasan tutupan lahan. Deforestasi hutan sekunder yang terjadi pada kawasan hutan sebesar 69,90 atau seluas 63.779 Ha dan pada APL sebesar 15,38 atau seluas 14.031,70 Ha. Sementara pada hutan tanaman mengalami deforestasi seluas 5.979 Ha atau sebesar 0,40 dari luasan tutupan lahan. Deforestasi hutan tanaman yang terjadi pada kawasan hutan sebesar 3,61 atau seluas 3.294,40 Ha dan pada APL sebesar 2,94 atau seluas 2.684,60 Ha. Besarnya angka deforestasi pada masing-masing tipe hutan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.16. berikut. Gambar 2.16. Angka Deforestasi Pada Masing-Masing Tipe Hutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014. Sumber : Data Olahan Tabel SD-4 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, angka deforestasi pada wilayah Provinsi Jambi mengalami peningkatan baik dari jumlah luasan tutupan lahan yang terdeforestasi maupun terhadap total luasan kawasan hutannya. Terjadi peningkatan angka deforestasi dari 4,35 pada tahun 2013 meningkat menjadi 6,09 pada tahun 2014 atau dari luasan 58.796,22 Ha pada tahun 2013 menjadi 91.248,30 Ha pada tahun 2014. Peningkatan angka deforestasi ini harus diwaspadai demi kelangsungan hutan dan kawasannya di Provinsi Jambi.

5. Lahan Kritis

Lahan kritis adalah lahan yang tidak atau kurang berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukkannya baik sebagai media produksi maupun sebagai pengatur tata air. 1 2 3 4 5 6 hutan primer hutan sekunder hutan tanaman 0,50 5,20 0,40 A n g ka D e for e st a si 27 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014 II- Berkurangnya fungsi lahan ini disebabkan karena lahan tersebut mengalami pemiskinan unsur hara sebagai akibat dari berbagai kegiatan yang tidak tepat diantaranya kegiatan penggundulan hutan. Berdasarkan data dari Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan RI luas lahan kritis yang ada di Provinsi Jambi seluas 779.774 Ha atau 15,55 dari luasan lahan yang ada di wilayah Provinsi Jambi. Lahan kritis tersebut terdiri dari lahan kritis seluas 515.192 Ha dan lahan sangat kritis seluas 264.582 Ha. Lahan kritis paling luas terdapat di Kabupaten Tebo seluas 124.707,66 Ha atau 15,99 dari seluruh luasan lahan kritis di Provinsi Jambi. Sementara di Kota Jambi terdapat hanya 0,27 lahan kritis atau seluas 2.098,36 Ha. Besarnya luasan lahan kritis pada setiap kabupatenkota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Gambar 2.17. Gambar 2.17. Luas Lahan Kritis di Provinsi Jambi Tahun 2014. Sumber : Data Olahan Tabel SD-5 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada Buku Data Tabel Tambahan SD-5A menunjukkan luasan lahan kritis dan sangat kritis yang terjadi di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan. Luasan lahan kritis di dalam kawasan hutan terdapat seluas 452.112,97 Ha dan di luar kawasan hutan seluas 327.661,03 Ha. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, luasan lahan kritis mengalami penurunan sebesar 45,11 pada tahun 2014. Perbandingan lahan kritis di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan dapat digambarkan pada Tabel 2.10. - 40,000.00 80,000.00 120,000.00 160,000.00 Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari Ma. Jambi Tanjabtim Tanjabbar Tebo Bungo Kota Jambi S. Penuh 38,143.12 118,150.14 100,377.27 94,646.96 70,547.10 59,015.34 95,471.99 124,707.66 74,171.10 2,098.36 2,444.96 Luas Lahan Kitis Ha 28 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2014 II- Tabel 2.10. Lahan Kritis Di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014. No Kawasan Hutan Luas Lahan Kritis Ha Perubahan Luasan Ha 2013 2014 1. Dalam Kawasan Hutan 465.051,00 452.112,97 -12.938,03 2. Luar Kawasan Hutan 955.551,00 327.661,03 - 627.889,97 Jumlah 1.420.602,00 779.774,00 - 640.828,00 Sumber : Data Olahan Tabel SD-5 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada Tabel 2.10. terlihat bahwa perubahan luasan lahan kritis lebih banyak terdapat pada daerah di luar kawasan hutan yaitu seluas 627.889,97 Ha, sementara pada daerah di dalam kawasan hutan hanya berkisar 12.938,03 Ha. Terjadinya pengurangan luasan lahan kritis pada tahun 2014 mengindikasikan bahwa telah adanya upaya pemulihan dan rehabilitasi lahan dan hutan yang dilakukan pada setiap kabupatenkota terhadap lahan kritis di wilayahnya baik berupa kegiatan penghijauan meupun kegiatan reboisasi.

6. Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air

Tanah merupakan salah satu komponen lahan dan ruang daratan yang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Dalam komponen produksi, tanah berfungsi sebagai penghasil biomassa yang mendukung kehidupan manusia dan kehidupan makhluk lainnya serta berperan penting dalam menjaga kelestarian sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu dalam pemanfaatan tanah harus tetap terkendali pada tingkat mutu tanah yang tidak melebihi ambang batas threshold kerusakannya. Realitas menunjukkan bahwa kerusakan mutu tanah untuk produksi biomassa tidak saja disebabkan oleh tindakan manusia, tetapi juga dapat terjadi akibat proses alam. Pengujian kerusakan tanah di lahan kering akibat erosi air pada tahun 2014 dilakukan di Desa Sarolangun Kembang Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : besaran erosi untuk tanah dengan ketebalan 20 cm adalah 0,9 mm10 tahun, tanah dengan ketebalan 20 - 50 cm besaran erosinya 2,2 mm10 tahun, tanah dengan ketebalan 50 - 100 cm besaran erosinya 6 mm10 tahun, tanah dengan ketebalan 100 – 150 cm besaran erosinya 11 mm10 tahun, dan tanah dengan ketebalan 150 cm besaran erosinya 14 mm10 tahun sebagaimana yang tercantum pada Buku Data Tabel SD-6. Bila mengacu kepada ambang kritis erosi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000, maka