Daya dukung lingkungan Apresiasi Masyarakat Perbatasan

Tabel 47 Persepsi responden terhadap pertanyaan danatau pernyataan tentang daya dukung lingkungan hidup P2K perbatasan Kepulauan Sangihe Keterangan: angka-angka dalam kurung adalah persentase terhadap responden n=28 Degradasi wilayah pesisir dan laut selain akan mengakibatkan penyempitan luasan juga akan menurunkan potensi sumber daya ikan di wilayah pesisir. Sebanyak 78 responden menilai bahwa lingkungan pesisir dan laut di P2K Kabupaten Kepulauan Sangihe telah mengalami degradasi, dan sekitar 60 responden meyakini bahwa degradasi pesisir mempercepat terjadinya abrasi pantai. Pulau Marore, Pulau Kawio dan Pulau Matutuang adalah contoh beberapa pulau yang mengalami abrasi yang sangat tinggi bahkan untuk jangka waktu beberapa tahun mendatang akan berakibat secara fisik hilangnya pulau-pulau tersebut. Penyebabnya adalah pengambilan karang yang digunakan sebagai perhiasan laut dari warga negara Filipina atau orang Sangir yang telah lama bermukim si Filipina. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi dan pencegahan abrasi melalui penanaman mangrove dan pembangunan talud pengamanan pantai perlu dilakukan. Hal ini diberikan masukan oleh sekitar 75 responden serta program pengelolaan dan pelestarian terumbu karang perlu dilakukan Pertanyaan danatau pernyataan Skala jawaban dan jumlah responden Sangat setuju Setuju Ragu- ragu Tidak setuju Sangat tidaksetuju Pentingnya pengelolaan P2K perbatasan berbasis daya dukung lingkungan 12 42,86 10 35,71 4 14,28 2 7,15 0,00 Tingginya frekuensi bencana 10 35,71 8 28,58 6 21,43 4 14,28 0,00 Rehabilitas dan reboisasi hutan lindung Sahandaruman 18 64,29 6 21,43 4 14,28 0,00 0,00 Degradasi lingkungan di kawasan pesisir dan lautan 14 50,00 8 28,57 4 14,28 2 7,15 0,00 Kerusakan ekosistem pesisir dan laut turut memicu abrasi pantai 15 53,57 3 10,70 6 21,42 2 7,15 2 7,15 Diperlukan kelembagaan pengawasan pengelolaan P2K perbatasan untuk memelihara daya dukung lingkungan 13 46,43 5 17,58 6 21,43 3 10,71 1 3,35 Diperlukan program sosialisasi pencegahan dan penanggulangan akibat bencana 12 42,86 10 35,71 4 14,28 2 7,15 0,00 Pencegahan abrasi: penanaman mangrove dan pembangunan talud pengamanan pantai 14 50,00 8 28,57 4 14,28 2 7,15 0,00 Pengembangan sistem mitigasi bencana alam 12 48,86 8 28,57 6 21,43 2 7,14 0,00 Pengelolaan dan pelestarian terumbu karang 20 71,42 6 21,43 2 7,15 0,00 0,00 Kerusakan wilayah pesisir dan lautan akibat kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat 10 35,71 4 14,28 4 14,29 6 21,43 4 14,29 Suatu hal yang penting untuk dikaji bahwa hampir 50 responden menilai bahwa kerusakan wilayah pesisir dan lautan bukan diakibatkan oleh kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan masyarakat pesisir, tetapi oleh faktor eksogen. Hal ini dapat dipahami sebab di Kabupaten Kepulauan Sangihe masih terdapat sebagian besar masyarakat memegang teguh tentang cara-cara pengelolaan pesisir dan lautan yang ramah lingkungan, apapun resiko dihadapi termasuk resiko kemiskinan. Hal ini tergambar dari sikap masyarakat di Pulau Matutuang yang tidak melaut pada hari Sabtu untuk ummat Kristiani dan hari Kamis untuk ummat Islam, dan pengelolaan yang ramah lingkungan di Pulau Para. APEC Working Group 2008, dalam penelitiannya menyimpulkan kerusakan biodiversity di laut Sulawesi tidak saja disebabkan oleh adanya overfishing dan overcapacity tetapi juga oleh kegiatan IUU fishing. IUU fishing memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap ekonomi, ekologi, lingkungan, dan kondisi sosisl terutama masyarakat pesisir yang sangat tergantung produk ikan untuk ketahanan pangan food security. Laut Sulawesi terbentang dari bagian utara sampai bagian timur di Sulwesi Utara dan pulau-pulau di Sangihe dan Talaud sebagai perekat dan Kalimantan Timur di Indonesia, serta Sabah di Malaysia dan Kepulauan Sulu serta Mindanao di bagian barat. Dugaan menunjukkan the juridictionn of Indonesia and Philippines. The marine area include the waters bahwa 76 dari luas Laut Sulawesi masuk juridiksi Indonesia, 20 Filipina dan sisanya 4 masuk dalam juridksi laut Malaysia Ingles 2005 8 .

5.9 Implikasi Kebijakan

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari pengamatan, wawancara, dan analisis yang telah dilakukan, penelitian kebijakan pengelolaan P2K Perbatasan berbasis geopolitik, daya 8 Ingles, Jose. 2005. Management and policy consideration to combat illegal, unreported and unregulated IUU fishing in Sulawesi Sea: Concens and actions for the Philippines and Indonesia. Paper submitted for ACIAR-funded project, FIS200219, on management and policy frameworks for illegal unreported and unregulated IUU fishing in Indonesia and Philippines Waters Unpublised 2005, page 2. These percentages are estimated by the WWF based on the total marine area included adjacent to the land territoriets of the province of these littoral states. dukung ekonomi, dan lingkungan di Kepulauan Sangihe, perlu dijabarkan berbagai implikasi kebijakan, sebagai berikut: Pertama . Pembangunan pulau-pulau kecil perbatasan Kepulauan Sangihe hendaknya diarahkan dalam kaitannya dengan pengelolaan komoditas unggulan daerah yaitu pengelolaan perikanan tangkap dan tanaman perkebunan. Dari sisi luasan wilayah, maka pengembangan perikanan tangkap merupakan solusi pola pembangunan di wilayah ini. Namun pengembangannya perlu disertaikan dengan penyelesaian beberapa masalah mendasar yang menghambat pengembangannya yaitu batas wilayah laut dan pasar untuk produk perikanan. Pengembangan komoditas unggulan tersebut di atas apabila didukung dengsn orientasi pasar ekspor akan menaikan nilai produk domestik regional bruto PDRB Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kedua . Penyelesaian batas maritim merupakan kebutuhan yang sangat mendesak karena saat ini kemampuan nelayan dan pedagang tradisonal Kabupaten Kepulauan Sangihe telah mampu menjangkau Pulau Balut dan Pulau Saranggani Kepulauan Mindanao, Filipina Selatan bahkan sampai ke General Santos. Oleh karena itu tanpa ada batas wilayah yang jelas antara Indonesia dan Filipina akan membawa pengaruh buruk, yaitu partisipasi kegiatan pengawasan masyarakat nelayan terhadap pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Laut Sulawesi bahkan di laut teritorial terutama dari kegiatan IUU fishing akan sulit dilakukan. Ketiga . Minimalisasi cost of transportation dari sistem pemasaran komoditas merupakan pilihan utama bagi para penguasahapedagangnelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Oleh karena itu pelanggaran yang dikategorikan penyelundupan sulit memperoleh dukungan masyarakat yang bermukim di P2K perbatasan. Keputusan-keputusan melakukan kegiatan perdagangan illegal atau penyelundupan yang secara narasi telah dikemukakan oleh penduduk setempat , juga secara statistik sangat berpengaruh sebab adanya disparitas harga barang, jarak dan kebiasaan kunjung kerabat yang telah melembaga.