Geopolitik Apresiasi Masyarakat Perbatasan
Tabel 45 Persepsi responden terhadap geopolitik dan hankam dalam pengelolaan P2K
perbatasan Kepulauan Sangihe
Keterangan: angka-angka dalam kurung adalah persentase responden yang menjawab n=28. Sumber konflik yang mungkin akan terjadi, yaitu: a sampai saat ini batas laut Indonesia
dan Filipina terutama di ZEE dan Landas Kontinen belum tuntas. Batas negara di laut saat ini
yang dianut adalah peninggalan Belanda dan Spanyol; b Filipina tidak “tertarik” membicarakan mengenai batas negara, mereka lebih tertarik membahas kerjasama pengelolaan perikanan; c
masalah pulau Miangas yang walaupun telah diterima tetapi masih merupakan gangguan karena persetujuan batas Negara yang telah diundangkan harus didepositokan ke Perserikatan Bangsa
Bangsa PBB; d adanya alur terorisme yang mengganggu keamanan di suatu negara baik Indonesia maupun Filipina; dan e pengaruh “pemberontakan” masyarakat Filipina Selatan untuk
tuntutan kemerdekaan. Menurut informasi penduduk WNI yang kembali dari Filipina Selatan
dan menetap di Pulau Matutuang dan para penyelundup, diperkirakan sampai dengan 15 orang WNI keturunan Sangihe Talaud telah bergabung dengan pasukan Moro di Filipina Selatan.
Pernyataan dan pertanyaan Skala jawaban dan jumlah responden
Sangat setuju
Setuju Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Persoalan “tapal batas” Indonesia 1242.86
1035.71 621.43
00.00 00.00
Deposit UU tapal batas ke PBB 1450.00
1035.71 414.29
00.00 00.00
Kaji kembali tapal batas secara geografis 1346.43
1242.86 310.71
00.00 00.00
Kedaulatan adalah inti dari kemerdekaan 1864.29
1035.71 00.00
00.00 00.00
Peningkatan rasa nasionalisme 1553.57
1035.71 310.71
00.00 00.00
Perubahan paradigma pengelolaan 1657.14
932.14 310.72
00.00 00.00
Kebijakan pembangunan memperhatikan kendala geografi
1242.86 932.41
725.00 00.00
00.00 Kondisi keamanan laut cukup
memprihatinkan 1242.86
1035.71 414.28
27.15 00.00
Pertahanan dan keamanan laut merupakan tugas pokok TNI-AL dan POLRI
1553.57 1035.71
310.72 00.00
00.00 Partisipasi masyarakat dalam pertahanan
dan keamanan 1657.14
1035.71 27.15
00.00 00.00
Hubungan kekerabatan 1657.14
1035.71 27.15
00.00 00.00
Selanjutnya sekitar 85.71 responden menyatakan bahwa garis perbatasan yang telah
dibuat peraturan perundang-undangan oleh bangsa Indonesia diharapkan dapat didepositokan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB agar dapat memperoleh pengakuan internasional yang kuat.
Permasalahan batas negara atau tapal batas pada prinsipnya mengandung makna batas luasan suatu negarawilayah. Apabila ditelusuri secara mendalam batas wilayah Kabupaten Kepulauan
Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud dari titik astronomi yang menentukan sejumlah posisi geografis perlu dikaji kembali.
Hal ini mengandung berbagai kejanggalan dan tanda tanya tentang posisi geografis dimaksud.
Sejalan dengan itu sebanyak 25 responden 89.29 menyatakan persetujuannya apabila posisi geografis Kepulauan Nusa Utara dikaji kembali
dengan menggunakan berbagai bukti sejarah. Pengkajian ini sangat diperlukan karena
kepemilikan suatu kedaulatan memberikan implikasi kepada kemerdekaan 100. Oleh karena itu persoalan perbatasan harus segera dilakukan dengan peningkatan rasa nasionalisme dengan
melakukan berbagai kegiatan termasuk peningkatan pendidikan.
Sebanyak 21 responden 75 menyatakan bahwa kebijakan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe harus memperhatikan kendala geografis. Dalam berbagai paparan, Anggoro
2005 menyatakan, betapa geopolitik Indonesia lebih dulu harus meretas belenggu geografis sebelum pada akhirnya dapat menjadi pijakan kewilayahan yang dapat menampilkan dirinya
dalam rumusan geostrategis yang koheren. Oleh karena untuk membangun kawasan perbatasan di Kepulauan Sangihe orientasi lokasional perlu dipertimbangkan, karena pilihannya hanyalah
berorientasi kepada minimalisasi biaya transpor. Namun Sarundajang 2010 dalam disertasinya
menetapkan posisi geopolitik dari Sulawesi Utara, memposisikan Kepulauan Sangihe untuk melirik pasar secara inwardlooking atau menetapkan Kepulauan Nusa Utara dalam pusat
perdagangan lokal dalam membangun dan mengembangkan Sulawesi Utara menjadi titik pertumbuhan regional yang berfungsi sebagai hubungan Kawasan Timur Indonesia Gambar 22.
Gambar 22 Sulawesi Utara sebagai hubungan Kawasan Timur Indonesia Sarundajang 2010. Arah pasar komoditas yang dialirkan ke ManadoBitung sebagai pusat distribusi ke
pasaran regional atau internasional diduga akan menyebabkan biaya transportasi yang tinggi terutama produk dari P2K perbatasan.
Dalam kaitan dengan pasar non-tradisional dan aliran komoditas berasal dari Kepulauan Nusa Utara yang bukan berbatasan langsung dengan Filipina,
naskah ini dapat diterima sebagai bahan masukan, namun apabila produk dari P2K perbatasan harus melalui pusat pasar ManadoBitung, maka jelas akan terjadi cost of transportation yang
sangat tinggi, terlebih lagi pada saat harga BBM relatif tinggi sehingga daya saing komoditas akan menurun. Oleh karena seyogyanya dalam konteks geopolitik hubungan kekerabatan, dan
pasar bagi komoditas P2K perbatasan dapat secara langsung dipasarkan di General Santos.
P2K perbatasan di Kepulauan Sangihe memiliki nilai strategis ditinjau dari: 1 posisi geografis yang menentukan batas wilayah Indonesia dengan Filipina; 2 batas pernyataan
kedaulatan negara; dan 3 bagian terdepan dari pertahanan dan keamanan negara dengan negara tetangga. Oleh karena itu, lebih dari 85 responden sependapat bahwa peranan TNI-AL dan
POLRI masih sangat diharapkan untuk pertahanan dan keamanan. Namun sangatlah “ironis” menurut responden bahwa jumlah TNI-AL dan POLRI relatif sangat “minim” sehingga
pengamanan di beberapa pulau seperti Pulau Tinakareng masalah keamanan dibantu oleh TNI- AD.