Alih kode dalam situasi akrab

dalam peristiwa tutur tersebut adalah bahasa Bali, seperti tampak pada K 3 , K 5 , K 6 , K 7 , dan K 8 . Bahasa Bali yang digunakan pun tergolong BBL. Penggunaan bahasa Indonesia hanya terdapat pada K 1 dan K 4 . Selain itu, beberapa kalimat yang digunakan tidak lengkap, seperti K 2 , Ke sawah. Kalimat tersebut hanya memiliki satu fungsi, yaitu keterangan tempat. Demikian juga K 9 , Adapa terus „Dijual terus.‟ Kalimat 9 hanya memiliki satu fungsi, yaitu predikat. Bahkan, ada kalimat yang disingkat, seperti tampak pada K 8 , Tapi sing tawang ada utangne. „Tetapi tidak tahu ada hutangnya.‟. Bentuk tapi pada K 8 seharusnya diubah menjadi tetapi. Bentuk sing pada hakikatnya merupakan singkatan dari kata tusing „tidak‟. Namun, karena peristiwa tutur tersebut terjadi dalam situasi takresmi, penggunaan kalimat itu dibenarkan dalam sosiolinguistik. Dalam sosiolinguistik tidak ada tuturan yang benar atau salah. Semua tuturan selalu berkaitan dengan situasi tempat peristiwa tutur itu berlangsung. Alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K 3 , Ada bedik, ukuran 5 are. „Ada sedikit, ukuran 5 are.‟ Alih kode itu tergolong alih kode intrakalimat. Maksudnya, alih kode tersebut terjadi antarklausa dalam sebuah kalimat. Klausa pertama menggunakan BB, yaitu ada bedik „ada sedikit‟ dan klausa kedua menggunakan BI, yaitu ukuran 5 are .

6.2.3 Alih kode dalam situasi akrab

Makna sebuah tuturan dapat dilihat dari bahasa yang digunakan, situasitempat berlangsungnya peristiwa tutur, dan kedekatan partisipan. Makna yang demikian terdapat pada data berikut. Data 3 O 1 : 4 Yeh, saya kan minta sama adik, gimana ini? „Wah, saya kan minta pada adik, bagaimana ini?‟ O 2 : 5 Kenkenne, ada apa ne? „Bagaimana ini, ada apa?‟ O 1 : 6 Sing ja ada engken. „Tidak ada apa.‟ : 7 Cuma anu saja. : 8 Kebetulan anune „Kebetulan ada sesuatu ini.‟ O 2 : 9 Nyen ento? „Siapa itu?‟ O 1 : 10 Ada bos baru ini dari Palu. „Ada bos baru dari Palu‟ : 11 Kalau memang anu. „Kalau memang begitu.‟ : 12 Apang iraga pituru kenal. „Supaya kita saling kenal.‟ O 2 : 13 Sip, sip, oke „Ya, ya saya setuju‟ Kutipan beberapa tuturan pada data 3 menggunakan BBC, BB, BI, dan bahasa Inggris. Penggunaan BBC dapat dilihat pada K 4 , K 8 , dan K 12 . Penggunaan BB dapat dilihat pada K 5 , K 6 , dan K 9 . Penggunaan BI dapat dilihat pada pada K 7 , K 10 , dan bahasa Inggris dapat dilihat pada pada K 13 . Penggunaan keempat bahasa itu wajar karena situasinya takresmi. Peralihan kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K 13 , Sip, sip, oke „Ya, ya saya setuju.‟ Alih kode itu dilakukan oleh O 2 dari BB pada K 9 , Nyen ento? „Siapa itu?‟ ke bahasa Inggris pada K 13 , Sip, sip, oke „Ya, ya saya setuju.‟ Alih kode itu dilakukan oleh O 2 untuk menunjukkan keakraban mereka sebagai sahabat. Apalagi keduanya sama-sama berasal dari etnis Bali. Makna alih kode tampak ketika terjadi peralihan kode dari bahasa Bali ke bahasa Inggris. Dengan melihat bahasa yang digunakan pada K 13 , tampak sekali adanya kedekatan di antara mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tuturan yang terdapat pada K 13 bermakna akrab. Alih kode yang bermakna akrab lainnya dapat dilihat pada data berikut. Data 16 01 : 1 Jumei mokuya? Datang baapa? „Untuk apa datang kemari?‟ 02 : 2 Datang basiara. Datang pesiar. „Silaturahmi.‟ 01 : 3 Impia komi narata? „Kapan kamu datang?‟ 02 : 4 Tadi. 01 : 5 Mapia manjili? „Kapan pulang?‟ 02 : 6 Hari Minggu. 01 : 7 “Ri Palu riva komiu?” Di Palu di mana kamu? „Kamu di mananya di Palu?‟ 02 : 8 Jalan Thamrin. Beberapa tuturan pada data 16 menggunakan BK, BIBK, dan BI. Penggunaan bahasa Kaili dapat dilihat pada K 1 , K 3 , K 5 , dan K 7 . Penggunaan BIBK dapat dilihat pada K 2 , sedangkan penggunaan BI dapat dilihat pada K 4 , K 6 , dan K 8 . Jika diperhatikan secara saksama, sebagian besar bahasa Kaili digunakan oleh O 1 yang berasal dari etnis Bali, sedangkan O 2 yang berasal dari etnis Kaili- Bugis sebagian besar menggunakan BI. Hal ini tentu sangat mengejutkan. Hal ini disebabkan oleh hubungan di antara mereka yang sangat akrab. Alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K 4 , Tadi. Alih kode itu dilakukan oleh O 2 dari BKBI pada K 2 ke BI pada K 4 . Peralihan kode disebabkan oleh pengetahuan O 2 yang kurang menguasai bahasa Kaili. Walaupun demikian, tampak adanya keakraban di antara mereka ketika komunikasi berlangsung. Dengan melihat bahasa yang digunakan, baik oleh O 1 maupun O 2 , tampak sekali terjadinya keakraban di antara mereka. Penggunaan bahasa yang berbeda tidak mengurangi rasa keakraban yang ditunjukkan oleh O 1 dan O 2 . Dengan demikian, tuturan di atas, terutama tuturan pada alih kode, dapat dikatakan memiliki makna akrab.

6.3 Macam-macam Alih Kode dalam Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi