Pendugaan produksi lestari Analisis Daya Dukung Perikanan Tangkap

produksi lestari ikan pelagis kecil disajikan dalam Lampiran 15 dan hasil perhitungannya tertera dalam Tabel 30. Tabel 30 menunjukkan bahwa rata-rata produksi lestari ikan pelagis kecil sebesar 3 214.39 tontahun dengan effort sebesar 7 640 trip dan produksi aktual sebesar 3 128.45 tontahun. Untuk lebih memberikan gambaran tentang produksi aktual dan produksi lestari dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel 30 Effort, produksi aktual dan produksi lestari ikan pelagis kecil Tahun Effort trip Prod.Aktual ton Prod Lestari ton 1988 6 335 2 519.64 3 366.14 1989 8 050 2 608.56 3 252.98 1990 8 231 2 707.08 3 231.38 1991 7 747 2 909.64 3 285.70 1992 7 273 2 919.48 3 327.12 1993 7 949 3 129.72 3 264.29 1994 10 576 2 071.26 2 855.42 1995 9 187 2 660.04 3 096.07 1996 8 310 2 596.38 3 221.44 1997 7 367 2 354.10 3 319.92 1998 7 870 3 455.76 3 272.89 1999 8 048 3 187.32 3 252.11 2000 9 772 3 768.60 2 999.60 2001 12 031 3 952.82 2 574.91 2002 5 705 3 954.44 3 352.12 2003 7 022 4 186.20 3 343.62 2004 6 647 3 285.10 3 360.29 2005 6 724 4 886.00 3 357.69 2006 5 523 3 189.00 3 340.86 2007 5 571 3 641.40 3 344.21 Geomean 7 640 3 128.45 3 214.39 Gambar 9 Grafik produksi aktual dan lestari untuk ikan pelagis kecil Gambar 9 memberikan arahan bahwa pada awal pengamatan produksi lestari berada di atas produksi aktual dan belangsung dai tahun 1988 sampai dengan tahun 1997. Memasuki tahun 1998 dan tahun 1999 garis produksi lestari bertemu dengan garis produksi aktual, dan selanjutnya pada tahun 2000 produksi aktual berada di atas produksi lestari, walaupun pada tahun 2004 dan tahun 2006 produksi aktual turun dan mendekati garis produksi lestari. Hal dapat dipahami sebab pada awal pengamatan permintaan pasar akan produksi ikan pelagis kecil belum tinggi disebabkan jumlah penduduk relatif rendah dan pasar General Santos serta pasar untuk BitungManado masih dapat disuplai dari perairan sekitar. Namun memasuki tahun 1998 kondisi produksi ikan semakin menurun dengan demikian diperlukan ekspansi wilayah penangkapan dan pengadaan bahan baku ikan dan salah satunya adalah produksi ikan dari Kepulauan Sangihe. Persamaan produksi dalam Tabel 29 juga digunakan untuk menghitung produksi lestari perikanan pelagis besar. Proses perhitungan produksi lestari untuk kelompok ikan pelagis besar dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel Lampiran 16 dan hasil perhitungannya disajikan dalam Tabel 31. Tabel 31 memperlihatkan bahwa pada tahun 1988 produksi aktual sebesar 1 100.10 ton dan produksi lestari sekitar 1 035.49 ton, kemudian tahun 1991 produksi aktual sebesar 954.8 ton dengan produksi lestari 1 001.5 ton, namun secara rata-rata produksi aktual masih berada di atas produksi lestari yaitu produksi aktual sekitar 1 006.13 tontahun dengan produksi lestari sekitar 991.93 tontahun. Grafik perkembangan produksi aktual dan lestari perikanan pelagis besar disajikan dalam Gambar 10. Tabel 31 Hasil perhitungan produksi lestari ikan pelagis besar Tahun Effort trip Prod.Aktual ton Prod.Lestari ton 1988 1 903 1 100.10 1 035.49 1989 1 265 1 479.80 918.39 1990 1 451 1 122.10 968.62 1991 1 618 954.80 1 001.50 1992 3 982 990.10 846.52 1993 1 838 1 251.80 1 029.91 1994 2 695 1 433.60 1 025.10 1995 3 342 1 169.50 948.92 1996 4 503 1 375.80 756.39 1997 2 586 663.50 1 033.30 1998 2 696 917.10 1 025.05 1999 2 542 822.60 1 036.14 2000 2 033 855.30 1 043.10 2001 2 185 1 189.00 1 046.62 2002 1 606 1 265.80 999.50 2003 2 271 1 017.40 1 046.33 2004 2 039 840.00 1 043.34 2005 2 778 1 059.80 1 017.74 2006 2 111 617.80 1 045.57 2007 2 592 628.60 1 032.91 Geomean 2 284 1 006.13 991.93 Gambar 10 Grafik produksi aktual dan lestari untuk ikan pelagis besar Grafik perkembangan produksi aktual dan produksi lestari yang disajikan dalam Gambar 10 memberikan arahan bahwa produksi aktual kelompok ikan pelagis besar pada umumnya mengalami fluktuatif. Pada awal pengamatan produksi aktual menghampiri produksi lestari namun karena permintaan yang cukup tinggi produksi aktual meninggalkan produksi lestari sampai dengan tahun 1990, dan pada tahun 1991 produksi aktual menurun sedangkan produksi lestari meningkat, dalam posisi tersebut ptoduksi lestari berada di atas produksi aktual. Kondisi tersebut di atas tidak bertahan lama, dan pada tahun 1993 terjadi peningkatan produksi aktual sampai dengan tahun 1996, dimana garis produksi aktual tetap berada di atas produksi lestari dan mendekati akhir tahun pengamatan produksi aktual turun berada di bawah produksi lestari.. Kecenderungan ini disebabkan oleh produksi aktual cenderung mengalami penurunan sedangkan produksi lestari relatif tidak mengalami penurunan. Dengan menggunakan persamaan dalam Tabel 29, maka kurve sustainable yield-effort dapat diperoleh. Analisis Cope Eye Ball kemudian digunakan untuk melihat trajektori dari fungsi produksi lestari, kemudian dilakukan overlay antara produksi aktual dengan sustainable yield untuk ikan pelagis kecil Gambar 11, dan ikan pelagis besar Gambar 12. Pr o d uk si P ro duk s i 1999 1993 5000 2005 4500 2003 4000 2002 2001 3500 3000 Produksi Lestari 2007 2006 1992 1998 2004 1993 1991 2000 Produksi Aktual 2500 2000 1988 1989 1997 1990 199519 96 1994 1500 1000 500 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 Effort Gambar 11 Sustainable yield dan produksi aktual ikan pelagis kecil menurut fungsi Gompertz 1600 1989 1400 1200 2002 2001 1994 1995 1996 1000 Produksi Lestari 1990 1988 2003 1991 2005 1998 1992 Produksi Aktual 800 2000 2004 1999 1997 600 2006 2007 400 200 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 Effort Gambar 12 Sustainable yield dan produksi aktual ikan pelagis besar menurut fungsi Gompertz Pada Gambar 11 terlihat, kurva dengan garis merah solid menunjukkan kurva sustainable yield, sedangkan kurva dengan garis biru merupakan trajektori produksi aktual. Dari Gambar 11 terlihat bahwa jika produksi aktual diplot terhadap fungsi lestari, maka terlihat adanya pola ekspansi dan kontraksi dalam dua tahapan. Pada awal-awal periode pengamatan ekspansi yang bergerak menuju ke arah titik maximum sustainable yield, sampai dengan tahun 1997 dan pada tahun 1998 terjadi ekspansi namun karena permintaan masih belum tinggi ekspansi tersebut melewati titik maximum sustainable yield secara tidak ekstrim kemudian berubah arah menjadi kontraksi pada tahun 1999. Pada periode 2000 terjadi ekspansi kembali dan disebabkan permintaan mulai tinggi pada akhirnya melewati titik maximum sustainable yield sampai dengan tahun 2003, serta kemudian terjadi ekspansi dan kontraksi secara bergantian diakhir tahun pengamatan. Pada Gambar 12 terlihat, kurva dengan garis merah solid menunjukkan kurva sustainable yield, sedangkan kurva dengan garis biru merupakan trajektori produksi aktual. Dari Gambar 12 terlihat bahwa jika produksi aktual diplot terhadap fungsi lestari, maka terlihat adanya pola kontraksi dan ekspansi dalam tiga tahapan. Pada awal periode pengamatan telah terjadi ekspansi yang menjauhi sustainable yield kemudian bergerak menuju kurve sustainable yield namun karena peningkatan produksi yang tinggi pada tahun 1991 dan tahun 1992 menyebabkan trajektori menuju ke titik keseimbangan menjadi sulit dicapai, kurva bergerak menjauhi sustainable yield. Periode berikutnya terjadi sejak tahun 1993 dimana ekspansi menjauhi keseimbangan sustainable yield hingga tercapai titik dibawah keseimbangan yaitu pada tahun 1996 dan bertahan sampai dengan tahun 2000, namun demikian permintaan akan ikan pelagis besar dengan produksi yang tinggi maka terjadi ekspansi mulai tahun 2000 menjauhi titik keseimbangan. Periode ketiga setelah terjadi ekspansi, kurva bergerak menuju keseimbangan sampai dengan tahun 2006 dan tahun 2007 tercapai keseimbangan.

5.3.4 Degradasi sumber daya perikanan

Eksploitasi SDI yang melebihi titik keseimbangan ini akan menyebabkan terjadinya degradasi. Degradasi SDI diartikan sebagai penurunan kualitas atau kuantitas atau berkurangnya kemampuan alami SDI untuk beregenerasi sesuai dengan kapasitas produksinya. Tingkat degradasi akan memberikan suatu gambaran yang menunjukkan adanya gejala penurunan potensi dari SDI itu sendiri. Analisis koefisien degradasi dilakukan untuk jenis ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar, dengan menggunakan persamaan 3.22 sebagaimana disajikan dalam Lampiran 17 dan Lampiran 18. Dari Lampiran tersebut terlihat bahwa rata-rata degradasi terjadi pada kelompok ikan pelagis kecil sebesar 25.78 sedangkan pada kelompok ikan pelagis besar berkisar 26.05, artinya degradasi kelompok pelagis besar relatif mendekati sama degradasi yang terjadi pada kelompok ikan pelagis kecil. Gambaran perkembangan degradasi SDI sebagaimana disajikan dalam Gambar 13. Gambar 13 Grafik degradasi ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar Dalam Gambar 13 memberikan pedoman bahwa untuk mengelola perikanan pelagis peluangnya masih cukup baik dan diduga kondisi perairan masih memberikan pasokan ikan yang reltif baik di Kepulauan Sangihe. Hal ini disebabkan rata-rata degradasi SDI sekitar 26 untuk ikan pelagis kecil maupun untuk pelagis besar yang memberikan indikasi yang baik karena sangat jauh dibawah persentase yang diwaspadai 50. Degradasi yang terjadi pada kedua jenis kelompok ikan ini pada awalnya berbeda, dimana degradasi pada pengamatan awal terjadi pada ikan pelagis besar sampai dengan tahun 1997, namun kemudian degradasi terjadi pada kedua kelompok jenis ikan ini relatif sama. Degradasi terjadi pada sebelum tahun 1997 terhadap ikan pelagis besar membuktikan tingkat eksploitasi jenis ikan ekonomis seperti tuna, cakalang, dan cucut relatif tinggi, namun memasuki tahun 1998 degrdasi memiliki kecenderungan menurun.

5.4 Analisis Ekonomi Pengembangan Perikanan Tangkap

5.4.1 Estimasi parameter ekonomi

Parameter ekonomi yang diperlukan dalam studi ini adalah harga ikan, biaya penangkapan dan discount rate δ. Harga ikan dibagi menjadi harga nominal dan harga riil real price. Harga nominal diperoleh dengan membagi nilai produksi yang ada dalam data sekunder dengan produksi ikan dari data yang sama, sedangkan harga riil dikonversi dari harga nominal dari per kilogram ikan yang ditangkap ex-vessel price ke dalam harga riil dengan cara menyesuaikan dengan indeks harga konsumen IHK. Penelitian ini melakukan analisis untuk struktur biaya dengan menggunakan formula 3.23 dan perhitungan harga dilakukan berdasarkan formula 3.24. Data yang berkenaan dengan struktur biaya dalam penelitian ini diperoleh dari survei lapangan cross section di Kepulauan Samgihe. Nelayan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini diambil dari Kecamatan Tahuna Kampung Tidore, dan Kecamatan Tabukan Utara, meiputi: Enemawira, Pulau Matutuang, Pulau Marore, dan Pulau Tinakareng. Struktur biaya yang dikumpulkan dari nelayan tersebut meliputi harga dan jumlah pemakaian seperti: es batu, solar, garam, oli, minyak tanah, dan pangan yang digunakan dalam penangkapan ikan pada tahun 2006. Untuk menghitung costunit effort dengan menggunakan nilai indeks harga konsumen IHK dilakukan dengan menggunakan perhitungan untuk kelompok ikan pelagis kecil