Identifikasi dan Perumusan Masalah

dikategorikan sebagai penyelundupan. Perdagangan wilayah perbatasan border trade area, BTA, meskipun secara retoris diberikan kesempatan, namun dibebani berbagai pembatasan, baik volume dan nilai barang yang didagangkan serta batas arealnya. Kecenderungan orientasi Nusa Utara ke daratan Sulawesi yang dirintis oleh Padtbrugge, kemudian dikukuhkan dengan isu Nusa Utara sebagai perpanjangan daratan Manado landstreek van Manado Henley 1996. Pengukuhan isu ini berinteraksi dengan kondisi alam Nusa Utara sehingga membawa implikasi terhadap keberadaan Nusa Utara sampai saat ini, yaitu: 1 ciri kepulauan yang terbuka selama berabad-abad dilakoni, akhirnya ditinggalkan dan dipatok sebagai daerah perbatasan border region; 2 laut sebagai lalu lintas perniagaan atau lintas ekonomi dieliminasi dengan menerapkan kebijakan pembangunan bercirikan daratan continental oriented; 3 gerak ekonomi berbentuk “kipas” diarahkan kendalinya ke satu sentrum sehingga menempatkan Nusa Utara sebagai kawasan periphery; 4 keunggulan sebagai kawasan yang dapat memanfaatkan kekuatan luar outsourcing power dan lintasan ekonomi dari berbagai penjuru disurutkan ke titik nadir; dan 5 kekuatan ekonomi bahari maritime economic atau archipelagic economic sebelum kedatangan “Barat” disirnakan dengan continental oriented; serta 6 SDI yang menjadi daya dorong prime mover ekonomi Nusa Utara faktanya dicuri resources squeezing oleh nelayan asing. P2K perbatasan Kepulauan Sangihe, selama ini kurang memperoleh sentuhan pembangunan, disebabkan beberapa alasan, yaitu: 1 kebanyakan P2K perbatasan tidak berpenghuni karena ukuran relatif kecil; kalaupun berpenghuni, jumlah penduduknya sangat sedikit sehingga tidak menjadi prioritas utama; 2 kawasan ini cenderung terisolasi sehingga diperlukan investasi yang besar high cost investment untuk membangun prasarana dan perhubungan laut; 3 kurangnya kepastian perlindungan hak dan kepastian berusaha; 4 pembangunan nasional selama ini lebih berorientasi ke darat; 5 rendahnya tingkat pendidikan masyarakat setempat; 6 kurang minatnya dunia usaha berinvestasi; 7 pilihan pengelolaan ekonomi menjadi terbatas karena ukuran luas P2K dan lokasi yang jauh remote serta terbelakang; dan 8 kecilnya skala ekonomi dalam hal aktivitas produksi, transportasi, konsumsi dan administrasi. Atas dasar kepentingan mendesak untuk melihat sejauh mana posisi geografis dan potensi SDA di P2K perbatasan Kepulauan Sangihe dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat, maka dirumuskan pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1 Bagaimana kinerja ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe? 2 Komoditas apa yang dapat menjadi unggulan untuk dapat dikembangkan di Kepulauan Sangihe? 3 Bagaimana kondisi daya dukung ekonomi dan lingkungan yang dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan P2K perbatasan Kepulauan Sangihe? 4 Bagaimana kondisi wilayah perbatasan saat ini serta bagaimana aspirasi Kabupaten Kepulauan Sangihe ? ; dan 5 Variaberl apa saja yang mendorong terjadinya perdagangan illegal di perbatasan Kabupaten Kepulauan Sangihe?.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan merumuskan alternatif kebijakan dan program pengelolaan P2K perbatasan Kepulauan Sangihe berbasis geopolitik, daya dukung ekonomi dan lingkungan. Secara khusus, penelitian ini bertujuan: 1 Mengevaluasi dan menganalisis kinerja ekonomi Kabupaten Kepulauan Sangihe; 2 Mengevaluasi dan menganalisis komoditas unggulan Kepulauan Sangihe; 3 Mengevaluasi dan menganalisis daya dukung ekonomi dan lingkungan SDA di Kabupaten Kepulauan Sangihe; 4 Mengevaluasi dan menganalisis kondisi dan perkembangan wilayah perbatasan saat ini serta aspirasi masyarakat P2K perbatasan Kepulauan Sangihe; dan 5 Menganalisis variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kegiatan perdagangan illegal di perbatasan Kepulauan Sangihe. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, terutama: pemerintah, masyarakat dan dunia pendidikan. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam pengambilan keputusan, agar pembangunan kawasan perbatasan Kabupaten Kepulauan Sangihe memperoleh porsi yang setara dan seimbang antara pendekatan geopolitik terutama pendekatan keamanan security, ekonomi dan lingkungan. Bagi masyarakat, dapat dijadikan bahan informasi untuk pengembangan dunia usaha dalam rangka peningkatan kesejahteraan. Sedangkan untuk dunia akademik, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam pengelolaan P2K perbatasan Kepulauan Sangihe yang berbasis geopolitik, daya dukung ekonomi dan daya dukung lingkungan.

1.4 Kerangka Pendekatan Masalah

Kepulauan Sangihe mempunyai peran strategis mengingat secara geografis letaknya berbatasan dengan negara Filipina, yang berpeluang terjadinya ancaman serta gangguan terhadap SDA dan kedaulatan negara. Kondisi ini diperparah dengan sentuhan pembangunan yang relatif rendah sebagai akibat paradigma pengelolaan lebih berorientasi kepada pendekatan keamanan security approach. Kerangka pendekatan masalah penelitian tentang kebijakan pengelolaan P2K perbatasan Kepulauan Sangihe yang berbasis geopolitik, daya dukung ekonomi dan lingkungan disajikan pada Gambar 1. Selain penekanan pengelolaan yang lebih kepada security juga paradigma yang berhaluan daratan mampu menggeser posisi Negara Kepulauan archipelagic state sebagai bagian dari paradigma pembangunan nasional khususnya wilayah dengan luas laut yang dominan matra laut. Interaksi paradigma pembangunan dengan karakteristik P2K di Kepulauan Sangihe isolation, smallness, dan vulnerability berakibat menjadi “pembatasan dan terbatasnya” ruang untuk economic activity sehingga terjadi proses