Fungsi personal lainnya dapat dilihat pada data berikut. Data 16
01  :  1 Jumei mokuya?
„Untuk apa datang kemari?‟ 02  :  2
Datang basiara. „Datang pesiar.‟
01  :  3 Impia komi narata?
„Kapan kamu datang?‟ 02  :  4
Tadi. 01  :  5
Mapia manjili? „Kapan pulang?‟
02  :  6 Hari Minggu.
01  :  7 Ri Palu riva komiu?
„Kamu di mananya di Palu?‟ 02  :  8
Jalan Thamrin. Kutipan  beberapa  tuturan  yang  terdapat  pada  data  16  menggunakan  BK
pada K
1
, K
3
, K
5
, dan K
7
;  BC pada K
2
, dan BI pada K
4
, K
6
, dan K
8
. Penggunaan bahasa  yang  bervariasi  sangat  wajar  karena  situasinya  takresmi  dan  dilakukan
oleh dua sahabat karib. Fenomena  alih  kode  terjadi  ketika  pembicaraan  sampai  pada  K
4
,  Tadi. Alih kode itu dilakukan oleh O
2
dari bahasa Kaili yang dicampur dengan BI pada K
2
ke  BI  pada  K
4
.  Fungsi  bahasa  dalam  alih  kode  tersebut  adalah  keinginan  O
2
menggunakan  bahasa  untuk  mencurahkan  perasaan  dan  pikirannya  kepada  mitra wicara. Sehubungan dengan itu, bahasa  yang digunakan  oleh O
1
dapat  dikatakan memiliki fungsi personal.
6.4.3  Fungsi alih kode untuk memperoleh pengetahuan
Bahasa  yang  digunakan  oleh  seseorang  cenderung  untuk  memperoleh suatu pengetahuan. Fungsi alih kode ini pada hakikatnya sering dipergunakan oleh
orang  dalam  bentuk  pertanyaan  yang  menuntut  jawaban.  Fungsi  tersebut  dapat dilihat pada data berikut.
Data 10 O
1
:  1 … Anggona kue, nggih
„… Dipakai kue, ya‟ O
2
:  2   Nggih. „Ya.‟
:  3   Apa le? „Cari apa?‟
O
3
:  4   Minyak kelapa, berapa? datang O3 O
2
:  5 Minyak, tujuh ribu, tujuh ribu.
Kutipan beberapa tuturan  yang terdapat pada data 10 menggunakan  BBC pada K
1
, BB pada  K
2
, BK pada  K
3
,  dan BI pada  K
4
dan K
5
. Penggunaan bahasa yang bervariasi itu disebabkan oleh situasinya memang takresmi.
Fenomena  alih  kode  terjadi  ketika  pembicaraan  sampai  pada  K
3
,  Apa  le? „Cari  apa?‟  Peralihan  kode  tersebut  dilakukan  oleh  O
2
dari  BB  pada  K
2
ke  BK pada K
3
. Penyebab terjadinya alih kode tersebut karena kehadiran O
3
yang berasal dari etnis Kaili. Oleh karena itu, O
2
menggunakan BK, seperti tampak pada K
3
. Berhubung  tuturan  pada  K
3
berupa  kalimat  tanya  yang  menuntut  suatu jawaban,  alih  kode  tersebut  dapat  dikatakan  memiliki  fungsi  untuk  memperoleh
pengetahuan.  Maksudnya,  dari  pertanyaan  tersebut  seseorang  akan  memperoleh suatu pengetahuan.
Fungsi  alih  kode  untuk  memperoleh  pengetahuan  lainnya  dapat  dilihat pada data berikut.
Data 12 01  :  1
Selamat malam 02  :  2
Malam 01  :  3   Piye to kabare?
„Bagaimana kabarnya?‟
02   :  4   Kabare ya apik ae to. „Kabarnya ya baik-baik saja.‟
01  :  5   Anake Mas ning Sulawesi piro? „Anaknya Bapak di Sulawesi berapa?‟
02   :  6   Papatlah. „Empatlah.‟
01  :  7   Ning Bali ora enek? „Di Bali tidak ada?‟
02   :  8   Ora enek. „Tidak ada.‟
:  9   Ning kene wong tuane kabeh. „Di sini orang tuanya semua.‟
03  :  10   Bojone wong Sulawesi. „Istrinya orang Sulawesi.‟
Kutipan  beberapa  tuturan  pada  K
12
menggunakan  BI  pada  K
1
,  K
2
dan bahasa Jawa pada  K
3
, K
4
, K
5
, K
6
, K
7
, K
8
, K
9
, dan K
10
. Penggunaan bahasa  yang bervariasi itu wajar karena situasinya takresmi.
Pada  awalnya,  O
1
menggunakan  BI,  seperti  tampak  pada  K
1
,  Selamat malam Kemudian, O
2
merespons dengan menggunakan BI juga pada K
2
, Malam Penggunaan  BJ  oleh  O
1
dilakukan  setelah  bertemu  dengan  O
2
yang  berasal  dari etnis  Jawa.  Berhubung  O
1
tidak  mengalami  kesulitan  berbahasa  Jawa,  O
2
pun mengimbanginya dengan menggunakan bahasa Jawa. Bahkan, tuturan berikutnya,
baik  O
1
maupun  O
2
,  selalu  menggunakan  bahasa  Jawa,  seperti  tampak  pada  K
3
, K
4
, K
5
, K
6
, K
7
, K
8
, K
9
, dan K
10
. Fenomena  alih  kode  terjadi  ketika  pembicaraan  sampai  pada  K
3
,  Piye  to kabare?
„Bagaimana  kabarnya?‟  Alih  kode  itu  dilakukan  oleh  O
1
dari  BI  ke bahasa Jawa. Penyebabnya tiada lain karena O
1
mengetahui bahwa O
2
berasal dari etnis Jawa.
Peralihan  kode  juga  dilakukan  oleh  O
2
untuk  mengimbangi  bahasa  yang dilakukan  oleh  O
1
,  yaitu  bahasa  Jawa.  Alih  kode  itu  dilakukan  oleh  O
2
dari  BI
pada K
2
ke bahasa Jawa  pada K
4
, Kabare ya apik ae to. „Kabarnya ya baik-baik
saja.‟ Fungsi  alih  kode  tampak  ketika  pembicaraan  sampai  pada  K
3
,  Piye  to kabare?
„Bagaimana  kabarnya?‟  Pertanyaan  itu  tentu  mengharapkan  suatu jawaban,  seperti  tampak  pada  K
4
,  Kabare  ya  apik  ae  to „Kabarnya ya baik-baik
saja.‟  Dengan  demikian,  pertanyaan  yang  terdapat  pada  K
3
dapat  dikatakan memiliki fungsi untuk memperoleh pengetahuan.
6.4.4  Fungsi alih kode untuk berimajinatif