N norms G genres
Selanjutnya, teori tersebut dapat dipergunakan untuk menganalisis masalah yang berkaitan dengan macam, fungsi, dan makna alih kode. Alasan yang menjadi
dasar pertimbangan digunakannya teori tersebut adalah bahwa setiap tuturan manusia dalam berinteraksi verbal selalu berkaitan erat dengan komponen tuturan
meskipun tidak selalu semua komponen tuturan itu muncul sekaligus dalam sebuah tuturan. Kadang-kadang sebuah komponen tuturan muncul, namun
beberapa komponen lainnya tidak muncul dalam tuturan tertentu. Teori komponen tuturan tersebut dipergunakan untuk menganalisis masalah nomor 2 dan 3.
2.3.4 Teori akomodasi
Teori akomodasi pada hakikatnya adalah suatu teori dalam sosiolinguistik yang bertujuan untuk menjelaskan mengapa orang-orang memodifikasi gaya
tuturannya menjadi lebih sama atau kurang sama dengan tuturan mitra wicaranya Crystal,1987:4. Trudgill 1986 mengatakan bahwa kata akomodasi dan
berakomodasi dalam analisis dipakai sebagai padanan kata konvergensi dan berkonvergensi. Hal ini berdasar pada pertimbangan bahwa kata akomodasi
adalah penyesuaian atau pengurangan perbedaan. Pandangan Trudgill tersebut senada dengan Crystal. Secara konkret pandangan kedua pakar sosiolinguistik
tersebut dapat dilihat pada contoh yang dikemukakan oleh Chaer 1995:144 berikut.
“Ani pramuniaga sebuah toko cinderamata kedatangan tamu turis asing yang mengajak bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia. Pada saat si turis
berinteraksi verbal tampaknya kehabisan kata-kata untuk terus berbicara dalam bahasa Indonesia, maka Ani cepat-cepat berakomodasimenyesuaikan bahasanya
untuk bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Akhirnya percakapan menjadi lebih lancar.
” Ilustrasi tersebut memperlihatkan terjadinya akomodasi yang dilakukan
oleh Ani dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Teori akomodasi tersebut ternyata relevan dengan teori alih kode yang digunakan dalam penelitian di
Kecamatan Parigi. Hal ini sejalan dengan pendapat Gianto 1996:177 bahwa bila beberapa
bahasa dipakai di wilayah yang sama dapat terjadi serangkaian perubahan pada tiap-tiap bahasa. Pola-pola bahasa yang satu dapat dialihkan ke dalam bahasa
yang lain lewat proses peminjaman borrowing atau konvergensi. Pada situasi tertentu peristiwa alih kode dapat juga berfungsi sebagai
strategi akomodasi bahasa, khususnya pada alih bahasa dari bahasa Bali ke bahasa lain. Jika diperhatikan secara saksama penggunaan bahasa sehari-hari di rumah,
orang tua cenderung melakukan alih kode atau alih bahasa untuk menyesuaikan diri dengan bahasa anaknya.
Pemanfaatan alih kode sebagai strategi akomodasi sejajar dengan teori akomodasi bahasa yang pertama kali diperkenalkan oleh Giles 1977. Teori ini
beranggapan bahwa seseorang dapat memengaruhi orang lain untuk menilai positif dirinya dengan mengurangi perbedaan yang terdapat di antara dirinya dan
orang lain. Selanjutnya, juga disebutkan bahwa pemilihan ragam tertentu dalam
teori akomodasi bahasa mungkin merupakan refleksi keinginan seseorang untuk memperoleh penerimaan secara sosial.
Teori tersebut digunakan untuk menganalisis masalah yang berkaitan dengan macam, fungsi, dan makna alih kode serta faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya alih kode dalam penggunaan bahasa oleh guyub tutur masyarakat Bali di Parigi. Alasan yang menjadi dasar pertimbangan digunakannya
teori tersebut adalah bahwa teori akomodasi cenderung mengambil bentuk konvergensi atau menyatu atau menuju ke suatu arah, yaitu penutur akan memilih
satu bahasa atau ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan mitra wicara. Fenomena kebahasaan yang demikian mengakibatkan terjadinya alih
kode. Oleh karena itu, teori akomodasi tersebut dipergunakan untuk menganalisis masalah nomor 2 dan 3.
2.3.5 Alih kode