Logistik : H
t
qKE
t
E
qE
q
2
K
2
r 2.21
Gompertz : H
t
qKE
t
exp
r
Estimasi parameter r, K dan q untuk persamaan yield-effort dari kedua model di atas Logistik dan Gompertz
melibatkan teknik non-linear. Namun
demikian, dengan menuliskan
U
t
H
t
E
t
persamaan 2.21 di atas dapat ditransformasikan menjadi persamaan linear sehingga metode regresi biasa dapat digunakan untuk mengestimasi parameter biologi dari fungsi di atas. Dalam
penelitian ini teknik estimasi parameter yang dikembangkan oleh Clarke, Yoshimoto dan Pooley 1992 atau sering dikenal sebagai metode CYP digunakan untuk menduga parameter r, q dan K
melalui persamaan:
lnU
t 1
2r
2 r
lnqK
2 r
2 r
lnU
t
q
2 r
E
t
E
t 1
2.22
Data time series produksi dan upaya catch and effort selama dua puluh tahun yang dikumpulkan dari wilayah penelitian Kabupaten Kepulauan Sangihe dijadikan basis untuk
perhitungan kurve yield-effort dengan menggunakan perangkat lunak komputer program microsoft excel.
Alat tangkap untuk menangkap ikan pelagis kecil dan alat tangkap yang menangkap ikan pelagis besar digunakan dalam pemecahannya rumus tersebut di atas.
Oleh karena itu untuk memperoleh unit upaya yang benar, seluruh unit effort distandardisasi
berdasarkan alat tangkap base. Sementara data ekonomi yakni biaya dan harga diperoleh dari
survei. Seluruh data ekonomi dikonversikan ke nilai riil dengan menyesuaikan nilai nominal ke indeks harga konsumen consumer’s price index. Khusus untuk data time series dari biaya per
upaya tidak tersedia secara time series, maka dilakukan perhitungan sebagaimana dilakukan oleh Tai et al 2001 untuk menkonversi data cross section biaya ke time series dilakukan dengan
menyesuaikan dengan indeks harga konsumen. Perhitungan nilai optimal produksi dan upaya
serta rente ekonomi dilakukan secara numerik dengan perangkat lunak Maple.13.
2.8 Perkembangan Wilayah dan Model Ekonomi Basis
Menurut Arsyad 1991, pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam
pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadap kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan endogeneus development sesuai potensi SDM,
kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal. Alkadri dan Djajadiningrat 2002, menyatakan disadari bahwa pembangunan daerah
tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi merupakan suatu proses perbaikan tatanan sosial, ekonomi, hukum, politik, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat yang
berkelanjutan sustainable welfare. Pada tahap awal, kegiatan pembangunan daerah biasanya
ditekankan pada pembangunan fisik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kemudian diikuti dengan pembangunan sistem sosial dan politik.
Namun demikian tahapan ini, bukanlah
merupakan suatu ketentuan yang baku, karena setiap daerah mempunyai potensi pertumbuhan yang berbeda dengan daerah lain.
Secara garis besar, beberapa konsep perencanaan pembangunan di suatu daerah Mangari 2000; Widiati 2000, meliputi: 1 perencanaan
pembangunan daerah berbasis sumber daya; 2 perencanaan pembangunan daerah berbasis komoditas unggulan; 3 perencanaan pembangunan daerah berbasis efisiensi free market
mechanism, dan 4 perencanaan daerah menurut peranan pelaku pembangunan. Untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah, perlu ditentukan prioritas
pembangunan daerah. Kebijakannya adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.
Prioritas pembangunan yang tidak sesuai dengan potensi daerah, mengakibatkan sumber daya yang ada belum atau kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Keadaan ini mengakibatkan
lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan, dan pada akhirnya dapat
mengakibatkan timbulnya kepincangan pembangunan dan tertinggalnya daerah tersebut dibandingkan dengan wilayah lain Safrizal 1997
Pertumbuhan berbasis ekspor didasarkan pada pemikiran bahwa suatu wilayah harus meningkatkan arus atau aliran langsung keluar wilayah agar bisa tumbuh secara efektif.
Pasar ekspor merupakan penggerak utama atau sebagai mesin pertumbuhan ekonomi wilayah engine of
region economic growth Tiebout 1962. Teori pertumbuhan berbasis ekspor memisahkan
kegiatan ekonomi dalam dua sektor terpisah. Sektor ekspor adalah seluruh aktivitas ekonomi
yang terutama ditujukan untuk memenuhi permintaan ekspor, yang dikenal dengan sektor dasar basic sector, dan lainnya adalah sektor lokal local sector, yaitu aktivitas produksi dan jasa
yang ditujukan untuk melayani permintaan masyarakat lokal Budhiharsono 2005; Ghalib 2005; Glasson 1974; Safrizal 2008; Tiebout 1962.
Inti dari model ekonomi basis economic basis model adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah
tersebut Budhiharsono 2005; Safrizal 2008.
Beberapa alat ukur secara kuantitatif yang digunakan dalam menganalisis potensi daerah sebagai komoditas ekspor atau sebagai ekonomi basis, meliputi: 1 model location quotients
LQ; 2 concentration index CI; 3 specialization index SI; dan4 model shift share
Alkadri dan Djajadiningrat 2002; Budhiharsono 2005; Ghalib 2005; Safrizal 2008. Menurut
Bendavid 1991, LQ adalah suatu index untuk mengukur tingkat spesialisasi relatif suatu sektor atau sub sektor ekonomi suatu wilayah tertentu.
LQ dapat dinyatakan dalam beragam ukuran terminology namun yang sering digunakan adalah ukuran tenaga kerja sector and sub sector
employment dan ukuran nilai tambah produk sector and sub sector value added. Formula yang digunakan dan yang menggambarkan indeks konsentrasi untuk terminologi
kesempatan kerja adalah sebagai berikut:
2.23