xvi berpola  dari  bahasa  Bali  ke  bahasa  asing  dalam  penelitian  ini  juga  ditemukan.
Alih  kode  yang  berpola  dari  bahasa  Bali  ke  bahasa  Indonesia  dapat  dilihat  pada data  9.  Alih  kode  yang  berpola  dari  bahasa  Bali  ke  bahasa  Inggris  dapat  dilihat
pada data 3. Alih kode yang berpola dari bahasa Bali ke bahasa Kaili dapat dilihat pada  data  10.  Alih  kode  yang  berpola  dari  bahasa  Bali  ke  bahasa  Bugis  dapat
dilihat pada data 11.
4.2.3  Alih Kode Berdasarkan Kelengkapan Tutur
Berdasarkan  kelengkapan  tutur,  alih  kode  dalam  penggunaan  bahasa  guyub tutur masyarakat Bali di Parigi dapat dibedakan menjadi: 1 alih kode dari tuturan
yang  lengkap  ke  tuturan  yang  taklengkap,  dan  2  alih  kode  dari  tuturan  yang tidak  lengkap  ke  tuturan  yang  lengkap.  Alih  kode  dari  tuturan  yang  lengkap  ke
tuturan yang taklengkap dapat dilihat pada data  12, demikian juga alih kode dari tuturan yang tidak lengkap ke tuturan yang lengkap dapat dilihat  pada data 12.
4.2.4  Alih Kode Berdasarkan Ruang Lingkup Peralihan
Berdasarkan  ruang  lingkup  peralihan,  alih  kode  dalam  penggunaan  bahasa guyub  tutur  masyarakat  Bali  di  Parigi  dapat  dibedakan  menjadi  1  alih  kode
interkalimat  intersentential  switching,  dan  2  alih  kode  intrakalimat intrasentential  switching.  Alih  kode  interkalimat  dapat  dilihat  pada  data  8,
sedangkan alih kode intrakalimat dapat dilihat pada data 7.
4.2.5  Alih Kode Menurut Bloom dan Gumperz
Dalam penelitian ini ditemukan juga pembagian alih kode yang dikemukakan oleh  Bloom  dan  Gumperz.  Bloom  dan  Gumperz  membedakan  alih  kode
situasional situational code-switching, dan 2 alih kode metaforis metaphorical code-switching.  Alih  kode  situasional  dapat  dibedakan  menjadi:  1  alih  kode
situasional dalam bentuk alih bahasa, dan 2 alih kode situasional dalam bentuk alih style. Alih kode situasional dalam bentuk alih bahasa dapat dilihat pada data
9, sedangkan alih kode situasional dalam bentuk alih style dapat dilihat pada data 5.  Alih  kode  metaforis  dapat  dibedakan  menjadi:  1  alih  kode  metaforis  dalam
bentuk alih bahasa, dan 2 alih kode metaforis dalam bentuk alih style. Alih kode metaforis  dalam  bentuk  alih  bahasa  dapat  dilihat  pada  data  13,  sedangkan  alih
kode metaforis dalam bentuk alih style dapat dilihat pada data 14.
4.3 Fungsi  Alih  Kode  dalam  Penggunaan  Bahasa  Guyub  Tutur  Masyarakat Bali di Parigi
Alih  kode  yang  dilakukan  oleh  guyub  tutur  masyarakat  Bali  memiliki  fungsi sebagai berikut: 1 menawar sesuatu data 15 dan data 13, 2 personal data 10
dan data 16, 3 memperoleh pengetahuan data 10 dan data 12, 4 berimajinatif data 8 dan data 14, 5 menggambarkan suatu pemikiran atau wawasan data 17
dan  data  8,  6  menunjukkan  rasa  sosial  data  5  dan  data  10,  7  merahasiakan sesuatu  data  11,  8  menunjukkan  sikap  akrab  data  3,  9  menunjukkan  sikap
toleransi data 12 dan data 13, dan 10 mengutip pembicaraan orang lain data 8 dan data 20.
xvii
4.4 Makna Alih Kode dalam Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi
Dalam penelitian ini digunakan teori makna yang dikemukakan oleh Halliday. Menurut Halliday, dalam  menentukan komponen semantis bahasa ada tiga unsur
yang  tidak  dapat  dipisahkan.  Ketiga  unsur  itu  meliputi:  1  ideasional,  yaitu  isi pesan  yang  ingin  disampaikan,  2  interpersonal,  yaitu  makna  yang  hadir  bagi
pemeran di dalam peristiwa tutur, dan 3 tekstual, yaitu bentuk kebahasaan serta konteks  tuturan  yang  mempresentasikan  serta  menunjang  terwujudnya  makna
ujaran. Selanjutnya, teori tersebut digunakan untuk menganalisis makna alih kode pada guyub tutur masyarakat Bali di Parigi.
Makna  alih  kode  dalam  penggunaan  bahasa  guyub  tutur  masyarakat  Bali  di Parigi meliputi: 1 sosial data 10 dan data 5, 2 metaforis data 8 dan data 13,
3 merendahkan diri data 18, 4 janji data 3, 5 kejelasan suatu topik data 8 dan data 19, 6 akrab data 3 dan data 16, dan 7 rahasia data 11.
4.5 Sebab-sebab  Terjadinya  Alih  Kode  dalam  Penggunaan  Bahasa  Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi
Berkumpulnya beberapa etnis, seperti Kaili, Bugis, Jawa, Manado, dan Bali di Parigi  mengakibatkan terjadinya kontak bahasa, budaya, dan  adat istiadat. Unsur
bahasa merupakan salah satu aspek yang paling rentan mengalami kontak bahasa karena sifatnya yang terbuka. Akibat kontak bahasa, sering terjadi fenomena alih
kode  ketika  komunikasi  berlangsung.  Sebab-sebab  terjadinya  alih  kode  dalam penggunaan bahasa guyub tutur masyarakat Bali di Parigi adalah sebagai berikut:
1  O
1
ingin  memberikan  penekanan  pada  topik  pembicaraan,  2  O
1
bermaksud lebih  akrab  dengan  O
2
,  3  O
1
bermaksud  merahasiakan  sesuatu,  4  O
1
terpengaruh  oleh  ucapan  O
2,
5  O
1
ingin  merendahkan  diri,  6  O
2
ingin menunjukkan bahwa dirinya terpelajar, 7 O
2
ingin mengutip pembicaraan orang lain,  8  O
2
ingin  memperjelas  keterangan  yang  telah  dipaparkan,  9  kehadiran O
3
,  10  materi  pembicaraan,  11  situasi,  12  pembicaraan  sebelumnya,  13 perjanjian,  14  kurang  menguasai  bahasa  daerah,  dan  15  partisipan
menunjukkan rasa toleransi.
4.6 Campur Kode dalam Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi