Geopolitik dan Geostrategi Dr. Ir. Yuswandi A Temenggung, MSc

geografi, topografi, demografi, kandungan sumber daya dan lokasi menentukan karakter politik negara Anggoro 2005. Geopolitik suatu negara direfleksikan dari posisi dan bentuk suatu wilayah dalam implementasi berbangsa dan bernegara menuju tujuan nasional. Posisi strategis ini akan lebih bermakna apabla dikaitkan dengan adanya pergeseran centre of gravity geopilitik dunia ke arah Asia Pasifik Artjana 1993 yang lebih berorientasi pada kepentingan maritim, sehingga mengandung dimensi ekonomi dan kekuatan yang semakin mengemuka. Sejalan dengan itu, Indonesia seharusnya dapat menjadi pemain utama dalam percaturan global yang berpusat di Pasifik Ratulangi 1982. Istilah geopolitik semula adalah sebagai ilmu bumi politik, kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri khas negara berupa: bentuk, luas, letak, iklim, dan sumber daya alam suatu negara untuk membangun dan membina negara. Geopolitik suatu negara terkait erat dengan kekuasaan negara sehingga perlu mendalami ciri khusus negara berdasarkan geomorfologinya ciri fisik dan non-fisik, karena akan menentukan sikap politik negara dalam membangun negaranya Rangkuti 2007. Teori geopolitik berkembang menjadi ajaran yang melegitimasi hukum ekspansi suatu negara disebabkan dipengaruhi oleh beberapa ajaran. Soemiarno 2005, teori geopolitik telah berkembang menjadi konsepsi wawasan nasional suatu bangsa yang seiring dengan berkembangnya teori-teori kekuasaan, oleh karena itu wawasan nasional suatu bangsa selalu mengacu kepada geopolitik, sehingga dengan wawasan tersebut, suatu negara dapat diketahui arah perkembangan suatu negara. Geografi, geopolotik dan geostrategi merupakan tiga serangkai yang sulit dipisahkan. Geostrategi berusaha menjelaskan bagaimana opsi-opsi strategis untuk memanfaatkan faktor geografi dalam pertarungan geopolitik. Pemahaman terhadap geografi tidak terbatas pada konstruksi fisik dan peristiwa-peristiwa alam tetapi juga karakter sosial yang berada di dalamnya. Disebabkan kompleksitas masalah, validitas pendekatan geopolitik dan geostrategi acapkali mengundang perdebatan Anggoro 2005. Dalam dimensi ini, adanya berbagai arus pemikiran tentang geopolitik yaitu Mahan 1890 meyakini bahwa kekuatan laut sea power merupakan kunci utama bagi suatu negara untuk memenangkan pertarungan politik, sedangkan Mactkinder dikutip oleh Sloan 1996 meyakini pentingnya kekuatan darat land power. Kedua pandangan geopolitik tersebut cukup memadai dalam perumusan strategi kebijakan nasional, khususnya dalam kaitannya dengan keamanan nasional national secutiry, kepentingan nasional national interest, dan orientasi nasional national orientation. Sebuah negara pulau island states dengan sumber daya dan pasar relatif terbatas mungkin hanya dapat bertahan dengan ekspansi geopolitik. Sejalan dengan pengertian tersebut maka rumusan masalah yang teridentifikasi dalam pembangunan geopolitik, meliputi: 1 kurangnya perhatian pemerintah terhadap isu tapal batas border Sadono dan Holdun 2007; Pailah 2008; Anggoro 2005, Djalal 2003, Pardede 2005, Waluyo 2006; Jemabut dan Santi 2006; 2 kurang fokusnya pemerintah dalam mengakomodasikan aspek geopolitik dalam menentukan kepentingan pertahanan; dan 3 belum optimalnya pemerintah dalam memperhatikan karakteristik geografiwilayah NKRI guna mengakomodasikan geopolitik berkaitan dengan pembangunan. Geopolitik Indonesia pada dasarnya adalah Wawasan Nusantara, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai jati diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang satu kesatuan ideologi, satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya dan dalam satu kesatuan ketahanan nasional. Sedangkan ketahanan nasional adalah kondisi dinamik suatu bangsa meliputi seluruh aspek kehidupan nasioanl yang terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi seluruh tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang dating dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan nasionalnya Suradinata 2005. Secara umum, penelitian ini merumuskan geopolitik Indonesia sebagai kemampuan untuk mempertimbangkan dan memperhitungkan keuntungan dan kerugian lokasi dari posisi geografisnya berdasarkan telaah ilmu politik untuk kepentingan politiknya. Dasar perhitungannya adalah peta bumi politik dan peta bumi sumber daya strategis yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi. Implementasi dalam kebijakan pengelolaan P2K perbatasan dalam perspektif geopolitik di Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah kemampuan mempertimbangkan dan menghitung manfaat benefit dibandingkan dengan kerugian cost yang akan muncul dalam pemanfaatan SDA strategis berdasarkan teknologi dan penggunaan peta bumi politik dengan memandang faktor geografis sebagai faktor penentu.

2.3 Pengelolaan Kawasan Perbatasan

Perbatasan adalah sebuah demarkasi antara dua negara state’s border yang berdaulat dan terbentuk dengan lahirnya negara. Sebelumnya penduduk yang tinggal di wilayah tertentu tidak merasakan perbedaan itu, bahkan tidak jarang mereka berasal dari etnis yang sama. Namun dengan munculnya negara, mereka terpisahkan dan adanya tuntutan negara itu mereka mempunyai kewarganegaraan yang berbeda Susetyo 2008. Perbatasan telah memperoleh makna yang baru sebagai konstruksi sosial dan kultural yang tidak lagi terikat pada pengertian yang bersifat teritorial Tirtosudarmo 2005. Menurut Wadley 2002, batas negara ialah sebuah garis yang memisahkan sistem sosial yang berbeda dan daerah perbatasan menjadi wilayah yang bersifat marjinal, yang legitimasinya tergantung hubungan dan partisipasi dalam sistem sosial yang dtentukan di pusat, sehingga bukan sekedar sistem sosial yang unik. Perbatasan dapat diartikan sebagai suatu unit legal politis yang mempunyai berbagai fungsi unik sekaligus startegis bagi suatu negara. Dalam konteks pemahaman tersebut maka perbatasan memiliki fungsi militer strategis, ekonomi, konstitusi, identitas, kesatuan nasional, pembangunan negara dan kepentingan domestik Blanchard 2005. Untuk menganalisis perbatasan ada beberapa elemen yang perlu mendapat perhatian, sebagai berikut: 1 kekuatan pasar dan arus perdagangan; 2 kebijakan pemerintah negara-negara yang berbatasan langsung; 3 pengaruh faktor politis masyarakat di wilayah perbatasan; dan 4 budaya khas masyarakat di wilayah perbatasan. Dalam konteks borders dipahami sebagai suatu garis imajiner yang memisahkan wilayah suatu negara yang secara geografis berbatasan langsung dengan wilayah negara lain. Sesungguhnya pengertian mengenai perbatasan tidaklah sederhana, karena di dalamnya juga mengandung dimensi lain seperti garis batas border lines, sempadan boundary, dan perhinggaan frontier, yang merupakan persoalan politik Anggoro 2004. Kawasan perbatasan kepulauan Sangihe dimaksud adalah sebutan bentangan laut dengan beberapa pulau kecil yang terletak di ujung utara sebagai penentuan batas wilayah NKRI. Pulau terluar dalam kawasan perbatasan dimaksud adalah Pulau Marore, Pulau Kawio, Pulau Kemboleng, Pulau Matutuang, Pulau Kawaluso, dan Pulau Lipang. Kawasan perbatasan kepulauan Sangihe mempunyai keterkaitan kedepan forward linkage adalah Filipina dengan wilayah pemasaran produk adalah Filipina Manila, Hongkong, Kaohsiung, Busan dan Jepang. Sedangkan keterkaitan kebelakang backward linkage, adalah: Kepulauan Talaud, Kepulauan Sitaro, Manado Sulawesi Utara, dan Gorontalo. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain dalam pengelolaan P2K perbatasan harus menganut sistem outward looking dalam pengelolaannya bukan inward looking. Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain. Sedangkan dalam pengelolaan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, Pemerintah berwenang: 1 menetapkan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan; 2 mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan Batas Wilayah Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional; 3 membangun dan membuat tanda Batas Wilayah; 4 melakukan pendataan dan pemberian nama pulau dan kepulauan serta unsur geografis lainnya; 5 memberikan izin kepada penerbangan internasional untuk melintasi wilayah udara teritorial pada jalur yang telah ditentukan dalam