Daya Dukung dalam Pengelolaan P2K Perbatasan
dibuat kebijakan ekonomi yang tidak hanya berorientasi pada tingkat pertumbuhan semata, melainkan juga tetap berpihak pada lingkungan.
Fauzi 2004, salah satu masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi adalah bagaimana menghadapi trade off antara pemenuhan kebutuhan pembangunan dan upaya
mempertahankan kelestarian lingkungan. Pembangunan ekonomi yang berbasis SDA yang tidak memperhatikan aspek lingkungan pada akhirnya akan berdampak negatif pada lingkungan,
karena SDA dan lingkungan memiliki kapasitas yang terbatas. Menurut Fauzi 2005, kerusakan lingkungan secara umum dipicu oleh dua faktor utama yang dominan yaitu kebutuhan ekonomi
economic driven dan kegagalan kebijakan policy failure driven. Daya dukung dalam pengelolaan P2K dapat dilihat dari beberapa tingkatan, yaitu daya
dukung ekologis, daya dukung fisik, daya dukung sosial, dan daya dukung ekonomi. Daya
dukung ekologis adalah tingkat maksimum jumlah dan volume pemanfaatan suatu sumber daya atau ekosistem yang dapat diakomodasi oleh suatu kawasan atau zona sebelum terjadinya
penurunan kualitas ekologis. Secara fisik, daya dukung adalah jumlah maksimum pemanfaatan suatu sumber daya atau ekosistem yang dapat diabsorpsi oleh suatu kawasan atau zona tanpa
menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas fisik. Daya dukung sosial adalah tingkat
kenyamanan apresiasi pengguna suatu sumber daya atau ekosistem terhadap suatu kawasan atau zona akibat adanya pengguna lain dalam waktu bersamaan. Daya dukung ekonomi adalah tingkat
skala usaha dalam pemanfaatan suatu sumber daya yang memberikan keuntungan maksimum secara bersinambungan Dahuri 2003a.
Daya dukung suatu ekosistem alam seperti wilayah pesisir dan lautan dapat dilihat dari empat fungsinya, yaitu: 1 penyedia SDA; 2 penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan life
supporting systems; 3 penyedia jasa-jasa kenyamanan amenity services; dan 4 penyerap limbah waste receplace Ortolano 1984. Menurut Dahuri, et al 1996 secara ekologis terdapat
empat syarat agar pembangunan di wilayah pesisir dan lautan dapat berlangsung secara berkelanjutan, yaitu: 1 menempatkan setiap kegiatan pembangunan pada lokasi yang secara
ekologis sesuai suitable dengan kegiatan pembangunan tersebut; 2 pemanfaatan SDA tidak melebihi potensi lestari renewable capacity; 3 pembuangan limbah tidak melebihi kapasitas
asimilasi ekosistem pesisir dan lautan; dan 4 kegiatan rancang bangun konstruksi dan modifikasi bentang alam landscape harus sesuai dengan karakteristik dan dinamika alamiah
pesisir dan lautan.