2.3.2 Teori pilihan bahasa
Pilihan bahasa merupakan aspek penting dalam sosiolinguistik. Oleh karena itu, teori pilihan bahasa terasa tepat dipergunakan dalam bidang
sosiolinguistik, terutama jika bahasan menyangkut penggunaan bahasa. Artinya, seseorang dalam masyarakat bilingualmultilingual harus memilih bahasa yang
mana harus digunakan ketika berbicara dengan orang lain. Selain itu dalam berbicara, pembicara selalu menyesuaikan ragam bahasa
dengan mitra wicara, misalnya kepada anak-anak, atasan, pelayan, orang yang belum dikenal, dan teman sejawat. Wardhaugh 1998 mengatakan bahwa ketika
kita berbicara, kita harus secara konstan melakukan bermacam-macam pertimbangan: dengan siapa kita berbicara, bagaimana cara menyampaikannya,
bagaimana cara menyampaikan kalimat-kalimat, kata-kata dan intonasi yang seperti apa yang harus dilakukan, dan sebagainya.
Hal ini dipertegas lagi oleh Rokhman 2001:38 yang mengatakan bahwa pada saat orang mengamati seorang penutur yang menguasai dua bahasa atau
lebih maka yang terjadi pada penutur yang bersangkutan biasanya suatu keharusan untuk memilih bahasa mana yang harus digunakan. Fenomena demikian di dalam
sosiolinguistik merupakan salah satu jenis pilihan bahasa yang utama, yang berkaitan dengan bentuk tindak tutur yang dinamakan alih kode dan campur kode.
Menurut Fasold 1984, ada tiga jenis pilihan yang dapat dilakukan, yaitu 1 alih kode, artinya penggunaan satu bahasa untuk satu keperluan dan
penggunaan bahasa yang lain pada keperluan lain, 2 campur kode, artinya
penggunaan satu bahasa tertentu dengan dicampuri serpihan-serpihan dari bahasa lain, dan 3 pemilihan satu variasi bahasa yang sama.
Selanjutnya, teori yang dikemukakan oleh Fasold dipergunakan untuk menganalisis masalah yang berkaitan dengan pilihan penggunaan bahasa oleh
guyub tutur masyarakat Bali di Parigi. Alasan ataupun dasar yang menjadi pertimbangan dipergunakan teori tersebut adalah kesiapan penutur memilih
bahasa untuk dipergunakan dalam komunikasi. Pilihan bahasa yang dilakukan penutur ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain : topik, latar, dan partisipan. Seorang penutur yang bilingual cenderung menggunakan satu medium bahasa jika membicarakan sebuah topik dan
menggunakan medium bahasa kedua jika membicarakan topik yang lain. Seorang anak yang bilingual bisa saja menggunakan bahasa Indonesia di sekolah dan
bahasa daerah di rumah, tetapi bisa juga menggunakan bahasa daerah di sekolah dengan bapaknya apabila kebetulan bapaknya mengunjunginya di sekolah dan
berbicara bahasa Indonesia di rumah dengan gurunya jika gurunya berkunjung ke rumahnya. Evin - Trip dalam Grosjean, 1982:125 mengidentifikasi empat faktor
utama sebagai penanda pilihan bahasa penutur dalam interaksi sosial, yaitu: 1 latar waktu dan tempat dan situasi, 2 partisipan dalam interaksi, 3 topik
percakapan, dan 4 fungsi interaksi. Teori pilihan bahasa ini dipergunakan untuk menganalisis masalah nomor 1.
2.3.3 Teori komponen tutur