Pulau Kecil dan Pulau Kecil Terluar

Marore, dan Pulau Marampit. Pulau Miangas dan Pulau Marampit secara geografis berada pada wilayah pemerintahan Kabupaten Kepulauan Talaud, sedangkan Pulau Marore termasuk dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sangihe. P2K perbatasan di Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah P2K terluar dengan luas area ≤ 2000 km² yang memiliki titik- titik koordinat geografis sesuai dengan hukum internasional, meliputi: P. Kawio, P. Marore, P. Kemboleng, P. Kawaluso, dan P. Lipang serta P. Matutuang. Briguglio 1995, menyebutkan bahwa karakteristik P2K sebagai suatu permasalahan, adalah: smallness, isolation, dependence, dan vulnerability. Faktor smallness secara ekonomi menjadi faktor ketidakunggulan disadvantage, antara lain: 1 keterbatasan resource endowement; 2 ketergantungan kisaran diversifikasi produk; 3 keterbatasan mempengaruhi perubahan harga produk; 4 keterbatasan kompetisi lokal; dan 5 keterbatasan mengembangkan economic of scale. Faktor isolation akan mengakibatkan tingginya biaya transportasi, sedangkan vulnerability cenderung rentan terhadap bencana alam natural disaster dan ekosistem yang rapuh fragile. Menurut Bengen 2004, permasalahan yang terjadi di P2K adalah kondisinya yang relatif terisolasi dan jauh dari pulau induk, terbatasnya sarana dan prasarana perekonomian seperti jalan, pelabuhan, pasar, listrik, lembaga keuangan, menyebabkan tingkat kesejahteraannya rendah serta rendahnya kualitas sumber daya manusia SDM akibat kurangnya fasilitas pendidikan, tidak tersedianya media informasi dan komunikasi serta fasilitas kesehatan.

2.2 Geopolitik dan Geostrategi

Geopolitik dapat diartikan sebagai politik atau kebijakan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik suatu negara Sadono dan Holdun 2007; Suradinata 2005. Sebaliknya politik negara itu, secara langsung akan berdampak kepada geografi negara yang bersangkutan Suradinata 2005. Geopolitik menganggap bahwa geografi, topografi, demografi, kandungan sumber daya dan lokasi menentukan karakter politik negara Anggoro 2005. Geopolitik suatu negara direfleksikan dari posisi dan bentuk suatu wilayah dalam implementasi berbangsa dan bernegara menuju tujuan nasional. Posisi strategis ini akan lebih bermakna apabla dikaitkan dengan adanya pergeseran centre of gravity geopilitik dunia ke arah Asia Pasifik Artjana 1993 yang lebih berorientasi pada kepentingan maritim, sehingga mengandung dimensi ekonomi dan kekuatan yang semakin mengemuka. Sejalan dengan itu, Indonesia seharusnya dapat menjadi pemain utama dalam percaturan global yang berpusat di Pasifik Ratulangi 1982. Istilah geopolitik semula adalah sebagai ilmu bumi politik, kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri khas negara berupa: bentuk, luas, letak, iklim, dan sumber daya alam suatu negara untuk membangun dan membina negara. Geopolitik suatu negara terkait erat dengan kekuasaan negara sehingga perlu mendalami ciri khusus negara berdasarkan geomorfologinya ciri fisik dan non-fisik, karena akan menentukan sikap politik negara dalam membangun negaranya Rangkuti 2007. Teori geopolitik berkembang menjadi ajaran yang melegitimasi hukum ekspansi suatu negara disebabkan dipengaruhi oleh beberapa ajaran. Soemiarno 2005, teori geopolitik telah berkembang menjadi konsepsi wawasan nasional suatu bangsa yang seiring dengan berkembangnya teori-teori kekuasaan, oleh karena itu wawasan nasional suatu bangsa selalu mengacu kepada geopolitik, sehingga dengan wawasan tersebut, suatu negara dapat diketahui arah perkembangan suatu negara. Geografi, geopolotik dan geostrategi merupakan tiga serangkai yang sulit dipisahkan. Geostrategi berusaha menjelaskan bagaimana opsi-opsi strategis untuk memanfaatkan faktor geografi dalam pertarungan geopolitik. Pemahaman terhadap geografi tidak terbatas pada konstruksi fisik dan peristiwa-peristiwa alam tetapi juga karakter sosial yang berada di dalamnya. Disebabkan kompleksitas masalah, validitas pendekatan geopolitik dan geostrategi acapkali mengundang perdebatan Anggoro 2005. Dalam dimensi ini, adanya berbagai arus pemikiran