Perkembangan Wilayah dan Model Ekonomi Basis

mengakibatkan timbulnya kepincangan pembangunan dan tertinggalnya daerah tersebut dibandingkan dengan wilayah lain Safrizal 1997 Pertumbuhan berbasis ekspor didasarkan pada pemikiran bahwa suatu wilayah harus meningkatkan arus atau aliran langsung keluar wilayah agar bisa tumbuh secara efektif. Pasar ekspor merupakan penggerak utama atau sebagai mesin pertumbuhan ekonomi wilayah engine of region economic growth Tiebout 1962. Teori pertumbuhan berbasis ekspor memisahkan kegiatan ekonomi dalam dua sektor terpisah. Sektor ekspor adalah seluruh aktivitas ekonomi yang terutama ditujukan untuk memenuhi permintaan ekspor, yang dikenal dengan sektor dasar basic sector, dan lainnya adalah sektor lokal local sector, yaitu aktivitas produksi dan jasa yang ditujukan untuk melayani permintaan masyarakat lokal Budhiharsono 2005; Ghalib 2005; Glasson 1974; Safrizal 2008; Tiebout 1962. Inti dari model ekonomi basis economic basis model adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut Budhiharsono 2005; Safrizal 2008. Beberapa alat ukur secara kuantitatif yang digunakan dalam menganalisis potensi daerah sebagai komoditas ekspor atau sebagai ekonomi basis, meliputi: 1 model location quotients LQ; 2 concentration index CI; 3 specialization index SI; dan4 model shift share Alkadri dan Djajadiningrat 2002; Budhiharsono 2005; Ghalib 2005; Safrizal 2008. Menurut Bendavid 1991, LQ adalah suatu index untuk mengukur tingkat spesialisasi relatif suatu sektor atau sub sektor ekonomi suatu wilayah tertentu. LQ dapat dinyatakan dalam beragam ukuran terminology namun yang sering digunakan adalah ukuran tenaga kerja sector and sub sector employment dan ukuran nilai tambah produk sector and sub sector value added. Formula yang digunakan dan yang menggambarkan indeks konsentrasi untuk terminologi kesempatan kerja adalah sebagai berikut: 2.23 di mana: LQ = Location Quotients; = total angkatan kerja sektor i wilayah R; = total angkatan kerja wilayah R; = total angkatan kerja sektor i wilayah N; = total angkatan kerja wilayah N. Sedangkan formula yang menggambarkan definisi indeks konsentrasi untuk terminologi nilai tambah produksi sebagai berikut: 2.24 di mana: LQ = Location Quotients; = total nilai tambah produksi sektor i wilayah R; = total nilai tambah produksi wilayah R; = total nilai tambah produksi sektor i wilayah N; = total nilai tambah produksi wilayah N. Ketentuan yang berlaku adalah jika LQ 1 maka sektor tersebut realtif di atas representasinya over represented di daerah studi tersebut. Jika LQ = 1, maka sektor tersebut relatif proporsional proportional, dan jika nilai LQ 1 maka sektor tersebut relatif di bawah proporsional under proportional. Peningkatan ekspor terjadi disebabkan suatu daerah yang bersangkutan memiliki keuntungan komparatif comparative advantage yang cukup besar untuk beberapa sektor tertentu, namun pengukuran besarnya keuntungan komparatif tidak dapat dilakukan dengan persamaan regresi Safrizal 2008. Oleh karena itu analisis untuk model basis ekspor perlu dilengkapi dengan metode lain yang lazim disebut dengan shift share analysis. Shift share merupakan salah satu analisis yang cukup penting dalam studi perencanaan wilayah, yang pendekatannya menggabungkan dua hal pokok yakni unsur spasial dan unsur sektoral yang diterapkan dalam kerangka dimensi waktu. Perbedaannya dengan model pertumbuhan makro ekonomi umumnya, pendekatan shift share cenderung melakukan disagregasi ekonomi sektoral dengan menganalisis peranan masing-masing sektor terhadap perekonomian lokal. Konsep dasar yang melatarbelakangi hal ini adalah bahwa terdapat daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya, maka analisis yang dilakukan harus menguraikan peranan masing-masing unsur baik sektoral maupun unsur spasial Setiono 2010. Pertumbuhan ekonomi lokal diasumsikan dapat didekomposisikan menjadi dua komponen utama yaitu komponen share dan komponen shift. Komponen share merupakan komponen kontribusi dari pertumbuhan perekonomian wilayah acuan secara keseluruhan, sedangkan komponen shift merupakan simpangan atau pergeseran terhadap komponen share tersebut Gambar 2. Kontribusi ekonomi wilayah faktor share Pertumbuhan Pergeseran Proporsional Proportionality shift sektor ekonomi wilayah kontribusi faktor eksternal terhadap ekonomi lokal Pergeseran diferensial Kontribusi dari pergeseran ekonomi sektoral dan lokal faktor shift Ekonomi Lokal Kabupaten Kepulauan Sangihe differential shift sektoral ekonomi lokal kontribusi faktor internal terhadap ekonomi lokal Gambar 2. Diagram konsep dari model perhitungan shift-share Terjadinya komponen shift disebabkan oleh dua hal, yakni: 1 simpangan antara pertumbuhan sektoral wilayah acuan dengan pertumbuhan total wilayah acuan; dan 2 simpangan antara pertumbuhan sektor lokal dengan pertumbuhan sektor wilayah acuan. Komponen shift yang pertama merupakan pengaruh kontribusi dari pertumbuhan sektor eksternal terhadap ekonomi lokal, sedangkan komponen shift yang kedua merupakan pengaruh kontribusi dari pertumbuhan sektor internal. Komponen shift pertama sering juga disebut dengan proportional shift atau kadang-kadang disebut sebagai komponen industri campuran industrial mix, sedangkan komponen shift yang kedua sering disebut sebagai differential shift. Model shift-share diterapkan untuk menganalisis komponen-komponen yang menentukan terjadinya pertumbuhan perekonomian lokal untuk satu periode tertentu. Pengetahuan atas komponen-komponen tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan proyeksi pertumbuhan perekonomian lokal mendatang. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data PDRB-ADHK harga konstan tahun 2000 tahun 2005 dan tahun 2009 baik untuk Provinsi Sulawesi Utara maupun untuk Kepulauan Sangihe. Penggunaan data PDRB tahun 2005 dan tahun 2009 di atas dapat dirumuskan model aljabar analisis shift share sebagai berikut: 2.25 Dimana = differential shift Dengan: ∆E05-09i = Tingkat pertumbuhan PDRB sektor i di perekonomian Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2005 sampai tahun 2009. Ref09 = Jumlah PDRB di perekonomian Sulawesi Utara tahun 2009 Ref05 = Jumlah PDRB di perekonomian Sulawesi Utara tahun 2005 E09i = Jumlah PDRB di sektor i perekonomian Sulawesi Utara tahun 2009 E05i = Jumlah PDRB di sektor i perekonomian Sulawesi Utara tahun 2005 Lok09i = Jumlah PDRB di sektor i perkonomian Kepulauan Sangihe tahun 2009 Lok05i = Jumlah PDRB di sektor i perkonomian Kepulauan Sangihe tahun 2005

2.9 Model Analisis Regresi dengan Variabel Kategorik

Penelitian terapan kuantitatif seperti mencari model hubungan, mencari bentuk kecenderungan, meramalkan, analisis inferensi, dan pengambilan keputusan perancangan percobaan, secara keseluruhan sangat tergantung kepada statistika sebagai alat untuk proses analisisnya. Diantara bentuk-bentuk tersebut diatas, analisis regresi menjadi salah satu yang paling banyak aplikasinya. Analisis regresi memberikan keleluasaan kepada peneliti untuk menyusun model hubungan atau pengaruh beberapa peubah bebas atau variabel bebas independent variable terhadap peubah terikat atau variabel terikat dependent variable, bahkan digunakan untuk meramal kondisi berikutnya Suhardjo 2008. Regresi memiliki bentuk bermacam-macam, antara lain: a regresi linear sederhana maupun regresi linear berganda digunakan untuk mencari model hubungan linear antara peubah- peubah bebas dengan peubah terikat sepanjang tipe datanya adalah interval atau rasio; b regresi dummy memfasilitasi apabila ada salah satu atau lebih peubah bebas yang bertipe nominal atau ordinal; c regresi data panel memberikan keleluasaan kepada peneliti apabila data yang diregresikan merupakan data cross section maupun data runtun waktu; dan d regresi logistik membantu peneliti untuk meregresikan peubah terikat yang betipe nominal biner maupun nominal atau ordinal non-linear sehingga dapat dicarikan peluang untuk terjadi atau tidak terjadinya suatu kejadian. Banyak topik penelitian yang menuntut peubah tidak bebas berupa pilihan nominal seperti tidak terjadi atau terjadi, memilih atau tidak memilih, sukses atau gagal. Regresi dengan peubah tidak bebas berupa nilai dummy 1 atau 0. Misalnya suatu bank akan meneliti apakah pembayaran dari nasabah baik atau tidak baik. Peubah Y = 1 jika tidak menunggak dan Y = 0, jika menunggak. Jika peubah bebas hanya satu peubah X saja, maka model digunakan adalah fungsi logistik: 2.26 Fungsi ini kemudian disederhanakan, dengan Hasilnya adalah model sebagai berikut: 2.27 Sehingga kalau dilakukan transformasi logaritmik hasilnya adalah: 2.28 Ini disebut fungsi logistik dan tampak sangat jelas berbentuk linear, sehingga persamaan di atas juga dapat diselesaikan secara regresi linear sebagaimana sebelumnya.