Alih kode yang bermakna rahasia

6.5.7 Alih kode yang bermakna rahasia

Dalam kehidupan berbahasa, seorang penutur kadang-kadang sengaja beralih kode untuk merahasiakan sesuatu dari orang lain. Maksudnya, ada sesuatu yang harus disembunyikan dari orang lain. Peristiwa tutur yang demikian dapat dilihat pada data berikut. Data 11 O 1 : 3 Sakuya muni ana miu? „Berapa juga anakmu?‟ : 4 Keto, anak berturut-turut to. „Begitu, orang berturut-turut itu.‟ : 5 Nakuya komiu? „Sedang apa kamu?‟ : 6 Keto ba, nak berturut-turut to „Begitu sudah, orang berturut-turut itu.‟ O 2 : 7 Berturut-turut, oh O 3 : 8 Degaga harapang. „Tidak ada harapan.‟ O 1 : 9 Degaga harapang. „Tidak ada harapan.‟ Beberapa tuturan yang terdapat pada data 11 menggunakan BK, seperti tampak pada K 3 dan K 5 . Selain BK, beberapa tuturan pada data 11 juga menggunakan BBg pada K 8 dan K 9 serta BBC pada K 6 , K 4 , dan BI pada K 7 . Penggunaan bahasa pada peristiwa tersebut berlangsung dalam situasi takresmi. Pada awalnya, O 1 menggunakan BK pada K 3 dan BBC pada K 4 dan K 6 . Fenomena alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K 9 , Degaga harapang „Tidak ada harapan.‟ Alih kode itu dilakukan oleh O 1 dengan maksud merahasiakan sesuatu. Untuk itulah digunakan BBg, seperti tampak pada K 9 . Makna alih kode tampak ketika pembicaraan sampai pada K 9 , Degaga harapang „Tidak ada harapan.‟ Tuturan ini disampaikan oleh O 1 agar O 2 sebagai mitra wicara tidak memahaminya. Oleh karena itu, tuturan pada K 9 dapat dikatakan bermakna rahasia. Makna alih kode secara lengkap dapat dilihat pada bagan di bawah ini. Makna Alih Kode AK Bermakna Metaforis AK Bermakna Merendahkan Diri AK Bermakna Janji AK Bermakna Kejelasan Topik AK Bermakna Akrab AK Bermakna Rahasia AK Bermakna Sosial Bagan 6.3 Makna Alih Kode dalam Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi 6.6 Sebab-sebab Terjadinya Alih Kode dalam Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi Guyub tutur masyarakat Bali di Parigi termasuk masyarakat bilingual atau multilingual. Masyarakat Bali di Parigi selain menguasai bahasa Bali, juga menguasai bahasa Kaili, bahasa Bugis, dan bahasa Indonesia. Peristiwa bahasa yang demikian cenderung memunculkan fenomena alih kode AK. Munculnya fenomena alih kode selain ketersediaan bahasa yang bersifat bilingual pada masyarakat Bali di Parigi, juga karena faktor hubungan antarpartisipan, latar, situasi, topik pembicaraan, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut pada umumnya terdapat dalam suatu peristiwa tutur. Sehubungan dengan sebab-sebab terjadinya alih kode, Grosjean 1982:150 mengemukakan 10 alasan seseorang untuk beralih kode. Kesepuluh alasan itu adalah: 1 mengisi kebutuhan linguistis, 2 menggunakan bahasa terakhir yang digunakan, 3 mengutip tuturan seseorang, 4 mengkhususkan panggilan, 5 mengkualifikasi pesan, 6 mengkhususkan keterlibatan pembicara, 7 menandai dan menekankan identitas kelompok, 8 mengungkapkan kerahasian, kemarahan, dan kebosanan, 9 mengeluarkan seseorang dari pembicaraan atau percakapan, dan 10 mengubah peran pembicara. Evin Tripp dalam Grosjean, 1982:127 mengemukakan empat faktor utama sebagai penyebab terjadinya fenomena alih kode, yaitu: 1 latar tempat dan waktu serta situasi, 2 partisipan dalam berinteraksi verbal, 3 topik, dan 4 fungsi interaksi. Selain Grosjean dan Evin Tripp, penyebab alih kode juga dikemukakan oleh para pakar lainnya. Menurut Fishman 1972:243, penyebab alih kode meliputi: 1 pembicara, 2 pendengar, 3 perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, 4 perubahan ragam formal ke informal atau sebaliknya, dan 5 perubahan topik pembicaraan, sementara Pateda 1987 mengemukakan beberapa faktor penyebab terjadinya alih kode, yaitu: 1 selipan dari mitra wicara, 2 pembicara teringat pada hal-hal yang perlu dirahasiakan, 3 salah bicara, 4 rangsangan lain yang menarik perhatian, dan 5 hal-hal yang sudah direncanakan. Kemudian, Jendra 2007:161 mengemukakan lima faktor penyebab terjadinya alih kode, yaitu: 1 peserta pembicaraan, 2 bahasa, 3 situasi, 4 efek humor, dan 5 pokok pembicaraan. Dari beberapa pandangan para pakar tersebut ternyata selain memiliki perbedaan, penyebab alih kode juga memiliki persamaan. Persamaannya dapat dilihat pada pandangan Fishman dan Jendra. Kedua pakar tersebut sama-sama melihat faktor penyebab alih kode dari segi pembicara dan situasi. Penelitian ini menemukan 15 penyebab terjadinya alih kode. Penjelasannya dapat dilihat pada uraian berikut.

6.6.1 Alih kode karena faktor pembicara O