Monintja, dan Dedi Soedharma.

RINGKASAN Achmad Nasir Biasane. Kebijakan Pengelolaan Pulau Pulau Kecil Perbatasan Berbasis Geopolitik, Daya Dukung Ekonomi, dan Lingkungan Kasus Pulau Pulau Kecil Perbatasan Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara, dibawah bimbingan Akhmad Fauzi, Daniel

R. Monintja, dan Dedi Soedharma.

Keputusan Mahkamah Internasional yang menetapkan P. Sipadan dan Ligitan adalah bagian kedaulatan Negara Malaysia, dengan salah satu pertimbangannya adalah penguasaan terus menerus, telah memberikan kesadaran pentingnya memberi perhatian secara khusus terhadap pulau-pulau kecil perbatasan. Kebijakan dan program pengelolaan sampai saat ini masih bersifat parsial dan sektoral akibatnya belum ada kebijakan nasional untuk dijadikan payung bersama dalam pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan merumuskan alternatif kebijakan dan program pengelolaan pulau- pulau kecil perbatasan Kepulauan Sangihe berbasis geopolitik, daya dukung ekonomi, dan lingkungan. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1 mengevaluasi dan menganalisis kinerja ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe; 2 mengevaluasi dan menganalisis komoditas unggulan; 3 mengevaluasi dan menganalisis daya dukung ekonomi dan lingkungan; 4 mengevaluasi dan menganalisis kondisi dan perkembangan serta aspirasi masyarakat pP2K perbatasan Kepulauan Sangihe; dan 5 menganalisis peubah yang berpengaruh terhadap perdagangan illegal. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan pengumpulan data primer dilakukan di Tahuna, P. Marore, P. Matutuang, P. Tinakareng, P. Kawaluso, dan P. Kawio. Pengumpulan data sekunder dilakukan sejak penyusunan proposal sampai pengolahan data. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode: 1 location quotient; 2 shift share; 3 analisis keragaan perikanan tangkap dengan menggunakan parameter biologi, CYP 1992 model estimasi, fungsi pertumbuhan Gompertz, dan MAPLE 4 rezim pengelolaan sumber daya perikanan; dan 5 analisis perdagangan illegal dengan menggunakan regresi logit, serta 6 analisis wacana dan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan komoditas yang potensial untuk dikembangkan untuk Kepulauan Sangihe adalah perikanan tangkap dan tanaman perkebunan. Penelitian ini selanjutnya memprioritaskan pambahasannya pada sektor perikanan pelagis kecil dan ikan pelagis besar. Rata-rata produksi lestari ikan pelagis kecil selama 20 tahun 1988-2007 pengamatan adalah 3214.45 tontahun, dan ikan pelagis besar sebesar 991.93 tontahun. Produktivitas ikan pelagis kecil 0.431 tontrip dan pelagis besar 0.483 tontrip. Depresiasi pada discount rate 15 untuk pelagis kecil sebesar Rp. 156.38 miliar sehingga rente yang diterima hanya Rp.118.59 miliar, dan pada discount rate 4.94 rente yang diterima hanya Rp. 360.09 miliar dari Rp. 834.94 miliar yang seharusnya diterima, karena terdepresiasi Rp. 474.86 miliar. Depresiasi pada discount rate 15 untuk pelagis besar sebesar Rp. 98.29 miliar sehingga rente yang diterima hanya Rp.97.13 miliar, dan pada discount rate 4.94 rente yang diterima hanya Rp.294.93 miliar dari Rp. 579.01 miliar yang seharusnya diterima, karena terdepresiasi Rp. 284.08 miliar. Untuk tetap optimal dan lestari pengelolaan ikan pelagis kecil harus dikelola pada effort 5342 triptahun dan ikan pelagis besar sekitar 1193 triptahun pada discount rate 15. Selain itu input level dalam pengelolaan ikan pelagis kecil harus diturunkan sebesar 45 dan untuk pelagis besar sekitar 91 dari level input yang ada saat ini. Umur responden, tanggungan keluarga, pendidikan, disparitas harga ikan tuna dan perbedaan harga minyak kelapa mendorong masyarakat melakukan kegiatan perdagangan illegal dengan masyarakat Filipina bagian selatan. Kecenderungan permintaan masyarakat dalam meningkatkan jumlah nilai perdagangan di kawasan perbatasan yang diperbolehkan dari US 250 yang berlaku sejak tahun 1975, ketingkat secara FGD senilai US 15,000 merupakan suatu keinginan yang perlu dipertimbangkan. Implikasi dari kebijakan ini adalah nelayan “musiman” yang memiliki profesi sebagai pedagangan akan memanfaatkan peningkatan ini secara sosial dan ekonomi oleh karena itu tekanan terhadap penangkapan ikan secara illegal akan berkurang karena memiliki kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang lain. Sejalan dengan itu perwujudan pengawasan terhadap sumber daya ikan oleh nelayan Kepulauan Sangihe akan terwujud karena memiliki pasar yang tetap yaitu General Santos untuk wilayah Kecamatan Marore, Kecamatan Nusa Tabukan, dan Kecamatan Tabukan Utara. Berkaitan dengan itu, pemenuhan kebutuhan komoditas lainnya akan mengalir dengan daya tarik pasar tersebut akibat adanya disparitas harga yang cukup tinggi antara wilayah BitungManado dengan Kepulauan Mindanao, Filipina. Oleh karena itu penelitian memberikan masukan tentang kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil perbatasan dengan lima pokok kebijakan yaitu: 1 pengembangan perikanan tangkap dan tanaman perkebunan, 2 demarkasi dan delimitasi batas negara; 3 pengembangan sistem pertahanan dan keamanan; 4 perubahan perjanjian perdagangan lintas batas pada nilai ekonomi; dan 5 pengelolaan sumber daya alam secara lestari dan optimal. Kata kunci : Pulau-pulau kecil perbatasan Kepulauan Sangihe, shift share, LQ, CYP 1992, EViews, MAPLE, Logit, ikan pelagis, dan perkebunan. Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya KEBIJAKAN PENGELOLAAN PULAU KECIL PERBATASAN BERBASIS GEOPOLITIK, DAYA DUKUNG EKONOMI DAN LINGKUNGAN Kasus: Pulau Pulau Kecil Perbatasan Kabupaten Kepulauan Sangihe Oleh: ACHMAD NASIR BIASANE

P. 062034291