Kondisi geografis Profil Kawasan Perbatasan Kepulauan Sangihe

Tahuna membutuhkan waktu 9 jam, Pulau Matutuang ke Tahuna memerlukan waktu relatif sama dengan ke Filipina. Sarana transportasi yang digunakan adalah transportasi laut dengan menggunakan pamboat, fuso, dan jukung sangat tergantung gelombang laut. Pulau Marore merupakan pulau kecil yang memiliki luas kurang lebih 214.49 Ha dan ditetapkan sebagai wilayah khusus di perbatasan antara Indonesia dengan Filipina yang dikenal sebagai wilayah check point border crossing area BCA, sedangkan sebelah selatan Pulau Marore terdapat Pulau Matutuang dengan luas 0.24 km² atau 24 Ha, serta Pulau Kawaluso agak lebih luas dari pada kedua pulau tersebut di atas yaitu 4.95 km² dan Pulau Kawio dengan luas 0.9 km². Tabel 12 Posisi geografis P2K perbatasan Kabupaten Kepulauan Sangihe Sumber: Dishidros TNI-AL 2003 dan PP No. 382002

4.6.3 Topografi

Bentuk lahan di P2K perbatasan Kabupaten Kepulauan Sangihe pada umumnya terdiri dari perbukitan, rataan lumpur, dan terumbu paparan pelataran. Komposisi lahan terdiri dari hutan lahan kering, belukar, semak, lahan terbuka, dan terumbu karang. Sebagian besar daerah perbukitan digunakan sebagai areal perkebunan seperti tanaman kelapa, selebihnya tanaman liar, kecuali wilayahdaerah yang dihuni oleh penduduk. Karakteristik pantai sebagian besar berupa tebing yang terjalcuram, yang dikelilingi terumbu karang yang kondisinya relatif baik. Nama Pulau Posisi Geografis Batas Negara Perairan Lintang Utara Bujur Timur Pulau Kawio 4º39’51”-4º40’37” 125º25’38”-125º26’21” Filipina Laut Sulawesi Pulau Marore 4º42’49”-4º44’42” 125º28’16”-125º28’48” Filipina Laut Sulawesi Pulau Matutuang 4º25’54”-4º26’23” 125º41’15”-125º41’54” Filipina Laut Sulawesi Pulau Kawaluso 3º13’22”-3º14’15” 125º18’35”-125º19’57” Filipina Laut Sulawesi Kerusakan terumbu karang sebagian besar dipengaruhi oleh abrasi pantai disebabkan adanya angin, gelombang laut dan arus, dan didorong oleh kerusakan akibat jangkar serta perlakukan manusia dalam cara penangkapan ikan.

4.6.4 Oseanografi

Kondisi pantai P2K perbatasan berupa pantai berbatu karang. Kondisi ini dapat ditemui di Pulau Matutuang, Pulau Kawio, Pulau Marore dan Pulau Kemboleng. Di sebagian wilayah pantai dikelilingi terumbu karang dan dikelilingi substrat pasir di beberapa tempat. Pada saat pasang, karang di sekitar pantai tidak terlihat karena tertutup air laut, tetapi pada air surut permukaan karang akan terlihat menghampar. Di perairan P2K perbatasan dikenal dengan dua arah angin yang berpengaruh terhadap gelombang dan arus, yaitu angin utara dan angin selatan, terutama di Pulau Marore. Khusus di Pulau Matutuang, angin berpengaruh walaupun tidak terlalu besar pengaruhnya seperti di Pulau Matore dan Pulau Kawio serta Pulau Kemboleng. Menurut informasi masyarakat setempat, pada saat angin utara bertiup dari utara ke selatan, arah arus angin utara bertiup dari utara ke selatan, arah arus sebaliknya yaitu dari selatan menuju utara dan sebaliknya. Pola pasang yang terjadi adalah tipe semi diumal, yaitu dalam satu hari terjadi dua kali pasang naik dan pasang turun, dengan fluktuasi pasang sekitar 2 meter dan mencapai puncaknya pada saat bulan purnama. Gelombang laut pada saat angin utara lebih besar dibandingkan saat angin selatan

4.6.5 Iklim dan curah hujan

Keadaan cuaca di P2K perbatasan Kabupaten Kepulauan Sangihe sering tidak menentu dan sering berubah-ubah. Pada saat musim angin barat dan utara kecepatan angin mencapai rata- rata 40 miljam, laut bergelombang besar sehingga kapal-kapal di bawah 100 GT tidak dapat melintas di perairan ini.