Implikasi Kebijakan Keuangan Jasa Perusahaan 0.3112334

dukung ekonomi, dan lingkungan di Kepulauan Sangihe, perlu dijabarkan berbagai implikasi kebijakan, sebagai berikut: Pertama . Pembangunan pulau-pulau kecil perbatasan Kepulauan Sangihe hendaknya diarahkan dalam kaitannya dengan pengelolaan komoditas unggulan daerah yaitu pengelolaan perikanan tangkap dan tanaman perkebunan. Dari sisi luasan wilayah, maka pengembangan perikanan tangkap merupakan solusi pola pembangunan di wilayah ini. Namun pengembangannya perlu disertaikan dengan penyelesaian beberapa masalah mendasar yang menghambat pengembangannya yaitu batas wilayah laut dan pasar untuk produk perikanan. Pengembangan komoditas unggulan tersebut di atas apabila didukung dengsn orientasi pasar ekspor akan menaikan nilai produk domestik regional bruto PDRB Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kedua . Penyelesaian batas maritim merupakan kebutuhan yang sangat mendesak karena saat ini kemampuan nelayan dan pedagang tradisonal Kabupaten Kepulauan Sangihe telah mampu menjangkau Pulau Balut dan Pulau Saranggani Kepulauan Mindanao, Filipina Selatan bahkan sampai ke General Santos. Oleh karena itu tanpa ada batas wilayah yang jelas antara Indonesia dan Filipina akan membawa pengaruh buruk, yaitu partisipasi kegiatan pengawasan masyarakat nelayan terhadap pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Laut Sulawesi bahkan di laut teritorial terutama dari kegiatan IUU fishing akan sulit dilakukan. Ketiga . Minimalisasi cost of transportation dari sistem pemasaran komoditas merupakan pilihan utama bagi para penguasahapedagangnelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Oleh karena itu pelanggaran yang dikategorikan penyelundupan sulit memperoleh dukungan masyarakat yang bermukim di P2K perbatasan. Keputusan-keputusan melakukan kegiatan perdagangan illegal atau penyelundupan yang secara narasi telah dikemukakan oleh penduduk setempat , juga secara statistik sangat berpengaruh sebab adanya disparitas harga barang, jarak dan kebiasaan kunjung kerabat yang telah melembaga. Keempat . Legalisasi pasar kawasan perbatasan dengan meningkatkan nilai perdagangan pada angka yang sesuai dengan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat setempat, akan membantu menurunkan tekanan terhadap keinginan untuk menjadi penyelundup. Disamping itu diharapkan pengelolaan perikanan secara optimal akan dapat diwujudkan karena adanya orientasi pasar yang jelas dan terjadi minimalisasi biaya transportasi. Sejalan dengan itu ketergantungan untuk memperoleh es untuk pengawetan ikan dari Pulau Mindanao dan dijadikan bargaining power oleh nelayan Filipina, akan mendorong pengusaha lokal membangun pabrik es di wilayah perbatasan karena adanya peningkatn permintaan. Kondisi ini juga akan memberikan keuntungan finansial yang cukup memadai walaupun dalam kondisi harga bahan bakar minyak BBM yang tinggi. Kelima . Dari analisis dilakukan selama 20 tahun 1988 – 2007 pengamatan, ternyata produktivitas penangkapan ikan pelagis kecil berkisar antara 0.195 – 0.726 tontrip atau dengan rata-rata 0.431 tontrip, dan ikan pelagis besar berkisar antara 0.242 – 1.169 tontrip atau dengan rata-rata 0.484 tontrip. Tingkat produktivitas yang relatif baik terus dikembangkan untuk perlu dijaga stok ikan di perairan karena diduga semakin terkuras. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar dari tahun pengamatan hasil produksi aktual telah melebihi produksi lestari. Oleh karena itu pengurangan jumlah effort dan pengurangan jumlah hari melaut dan pengurangan “jumlah pemain” perlu dilakukan untuk menghindari kepunahan jenis ikan tertentu. Kebijakan pengurangan effort melalui penghentian sementara ijin operasional penangkapan jenis ikan tersebut dapat diberlakukan, tetapi tidak akan efektif bagi nelayan tradisional. Kebijakan untuk mengurangi level input dapat juga didorong untuk beralih pekerjaan atau menangkap ikan jenis lainnya yang masih diperkenankan. Keenam . Secara geografis jarak Kepulauan Mindanao dengan Kepulauan Sangihe termasuk pulau-pulau di wilayah Nusa Utara adalah “karunia” yang secara alamiah “tidak boleh” ditolak kehadirannya dan dipaksakan orientasi pasar ke Manado dan Bitung atau ke daratan pulau Sulawesi. Secara kodrati Indonesia harus mengambil peran untuk mendorong terjadinya keadilan pasar yaitu setiap bahan baku ikan dapat dipasok oleh nelayan dari Kepulauan Sangihe asalkan nelayan tradisional Filipina tidak menangkap ikan di wilayah fishing ground nelayan Kepulauan Sangihe kecuali ada kerjasama. Sedangkan ekspor kopra, minyak kelapa kasar crude coconut oil, dan arang tempurung dapat dilakukan oleh pengusaha Kepulauan dengan “kapal” dari Indonesia. Ketujuh . Keamanan P2K perbatasan merupakan pokok persoalan penting bagi setiap pemerintah yang wilayah negaranya berbatasan dengan negara lain. Kesadaran akan keberadaan P2K perbatasan sebagai pintu gerbang dari suatu negara telah mendorong pemerintah mengembangkan sistem keamanannya. Hal ini menjadi isu strategis karena penataan P2K perbatasan terkait dengan nation state building terhadap kemunculan potensi konflik dengan negara lain neighbourhood countries. Peningkatan kesadaran hukum merupakan prioritas utama dalam pengelolaan kebijakan pengembangan sistem pertahanan dan keamanan. Kesadaran hukum yang dimaksud adalah kemauan dan kemampuan masyarakat untuk menahan diri serta mematuhi peraturan perundang-undangan agar tidak melakukan kegiatan yang bersifat illegal seperti perdagangan illegal, penangkapan ikan secara illegal, dan kegiatan illegal lainnya. Kedelapan . Peningkatan jumlah personil pertahanan keamanan merupakan suatu keharusan dari sistem pengelolaan P2K perbatasan. Strategi penguatan fungsi pertahanan dan keamanan bukan semata-mata diarahkan pada penjabaran strategi militer pengamanan wilayah NKRI, namun lebih bersifat strategis yang terkait dengan pengembangan wilayah dengan penataan ruang dan keamanan berbasis masyarakat. Sejalan dengan maka penambahan jumlah personil keamanan dimaksudkan juga adalah bukan saja yang bersifat militer tetapi lebih kepada keamanan dan ketertiban hukum, oleh karena itu penambahan jumlah personil lebih difokuskan kepada TNI-AL dan POLRI sesuai dengan kondisi wilayah perairan. 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka penelitian kebijakan pengelolaan P2K perbatasan berbasis geopolitik, daya dukung ekonomi dan lingkungan merumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1 PDRB Kabupaten Kepulauan Sangihe dari tahun ke tahun terjadi peningkatan baik PDRB-ADHB maupuan PDRB-ADHK. Sektor pertanian memberikan konstribusi terbesar dalam pembentukan struktur perekonomian Kabupaten Kepulauan Sangihe, tetapi masih didominasi oleh sektor perkebunan. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 mencapai 5.49 sedangkan pada tahun 2009 mencapai 5.8. 2 Hasil analisis menunjukkan bahwa subsektor yang unggul di Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah: subsektor perkebunan dan subsektor perikanan. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dan skenario pertumbuhan PDRB Kepulauan Sangihe pada tahun 2013, diperoleh hasil apabila pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara terjadi stagnan, maka PDRB Kepulauan Sangihe akan turun secara drastis sekitar 25. Perekonomian Kabupaten Kepulauan Sangihe lebih sensitif terhadap perubahan perkonomian eksternal. 3 Produktivitas penangkapan ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar yang dianalisis dalam penelitian ini dengan rata-rata hasil tangkapan 0.431 tontrip, dan 0.484 tontrip. 4 Depresiasi yang terjadi telah menurunkan nilai rente yang harus diterima oleh nelayan. Dengan metode present value penerimaan dalam penangkapan ikan pelagis kecil pada market discount rate 15 seharusnya diterima sebesar Rp. 274.97 miliar tetapi karena terdepresiasi maka jumlah yang diterima hanya Rp. 118.59 miliar, demikian pula untuk real discount rate 4.94 jumlah yang diterima sekitar Rp. 360.09 miliar. Penerimaan dalam penangkapan ikan pelagis besar pada market discount rate 15 seharusnya sebesar Rp. 195.42 miliar tetapi karena terdepresiasi maka jumlah yang diterima hanya Rp. 97.13 miliar, demikian pula untuk real discount rate 4.94 jumlah yang diterima sekitar Rp. 294.93 miliar. 5 Pola hubungan antara effort dan depresiasi tidak seketika terjadi pada saat itu, melainkan terjadi lag sehingga depresiasi baru akan terjadi pada periode berikutnya. Depresiasi yang terjadi adalah karena perkembangan effort yang berlebihan excessive pada periode sebelumnya sehingga walaupun effort cenderung rendah pada periode tersebut, namun depresiasi sumber daya ikan pasti akan terjadi. 6 Semakin tinggi discount rate akan mendorong tingkat eksploitasi sumber daya lebih ekstraktif sehingga akan mempertinggi tekanan terhadap sumber daya pada gilirannya akan mempercepat laju degradasi yang berdampak kepada kepunahan. 7 Pengelolaan optimal untuk ikan pelagis kecil pada market discount rate 15 adalah effort 5 342 triptahun yang akan menghasilkan biomas sebanyak 3 426.28 tontahun dan produksi optimal 3 326.19 tontahun, dan untuk real discount rate 4.94 adalah effort 4 998 triptahun yang akan menghasilkan biomass sebanyak 3 620.33 tontahun dan produksi optimal 3 287.57 tontahun. Pengelolaan optimal untuk ikan pelagis besar pada market discount rate 15 adalah effort 1 193 triptahun yang akan menghasilkan biomas sebanyak 983.34 tontahun dan produksi optimal 891.90 tontahun, dan untuk real discount rate 4.94 adalah effort 1 133 triptahun yang akan menghasilkan biomass sebanyak 1 010.13 tontahun dan produksi optimal 870.29 tontahun.