Iklim dan curah hujan

P2K perbatasan ini beriklim tropis basah dengan dua pola angin, yaitu angin utara yang bertiup pada bulan Nopember sampai dengan bulan April, bersamaan dengan datangnya musim kemarau, dan angin barat terjadi selama 4 bulan yaitu bulan Desember sampai dengan April dengan ketinggian ombak berkisar 2 – 5 meter. Keadaan iklim ini sangat berpengaruh terhadap aktivitas nelayan dalam melaksanakan penangkapan ikan, sedangkan angin timur tidak banyak berpengaruh terhadap aktivitas nelayan. Berdasarkan karakteristik musim tersebut, maka musim penangkapan yang efektif adalah musim kemarau dan musim pancaroba antara bulan Maret hingga bulan Oktober. Keadaan cuaca tidak menetu dan sering berubah-ubah. Pada waktu musim angin barat dan utara kecepatan angin mencapai 5 kmjam. Iklim di daerah ini dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan Juli sampai dengan September musim kemarau dan musim penghujan terjadi pada bulan September sampai dengan November. Tipe iklim ini menurut Schmidt dan Ferguson adalah Tipe A iklim basah. Secara umum suhu udara rata-rata per bulan pada tahun 2005 adalah 27.3°C, di mana suhu udara terendah adalah 26.9°C pada bulan Januari dan Desember, sedangkan tertinggi 27.7°C pada bulan Oktober. Kelembaban nisbih daerah ini berkisar antara 81 persen sampai dengan 87 persen, dengan curah hujan tertinggi pada tahun 2005 terjadi pada bukan Desember yaitu 382 mm, dengan hari hujan 28 hari, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 94 mm dengan jumlah hari hujan 15 hari. Keadaan angin pada musim penghujan lebih kencang bertiup dari barat dan barat laut dengan kecepatan 5 – 8 kmjam.

4.6.6 Aksesibilitas

P2K perbatasan dapat dicapai dengan transportasi laut, dan secara reguler dilayani oleh satu trayek dari dua trayek kapal perintis setiap minggu sekali yaitu KM. Daya Sakti dan KM Surya, namun keduanya pada saat ini telah docking dan diganti oleh kapal perintis KM Tilongkabila. Sarana dan prasarana yang ada di Pulau Marore antara lain dermaga dengan panjang 70 meter, lebar 8 meter, kedalaman air pasang 8 meter, air surut 6 meter dan daya rapat 3,000 dwt. Mobilitas penduduk selain tergantung pada kapal perintis, juga menggunakan perahu nelayan tradisional yang disesuaikan dengan kondisi cuaca, seperti londe, pamo, pamboat dan perahu pelang. Londe adalah perahu kecil bercadik sema-sema yang berukuran sekitar 10 meter dengan lebar 2 meter, dijalankan dengan menggunakan dayung dan layar. Umumnya setiap keluarga memiliki jenis perahu ini. Perahu londe biasanya digunakan untuk memancing jarak dekat dan digunakan di sekitar pulau. Perahu pelang adalah sejenis perahu londe, tetapi ukurannya lebih besar, yakni sekitar 15 meter dan biasanya menggunakan motor tempel. Jenis perahu ini digunakan untuk mobilitas penduduk antar pulau. Sedangkan perahu pamo merupakan perahu berbadan lebar dengan menggunakan mesinmotor penggerak di dalam. Perahu ini biasanya digunakan untuk mengangkut barang dan orang karena daya tampung perahu ini lebih besar dibandingkan dengan perahu pelang. Selanjutnya dalam perkembangan hubungan dengan Filipina penduduk setempat menggunakan pump boat yang bentuk menyerupai dengan pamo, serta fuso yaitu pump boat dengan mesin mobil fuso. 4.7 Mengenal Profil Pulau-Pulau Perbatasan 4.7.1 Pulau Marore Pulau Marore merupakan sebuah pulau kecil yang berada paling depan dari wilayah NKRI yang berbatasan langsung dengan negara Filipina. Letak pulau pada posisi geografisnya seperti terlihat dalam Gambar 6. Perbukitan bergelombang dengan ketinggian antara nol dari permukaan laut sampai dengan 110 meter dari permukaan laut. Daerah perbukitan merupakan daerah perkebunan kelapa, cengkeh, mangga, jambu mede, rumpun bambu, dan lain sebagainya. Mayoritas penduduknya mendiami di bagian pantai sebelah barat daya dan minoritas di pantai timur. Penduduk Pulau Marore pada tahun 2006 sebanyak 562 jiwa dengan 135 KK, yang digolongkan pada kategori miskin, hal ini terlihat sekitar 50 atau 60 KK masih mendapatkan