Alih kode karena pembicaraan sebelumnya Alih kode karena perjanjian

O 3 dalam suatu pembicaraan, sedangkan O 3 beralih kode karena terpengaruh oleh O 1 yang menggunakan BBL dalam suatu pembicaraan. Oleh karena itu, O 3 beralih kode dari BBH pada K 9 , Tiang pamit, nggih? „Saya permisi ya?‟, ke BBL pada K 11 , Keto dogen ba, nak rematik „Begitu saja sudah, orang rematik.‟

6.6.6 Alih kode karena pembicaraan sebelumnya

Fenomena alih kode dapat juga terjadi karena partisipan terpengaruh oleh kalimat pembicaraan sebelumnya. Alih kode yang demikian dapat dilihat pada data berikut. Data 12 01 : 7 Ning Bali ora enek? „Di Bali tidak ada?‟ 02 : 8 Ora enek. „Tidak ada.‟ : 9 Ning kene wong tuane kabeh. „Di sini orang tuanya semua.‟ 03 : 10 Bojone wong Sulawesi. „Istrinya orang Sulawesi.‟ 01 : 11 Mas anake tanggal piro ning anu berangkate?. „Pak, anaknya tanggal berapa berangkat?‟ 02 : 12 Tanggal telu September. „Tanggal tiga September.‟ 01 : 13 September. 02 : 14 Iyo. „Ya.‟ 01 : 15 Jadi, karo sopo ning kono? „Jadi, dengan siapa di sana?‟ 02 : 16 Kontingen Sulawesi Tengah. Kutipan beberapa tuturan pada data 12 sebagian besar menggunakan BJ. Penggunaan BJ dapat dilihat pada K 7 , K 8 , K 9 , K 10 , K 11 , K 12 , K 14 , dan K 15 . Dominannya penggunaan BJ pada data 12 sangat wajar karena O 1 sangat menguasai BJ. Kebetulan mitra wicaranya, yaitu O 2 , berasal dari etnis Jawa. Fenomena alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K 13 , September. Alih kode dilakukan oleh O 1 dari BJ pada K 11 ke BI pada K 13 . Alih kode tersebut disebabkan oleh pembicaraan sebelumnya, yaitu K 12 , Tanggal telu September. „Tanggal tiga September.‟ Jadi, alih kode yang dilakukan oleh O 1 semata-mata karena pengaruh pembicaraan sebelumnya yang kebetulan menyebut kata September pada K 12 .

6.6.7 Alih kode karena perjanjian

Alih kode dapat juga terjadi akibat partisipan ingin mengadakan perjanjian dalam sebuah peristiwa tutur. Alih kode yang demikian dapat dilihat pada data berikut. Data 3 O 1 : 4 Yeh, saya kan minta sama adik, gimana ini? „Wah, saya kan minta pada adik, bagaimana ini?‟ O 2 : 5 Kenkenne, ada apa ne? „Bagaimana ini, ada apa?‟ O 1 : 6 Sing ja ada engken. „Tidak ada apa.‟ : 7 Cuma anu saja. : 8 Kebetulan anune „Kebetulan ada sesuatu ini.‟ O 2 : 9 Nyen ento? „Siapa itu?‟ O 1 : 10 Ada bos baru ini dari Palu. „Ada bos baru dari Palu.‟ : 11 Kalau memang anu. „Kalau memang begitu.‟ : 12 Apang iraga pituru kenal. „Supaya kita saling kenal.‟ O 2 : 13 Sip, sip, oke „Ya, ya saya setuju‟ Beberapa tuturan pada data 3 menggunakan BBC, BB, BI, dan bahasa Inggris. Penggunaan BBC dapat dilihat pada K 4 , K 8 , dan K 12 . Penggunaan BB dapat dilihat pada K 5 , K 6 , dan K 9 . Penggunaan BI dapat dilihat pada K 7 , K 10 , K 11 , dan bahasa Inggris dapat dilihat pada K 13 . Penggunaan berbagai bahasa pada data 3 sangat wajar karena situasinya memang takresmi. Fenomena alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K 13 , Sip, sip, oke „Ya, ya saya setuju‟ Alih kode itu dilakukan oleh O 2 dari BB pada K 9 , Nyen ento ? „Siapa itu?‟, dan bahasa Inggris pada K 13 . Penyebab alih kode tersebut tiada lain karena ungkapan yang berkaitan dengan kesepakatan antara kedua belah pihak, yaitu O 1 dan O 2 . Maksudnya, O 2 berjanji untuk menyepakati permintaan O 1 . Hal ini dapat dilihat pada tuturan O 2 pada K 13 .

6.6.8 Alih kode karena kurang menguasai bahasa daerah