Keuangan Jasa Perusahaan 0.95213 Monintja, dan Dedi Soedharma.

sektor industri pengolahan 0.753, sektor listrik, gas dan air bersih 0.891, sektor bangunan 0.496, sektor pengangkutan dan komunikasi 0.888, dan sektor keuangan dan jasa perusahaan 0.996. Sektor-sektor yang memiliki nilai LQ 1, secara berturut-turut adalah: sektor pertanian 1.514, sektor perdagangan, hotel dan restoran 1.155, dan sektor sektor jasa-jasa 1.016. Selanjutnya subsektorkomoditas yang memiliki nilai LQ 1 secara berturut-turut adalah: subsektor perkebunan 2.476, subsektor peternakan 1.343, subsektor perikanan 1.416, subsektor perdagangan besar dan eceran 1.336, subsektor bank 1.432 dan subsektor jasa pemerintahan 1.016. Dari hasil identifikasi, maka sektor basis di Kabupaten Kepulauan Sangihe yang dilihat dari LQ berdasarkan pendapatan adalah subsektor perkebunan, perikanan, peternakan, perdagangan, perbankan, dan subsektor jasa pemerintah. Sektor basis ini menghasilkan barang dan jasa selain mampu memenuhi kebutuhan permintaan pasar di dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe juga dapat diekspor ke luar wilayah, baik melalui perdagangan antarpulau maupun perdagangan antarwilayah maupun perdagangan luar negeri. Hal yang menarik untuk dikaji adalah bahwa subsektor perikanan memiliki nilai LQ 1.416 lebih kecil dari subsektor perkebunan yang memiliki nilai LQ 2.476, sedangkan dari sisi luas wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki lebih dari 95 wilayahnya adalah laut, bahkan apabila ditambah dengan laut teritorial dan ZEE maka dapat dikatakan kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan akan mampu menjadi pendorong perekonomian wilayah ini. Hasil ini dapat dijelaskan bahwa secara statistik pengeluaran barang dan jasa dari subsektor perkebunan seperti kopra, pala, cengkih, dan fuli, tercatat di Dinas Perdagangan Kabupaten Kepulauan Sangihe bahkan di Badan Pusat Statistik BPS Kepulauan Sangihe. Hal ini disebabkan wilayah daratan terluas yang memiliki luas lahan dan produksi subsektor perkebunan memiliki pelabuhan Tahuna sebagai pelabuhan muat antarpulau atau antarwilayah. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa kegiatan illegal, unreported and unregulated IUU fishing cukup tinggi dilakukan di wilayah teritorial dan ZEE. Kegiatan illegal fishing yang dilakukan oleh nelayan asing Filipina dan juga sebagian nelayan Kepulauan Sangihe, dan kegiatan unreported fishing, sering menggunakan atau memanfaatkan illegal trade sebagai wilayah pasar bahkan sampai pada tahap kegiatan penyelundupan. Oleh karena itu kegiatan penangkapan dan penjualan ikan senantiasa tidak “terpantau” dengan seksama apalagi tercatat dalam statistik perikanan. Oleh karena itu kegiatan subsektor perikanan sangat dimungkinkan terjadi “kebocoran wilayah” di Kabupaten Kepulauan Sangihe.

5.2.2 Perhitungan faktor pengganda

Perhitungan faktor pengganda dilakukan dengan menggunakan data dengan asumsi bahwa wilayah melakukan ekspor pada nilai LQ 1, maka kegiatan yang dapat melakukan ekspor dapat dihitung dengan formula 3.4. Perhitungan untuk LQ-1LQ disajikan dalam Lampiran 6, dan hasil perhitungan ekspor produk lokal disajikan dalam Tabel 16. Dari Tabel 16 dapat dikertahui bahwa subsektor perkebunan memperoleh nilai sebesar Rp. 70.49 miliar dari kegiatan ekspor, peternakan memperoleh Rp. 4.39 miliar, perikanan memperoleh nilai sebesar Rp. 11.79 miliar, subsektor perdagangan memperoleh nilai Rp. 25.86 miliar, jasa perbankan memperoleh nilai sebesar Rp. 9.19 miliar, dan pemerintah memperoleh imbalan jasa sebesar Rp. 11.94 miliar dengan total nilai ekspor produk lokal sebesar Rp. 133.69 miliar. Dari hasil tersebut terlihat bahwa subsektor perkebunan memberikan saham terbesar dari penerimaan ekspor, menyusul subsektor perdagangan, subsektor jasa pemerintah, perikanan, jasa perbankan dan subsektor peternakan. Hal ini dapat dikatakan bahwa walaupun suatu sektorsubsektor memiliki nilai keunggulan lokasi dan potensi ekspor yang cukup tinggi, namun nilai produk ekspornya tergantung pada volume produksi ekspor tersebut. Tabel 16 Hasil perhitungan nilai ekspor ke luar wilayah LQ-1LQEil untuk Kabupaten Kepulauan Sangihe Jutaan rupiah Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1. Pertanian 60 509.44 64 647.87 66 840.41 69 305.70 75 326.54 0.00 a. Tabama -18 242.57 -18 532.14 -16 719.41 -19 125.13 -17 358.49 0.00 b. Perkebunan 64 314.46 68 422.46 69 828.47 73 299.95 76 612.79 70 495.63 c. Peternakan 5 233.70 5 103.96 4 184.10 3 908.20 3 544.59 4 394.91 d. Kehutanan -1 377.25 -1 383.44 -1 406.11 -1 325.33 -1 293.20 0.00 e Perikanan 10 581.05 11 037.13 10 953.36 12 548.01 13 820.84 11 788.08 2. Pertambangan dan Penggalian -10 712.78 -11 089.52 -12 078.27 -12 392.14 -11 955.70 0.00 a. Pertambangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 b. Penggalian -2 672.55 -2 422.27 -2 858.64 -2 879.59 -1 967.91 0.00

3. I ndustri Pengolahan -8 536.55

-10 518.85 -12 675.33 -13 913.36 -15 858.54 0.00

4. Listrik, Gas dan Air -387.27

-348.22 -209.55 -646.39 -1 107.54 0.00 a. Listrik -16.88 11.85 143.32 -236.05 -678.38 0.00 b. Air Bersih -371.39 -360.07 -352.86 -410.33 -429.16 0.00

5. Bangunan -47 328.39

-47 843.09 -50 528.90 -54 015.99 -53 314.35 0.00

6. Perdagangan, Hotel Restoran 15 408.40

15 119.08 15 138.36 14 258.15 13 102.48 0.00 a. Perdagangan besar eceran 23 854.08 25 058.90 25 381.94 26 640.63 28 390.56 25 865.22 b. Hotel -5 552.09 -6 842.03 -7 044.44 -9 023.67 -11 403.31 0.00 c. Restoran -2 892.60 -3 097.89 -3 199.23 -3 358.77 -3 884.82 0.00

7. Pengangkutan Komunikasi -8 029.44

-8 028.88 -6 806.59 -7 033.28 -12 473.63 0.00 a. Angkutan -3 215.99 -2 526.82 -1 160.29 -460.30 -4 828.84 0.00 b. Komunikasi -4 814.46 -5 502.06 -5 646.29 -6 572.98 -7 644.79 0.00 8. Keuangan Jasa Perusahaan -1 748.50 -1 933.10 -280.88 1 481.30 2 470.17 0.00 a. Bank 6 401.79 6 789.69 8 959.58 10 954.37 12 853.68 9 191.82 b. Lembaga keuangan non bank -1 600.46 -1 674.01 -1 778.82 -1 855.69 -2 117.28 0.00 c. Sewa rumah -2 253.67 -2 417.01 -2 513.16 -2 334.31 -2 509.89 0.00 d. Jasa perusahaan -4 305.16 -4 631.78 -4 948.47 -5 283.11 -5 756.39 0.00 9 Jasa-jasa 825.10 -5.30 600.75 2 956.00 3 810.58 0.00 a. Pemerintahan 10 753.91 10,467.20 10 996.31 13 092.54 14 458.76 11 953.75 b. Swasta -9 928.81 -10,472.54 -10 395.56 -10 136.54 -10 648.18 0.00 PDRB 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 133 689.41 Seperti pada metode ekonomi basis, analisis pengganda diperlukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dengan adanya input sektor basis. Dalam hal ini sektor basis adalah sektor yang berpotensi melakukan ekspor, atau sektor yang memiliki LQ 1. Selanjutnya nilai pengganda ekonomi dapat dengan cara sebagai berikut: 1 menghitung nilai PDRB subsektor yang memiliki nilai LQ 1; 2 menjumlahkan nilai PDRB yang menghasilkan ekspor; dan 3 nilai pengganda dihitung dari jumlah nilai PDRB dibagi dengan jumlah total PDRB. Dalam kasus tersebut di atas diperoleh jumlah nilai PDRB yang menghasilkan ekspor sebesar Rp. 133.69 miliar, sedangkan rata-rata nilai PDRB selama empat tahun Rp. 630.32 miliar, dengan demikian faktor pengganda adalah 630.32133.69 = 4.881. Dari nilai faktor pengganda tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap peningkatan satu unit permintaan output dari subsektor ekspor, dapat menghasilkan pengaruh terhadap PDRB total sebesar 4.9 kali lipat, dalam kurun waktu empat tahun atau 1.3 kali setiap tahunnya.

5.2.3 Analisis

shift share . Model shift-share diterapkan untuk menganalisis komponen-komponen yang menentukan terjadinya pertumbuhan perekonomian lokal untuk satu periode tertentu. Pengetahuan atas komponen-komponen tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan proyeksi pertumbuhan perekonomian lokal mendatang. Dua komponen yang dianalisis adalah komponen share dan komponen shift. Komponen share merupakan komponen kontribusi dari pertumbuhan perekonomian wilayah acuan secara keseluruhan, sedangkan komponen shift merupakan simpangan atau pergeseran terhadap komponen share tersebut. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data PDRB-ADHK Harga Konstan tahun 2000 tahun 2005 dan tahun 2009 baik untuk Provinsi Sulawesi Utara maupun untuk Kepulauan Sangihe, sebagaimana disajikan dalam Tabel 17.