Pembicaraan di atas dimulai dengan menggunakan BI pada K
4
. Kemudian, pembicaraan  juga  diikuti  dengan  menggunakan  BI,  seperti  tampak  pada  K
5
,  K
6
, K
7
, dan K
8
. Penggunaan BB muncul ketika pembicaraan sampai pada K
9
, K
10
, K
11
, dan K
12
. Peralihan kode dari BI ke BB terjadi saat kehadiran O
3
. Dalam hal ini O
3
memulai  pembicaraan  dengan  menggunakan  BB,  seperti  tampak  pada  K
9
,  Tiang pamit, nggih
? „Saya permisi ya?‟ Akhirnya, O
1
pun terpengaruh oleh bahasa yang digunakan  O
3
,  yaitu  BB.  Dengan  demikian,  terjadilah  alih  kode  dari  BI  ke  BB. Alih kode tersebut dilakukan oleh O
1
. Berhubung  dilakukan  setelah  kehadiran  O
3
,  tuturan  dalam  alih  kode  itu dapat  dikatakan  memiliki  makna  sosial.  Maksudnya,  peralihan  kode  yang
dilakukan  oleh  O
1
semata-mata  untuk  menghormati  hadirnya  O
3
.  Apalagi  O
3
memulai  pembicaraannya  dengan  menggunakan  BB.  Secara  tidak  langsung  O
1
pun beralih kode untuk mengimbangi bahasa yang digunakan oleh O
3
.
6.5.2  Alih kode yang bermakna metaforis
Tidak  menutup  kemungkinan  ketika  komunikasi  berlangsung,  individu menggunakan  bahasa  yang  bermakna  metaforis.  Metafora  adalah  penggunaan
bahasa bukan dalam arti yang sebenarnya. Alih kode yang bermakna metaforis ini dapat dilihat pada data berikut.
Data 8 02   :  4   Sing dini aman.
„Tidak di sini aman.‟ :  5   Kehidupan antarsuku dini baik.
„Kehidupan antarsuku di sini baik.‟
:  6  Yang penting iraga sing mengganggu penduduk asli dini. „Yang penting kita tidak mengganggu penduduk asli di sini.
:  7  Seperti pepatah, di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. :  8   Artinya, di mana pun kita berada harus bisa menyesuaikan diri.
Beberapa  tuturan  pada  data  8  menggunakan  BBC  dan  BI.  Penggunaan BBC  dapat  dilihat  pada  K
4
,  K
5
,  dan  K
6
,  sedangkan  penggunaan  BI  dapat  dilihat pada  K
7
dan  K
8
.  Penggunaan  BBC  dan  BI  pada  data  8  dipengaruhi  oleh  situasi takresmi peristiwa tutur yang bersangkutan.
Fenomena  alih  kode  terjadi  ketika  pembicaraan  sampai  pada  K
7
,  Seperti pepatah  di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Alih kode itu dilakukan
oleh  O
2
dari  BBC  pada  K
6
, Yang  penting  iraga sing  mengganggu  penduduk  asli dini
„Yang penting kita tidak mengganggu penduduk asli di sini,‟ ke BI pada K
7
. Alih  kode  itu  terjadi  karena  O
2
ingin  mengutip  sebuah  pepatah  dalam  bahasa Indonesia.
Alih  kode  yang  bermakna  metaforis  tampak  ketika  pembicaraan  sampai pada  K
7
,  Seperti  pepatah  di  mana  bumi  dipijak,  di  sana  langit  dijunjung. Berhubung  arti  ungkapan  itu  bukan  dalam  arti  yang  sebenarnya,  alih  kode  itu
dapat dikatakan memiliki makna metaforis. Contoh alih kode yang bermakna metaforis lainnya dapat dilihat pada data
berikut. Data 13
01  :  1 Kuda besik ne, Pak?
„Berapa satu ini, Pak?‟ 02  :  2
Sembilan belas, oh ne „Sembilan belas, oh ini‟
01  :  3 Kaset dangdut, dangdut.
02  :  4 Oh, dangdut… sembilan belas.
01  :  5 Sing dadi tawahin?
„Tidak boleh ditawar?‟ 02  :  6
Memang harga pas. 01  :  7
Baang kuang bedik, nah? „Berikan kurang sedikit, ya?‟
02  :  8 Sudah pas hargane, sing dadi kuang.
„Sudah pas harganya, tidak boleh kurang.‟ 01  :  9
Nyemak dua ne „Ngambil dua ini.‟
02  :  10  Nyemak dua? „Ngambil dua?‟
Beberapa  tuturan  pada  data  13  menggunakan  BB,  BBC,  dan  BI. Penggunaan  BB  dapat  dilihat  pada  K
1
,  K
5
,  K
7
,  K
9
,  dan  K
10
.  Penggunaan  BBC dapat  dilihat pada K
2
dan K
8
. Penggunaan  BI  dapat  dilihat pada  K
3
, K
4
, dan K
6
. Penggunaan  BB,  BBC,  dan  BI  pada  data  13  disebabkan  oleh  situasi  yang
memengaruhi peristiwa tutur itu, yaitu situasi takresmi. Dalam tuturan di atas terjadi alih kode dari BBC pada K
2
ke BI pada K
4
. Peralihan  kode  itu  dilakukan  oleh  O
2
untuk  mengikuti  penggunaan  BI  oleh  O
1
pada K
3
, Kaset dangdut, dangdut. Dengan kata lain, alih kode itu disebabkan oleh tuturan sebelumnya yang menggunakan BI pada K
3
. Makna  alih  kode  tampak  ketika  pembicaraan  sampai  pada  K
4
,  Oh, dangdut… sembilan belas. Tuturan pada K
4
pada hakikatnya bukan mengandung arti  sebenarnya,  melainkan  sebagai  ungkapan  sangat  singkat  yang  dilakukan  O
2
. Jadi, frasa sembilan belas pada K
4
bukan berarti sebagai penjumlahan bilangan sepuluh  dan  sembilan,  melainkan  sebagai  harga  sebuah  kaset  sebesar
Rp 19.000,00. Oleh karena itu, peralihan kode yang dilakukan oleh O
2
dari K
2
ke K
4
dapat dikatakan bermakna metaforis.
6.5.3  Alih kode yang bermakna merendahkan diri