Bahkan, pada saat penelitian berlangsung ditemukan seorang informan menggunakan BBL ketika berinteraksi verbal dengan mitra wicara yang berasal
dari kasta lebih tinggi. Tanpa diduga-duga informan tersebut berujar, “Yen
ngomong dini da ba menika-meniki. Anake dini nak sing bisa basa halus ” Kalau
berbicara di sini tidak usah berbahasa halus. Orang di sini tidak bisa berbahasa halus. Menghadapi peristiwa tutur yang demikian, peneliti terkejut. Apalagi
informan tersebut berusia sekitar 60 tahun dan lebih tua dari mitra wicaranya. Padahal, mitra wicara tersebut menggunakan BBH untuk menghormati orang
yang lebih tua. Peristiwa tutur yang demikian sangat jarang ditemukan pada etnis Bali di daerah asal.
Seperti diketahui, penggunaan variasi bahasa Bali, baik bahasa Bali halus maupun lumrah, disesuaikan dengan konteks sosial. Konteks sosial yang
dimaksud dapat berupa usia, pekerjaan, status, sistem kasta, topik pembicaraan, dan lain-lain. Penggunaan variasi bahasa tersebut berkaitan dengan istilah
bilingualisme.
4.1 Hubungan antara Variasi Bahasa dan Bilingualisme
Agar menjadi lebih jelas, perlu juga diketahui hubungan antara variasi bahasa dan bilingualisme. Istilah bilingualisme Inggris : bilingualism dalam
bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Berdasarkan istilahnya secara harfiah, yang dimaksud bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau dua
kode bahasa. Dari segi sosiolinguistik, bilingualisme diartikan sebagai
penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian Mackey,1960:12; Fishman,1975:73.
Bloomfield dalam bukunya yang berjudul Language 1933:56 menyatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan seorang penutur untuk
menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Artinya, seseorang disebut bilingual apabila dapat menggunakan B
1
dan B
2
dengan derajat yang sama baiknya. Konsep Bloomfield mengenai bilingualisme banyak dipertanyakan orang
sebab 1 bagaimana mengukur kemampuan yang sama dari seseorang terhadap dua buah bahasa yang digunakannya, 2 mungkinkah ada seorang penutur yang
dapat menggunakan B
2
-nya sama baiknya dengan B
1
-nya. Oleh karena itu, konsep Bloomfield tentang bilingualisme ini pun banyak dimodifikasi orang. Robert Lado
1964:214 menyatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan menggunakan bahasa oleh seseorang dengan sama baik atau hampir sama baiknya. Apa yang
dimaksudkan oleh Lado adalah penguasaan terhadap kedua bahasa itu tidak perlu sama baiknya, kurang pun boleh. Menurut Haugen 1961,
“Tahu akan dua bahasa atau lebih berarti bilingual
.” Selanjutnya, Haugen menambahkan bahwa seorang bilingual tidak perlu secara aktif menggunakan kedua bahasa itu, tetapi
cukup kalau bisa memahaminya saja.
4.2 Masyarakat Bali dalam Situasi Kedwibahasaan atau Keanekabahasaan
Guyub tutur masyarakat Bali di Parigi dapat digolongkan sebagai masyarakat dwibahasawan atau multibahasawan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
masyarakat Bali di Parigi, selain mengenal BB sebagai bahasa ibu, juga mengenal
BI sebagai bahasa kedua. Bahkan, selain mengenal BB dan BI, warga Bali di Parigi juga mengenal bahasa Kaili dan bahasa Jawa. Hal ini dapat dibuktikan dari
seorang informan yang kebetulan menjabat sebagai kepala desa di Desa Mertasari, yaitu I Made Karyanto. Berdasarkan pengamatannya, warga Bali di Desa
Mertasari, Kecamatan Parigi di samping menguasai BB juga menguasai BK dan BJ. Menurut I Made Karyanto,
“Warga Bali di sini jika bertemu dengan warga Bali akan menggunakan bahasa Bali; jika bertemu dengan warga Kaili akan
menggunakan bahasa Kaili; dan jika bertemu dengan warga Jawa akan menggunakan bahasa Jawa
”. Terbukti dalam penelitian ini ditemukan tuturan berbahasa Kaili pada data 16 dan 29, berbahasa Bugis pada data 11, dan berbahasa
Jawa pada data 12. Hal tersebut diperkuat juga oleh seorang informan di Kantor Limas
Parimo. Menurut informan tersebut, “Kebanyakan warga Bali yang lahir di sini
sudah bisa berbahasa Kaili, sedangkan penguasaan bahasa Bali kebanyakan terbatas pada bahasa Bali lumrah, jarang warga Bali yang bisa menggunakan
bahasa Bali halus. ”
Berdasarkan pembicaraan para informan tersebut, dapat dikatakan bahwa warga Bali di Parigi termasuk masyarakat yang dwibahasawan atau
multibahasawan. Sehubungan dengan situasi kebahasaan yang demikian, pada kesempatan ini tidak ada salahnya diuraikan secara singkat tentang fungsi BB dan
BI yang dipergunakan oleh warga Bali di ketiga desa yang ada di Kecamatan Parigi dan Parigi Selatan.
4.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Bali