dengan menggunakan BBC juga untuk mengimbangi bahasa yang digunakan oleh O
1
. Fenomena  alih  kode  terjadi  ketika  pembicaraan  sampai  pada  K
7
,  Seperti pepatah, di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Alih kode itu dilakukan
oleh  O
2
dari  BBC  pada  K
6
, Yang  penting  iraga sing  mengganggu  penduduk  asli dini
„Yang penting kita tidak mengganggu penduduk asli di sini‟ ke BI pada K
7
. Alih  kode  itu  terjadi  karena  O
2
ingin  mengutip  sebuah  pepatah  dalam  bahasa Indonesia.
Jika  diperhatikan  secara  saksama,  peralihan  kode  tersebut  terjadi  antara BBC pada K
6
dan BI pada K
7
. Oleh karena itu, fenomena alih kode tersebut dapat digolongkan sebagai alih kode ke dalam internal code-switching, yaitu peralihan
kode yang terjadi antarbahasa serumpun.
6.3.1.2 Alih kode ke luar external code-switching
Alih kode ke luar external code-switching adalah alih kode  yang terjadi pada  bahasa-bahasa  yang  tidak  serumpun.  Bahasa-bahasa  yang  tidak  serumpun
dapat  juga  diartikan  sebagai  bahasa-bahasa  yang  tidak  sekerabat,  seperti  bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Jerman, dan sebagainya. Alih kode yang bersifat ke luar
ditemukan juga dalam penelitian ini.
6.3.2  Alih kode berdasarkan variasi lingual
Berdasarkan  variasi  lingual,  alih  kode  dapat  dibedakan  menjadi:  1  alih kode  yang  berpola  dari  bahasa  Bali  ke  bahasa  Indonesia,  2  alih  kode  yang
berpola dari bahasa Bali ke bahasa Inggris, 3 alih kode yang berpola dari bahasa
Bali  ke  bahasa  Kaili,  dan  4  alih  kode  yang  berpola  dari  bahasa  Bali  ke  bahasa Bugis. Penjelasan mengenai pola-pola alih kode tersebut dapat dilihat pada uraian
berikut.
6.3.2.1 Alih kode yang berpola dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia
Alih kode yang berpola dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia dapat dilihat pada data berikut.
Data 9 Latar
:  Pasar Inpres Tagunung Parigi Topik
:  Harga telur Partisipan
:  Sahabat Ketut Sukawati 01 Ketut Sukawati, pedagang 02
Pembeli, etnis Kaili 03 01  :  1
Ba ada atiban medagang, Bu? „Sudah ada setahun berjualan, Bu?‟
02  :  2 Tiang ba lebih dua puluh tahunan.
„Saya sudah lebih dua puluh tahun.‟ 01   :  3   Dua puluh tahunan deriki?
„Dua puluh tahun di sini?‟ 02   :  4   Tiang men tahun tujuh tiga deriki, kudang tahun ampun?
„Saya sudah tahun tujuh tiga di sini, berapa tahun sudah?‟ 03  :  5   Berapa telurnya? datang 03
02  :  6 Empat, lima ribu.
:  7 Deriki tahun tujuh tiga.
„Di sini tahun tujuh tiga.‟ :  8   Nenek, bapak, ba sing nu dini, kasihan
„Nenek, bapak, sudah tidak ada di sini, kasihan‟ Jika  diperhatikan  secara  saksama,  sebagian  besar  data  9  menggunakan
BBC. Hal ini terlihat jelas pada K
1
, K
2
, K
3
, K
4
, K
7
, dan K
8
. Hanya sebagian kecil data  9  menggunakan  BI,  yaitu  K
5
dan  K
6
.  Penggunaan  BBC  pada  data  9  sangat wajar karena situasinya memang santai dan berlokasi di sebuah pasar tradisional.
Peralihan  kode  terjadi  ketika  pembicaraan  sampai  pada  K
6
,  Empat,  lima ribu. Alih kode itu dilakukan oleh O
2
dari BBC pada K
4
, Tiang men tahun tujuh tiga  deriki,  kudang  tahun  ampun?
„Saya  sudah  tahun  tujuh  tiga  di  sini,  berapa tahun
sudah?‟, ke BI pada K
6
. Berhubung  peralihan  kode  tersebut  dari  BBC  ke  BI,  peralihan  kode  itu
dapat dikatakan berpola dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia. Penyebab alih kode adalah  kehadiran  O
3
yang  berasal  dari  etnis  Kaili.  Apalagi,  O
3
memulai pembicaraannya  dengan  menggunakan  BI,  seperti  tampak  pada  K
5
,  Berapa telurnya?
6.3.2.2 Alih kode yang berpola dari bahasa Bali ke bahasa Inggris
Alih  kode  yang  berpola  dari  bahasa  Bali  ke  bahasa  Inggris  dapat  dilihat pada data berikut.
Data 3 O
1
:  4   Yeh, saya kan minta sama adik, gimana ini? „Wah, saya kan minta pada adik, bagaimana ini?‟
O
2
:  5   Kenkenne, ada apa ne? „Bagaimana ini, ada apa?‟
O
1
:  6   Sing ja ada engken. „Tidak ada apa.‟
:  7 Cuma anu saja.
:  8 Kebetulan anune
„Kebetulan ada sesuatu ini.‟ O
2
:  9   Nyen ento? „Siapa itu?‟
O
1
:  10   Ada bos baru ini dari Palu. „Ada bos baru dari Palu‟
:  11  Kalau memang anu. „Kalau memang begitu.‟
:  12  Apang iraga pituru kenal. „Supaya kita saling kenal.‟
O
2
:  13   Sip, sip, oke „Ya, ya saya setuju‟
Beberapa tuturan pada data 3 menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan oleh  O
1
dan  O
2
cukup  bervariasi.  Pada  awalnya,  O
1
menggunakan  BBC,  seperti tampak  pada  K
4
,  Yeh,  saya  kan  minta  sama  adik,  gimana  ini? „Wah,  saya  kan
minta  pada  adik,  bagaimana ini?‟  Tuturan  O
1
direspons  oleh  O
2
dengan menggunakan  BB  pada  K
5
,  Kenkenne,  ada  apa  ne? „Bagaimana  ini,  ada  apa?‟
Selain  BBC  dan  BB,  tuturan  di  atas  juga  menggunakan  bahasa  Inggris. Penggunaan bahasa Inggris oleh O
2
semata-mata karena kedekatannya dengan O
1
sebagai sahabat karib. Jika  diperhatikan  dengan  cermat  data  di  atas,  sebagian  besar  O
1
menggunakan  BBC,  sedangkan  O
2
sebagian  besar  menggunakan  BB  dalam tuturannya. Peralihan kode terjadi karena pembicaraan sampai pada K
13,
Sip, sip, oke
„Ya, ya saya setuju‟ Alih kode itu dilakukan oleh O
2
sekadar  agar  dirinya dianggap terpelajar. Oleh karena itu, O
2
beralih kode dari BB pada K
9
, Nyen ento? „Siapa itu?‟ ke bahasa Inggris, pada K
13
. Berhubung peralihan kode itu terjadi dari bahasa  Bali ke bahasa  Inggris,  alih kode itu dapat dikatakan berpola dari bahasa
Bali ke bahasa Inggris.
6.3.2.3 Alih kode yang berpola dari bahasa Bali ke bahasa Kaili
Alih kode yang berpola dari bahasa Bali ke bahasa Kaili dapat dilihat pada data berikut.
Data 10 Latar
:  Pasar Parigi Topik
:  Harga minyak kelapa Partisipan
:  Tetangga, etnis Bali 01 Pedagang, etnis Bali 02
Pembeli, etnis Kaili 03
O
1
:  1 … Anggona kue, nggih?
„… Dipakai kue, ya?‟ O
2
:  2   Nggih. „Ya.‟
:  3   Apa le? „Cari apa?‟
O
3
:  4   Minyak kelapa, berapa? datang O3 O
2
:  5 Minyak, tujuh ribu, tujuh ribu.
:  6 Ari, isi dulu minyak itu Nak
:  7   Ada di jiriken itu. Beberapa tuturan pada data 10 menggunakan bentuk-bentuk kalimat yang
bervariasi. Ada kalimat yang dibentuk dengan satu kata pada K
2
, Nggih. „Ya‟; ada
kalimat yang dibentuk dengan dua kata pada K
3
, Apa le? „Cari apa?‟; ada kalimat
yang dibentuk dengan tiga kata pada K
1
, … Anggona kue, nggih? „… Dipakai kue,
ya‟; ada kalimat yang dibentuk dengan empat kata pada K
7
, Ada di jiriken itu; ada kalimat yang dibentuk dengan lima kata pada K
5
, Minyak, tujuh ribu, tujuh ribu. Bahkan,  ada  kalimat  yang  dibentuk  dengan  enam  kata  pada  K
6
,  Ari,  isi  dulu minyak itu Nak
Penggunaan bentuk-bentuk kalimat yang bervariasi itu sangat wajar karena peristiwa  tutur  itu  berlangung  dalam  situasi  santai.  Dalam  situasi  santai  tidak
tertutup kemungkinan digunakan juga bahasa yang bervariasi, seperti halnya data 10. Jika dilihat secara cermat, bahasa yang digunakan adalah BB pada K
1
, K
2
; BK pada K
3
; dan BI pada K
4
, K
5
, K
6
, dan K
7
. Peralihan kode terjadi ketika  pembicaraan sampai pada K
3
, Apa le? „Cari
apa?‟ Alih kode itu dilakukan oleh O
2
dari BB pada K
2
ke BK pada K
3
. Peralihan kode disebabkan oleh kehadiran O
3
. Berhubung peralihan kode terjadi dari BB ke BK, alih kode itu dapat dikatakan berpola dari bahasa Bali ke bahasa Kaili.
6.3.2.4 Alih kode yang berpola dari bahasa Bali ke bahasa Bugis
Alih  kode  yang  berpola  dari  bahasa  Bali  ke  bahasa  Bugis  dapat  dilihat pada data berikut.
Data 11 Latar
:  Ruang tamu Topik
:  Bahasa Kaili Partisipan
:  Ketut Somanadi, etnis Bali 01 Tetangga, etnis Bali 02
Nukbah, etnis Kaili 03 O
1
:  1 … Tapi kalau bahasa Kaili Pak, di situ bilang, ‘Sema sanga miu?
„…  Tapi  kalau  bahasa  Kailinya  Pak,  di  situ  mengatakan  „Siapa namamu?
‟ :  2   Sakuya muni umuru miu?
„Berapa umurmu?‟ :  3   Sakuya muni ana miu?
„Berapa juga anakmu?‟ :  4   Keto, anak berturut-turut to.
„Begitu, orang berturut-turut itu.‟ :  5
Nakuya komiu? „Sedang apa kamu?‟
:  6 Keto ba, nak berturut-turut to
„Begitu sudah, orang berturut-turut itu.‟ O
2
:  7   Berturut-turut, oh O
3
:  8   Degaga harapang. „Tidak ada harapan.‟
O
1
:  9   Degaga harapang. „Tidak ada harapan.‟
Data 11 menunjukkan bahwa di Parigi ada seorang warga etnis Bali yang sangat menguasai BK. Bahkan, O
1
berusaha mengajarkan BK kepada tetangganya yang kebetulan berasal dari etnis Bali juga. Hal ini juga terlihat dari komunikasi
yang dilakukan oleh O
1
terhadap O
2
. Pada  awalnya  O
1
menggunakan  BI  yang  dicampur  dengan  bahasa  Kaili ketika  berbicara  dengan  O
2
.  Dari  caranya  berbicara  tampak  O
1
sangat  antusias mengajarkan  BK  pada  O
2
.  Hal  ini  tampak  pada  K
1
,  K
2
,  K
3
,  K
4
,  K
5
,  dan  K
6
.
Selanjutnya,  O
2
meresponsnya dengan menggunakan BI pada K
7
, Berturut-turut, oh
Peralihan  kode  terjadi  ketika  pembicaraan  sampai  pada  K
9
,  Degaga harapang
„Tidak ada harapan.‟ Alih kode itu dilakukan oleh O
1
dari BBC pada K
6
Keto  ba,  nak  berturut-turut  to „Begitu sudah, orang berturut-turut itu‟ ke bahasa
Bugis  pada  K
9
.  Hal  ini  sengaja  dilakukan  oleh  O
1
untuk  merahasiakan  sesuatu. Berhubung peralihan kode terjadi dari bahasa Bali ke bahasa Bugis, alih kode itu
dapat dikatakan berpola dari bahasa Bali ke bahasa Bugis. 6.3.3  Alih kode berdasarkan kelengkapan tutur
Berdasarkan  kelengkapan  tutur,  alih  kode  dapat  dibedakan  menjadi  dua macam, yaitu 1 alih kode dari tuturan yang lengkap ke yang tidak lengkap, dan
2 alih kode dari tuturan yang tidak lengkap ke yang lengkap. Kedua macam alih kode tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.
6.3.3.1 Alih kode dari tuturan yang lengkap ke tuturan yang taklengkap
Alih  kode  dari  tuturan  yang  lengkap  ke  tuturan  yang  taklengkap  dapat dilihat pada data berikut.
Data 12 Latar
:  Ruang tamu Topik
:  Keluarga Partisipan
:  Ketut Somanadi, etnis Bali 01 Abdul Samad, etnis Jawa 02
Nukbah, etnis Kaili 03 01  :  1
Selamat malam 02  :  2
Malam 01  :  3   Piye to kabare?
„Bagaimana kabarnya?‟
02   :  4   Kabare ya apik ae to. „Kabarnya ya baik-baik saja.‟
01  :  5   Anake Mas ning Sulawesi piro? „Anaknya Bapak di Sulawesi berapa?‟
02   :  6   Papatlah. „Empatlah.‟
01  :  7   Ning Bali ora enek? „Di Bali tidak ada?‟
02   :  8   Ora enek. „Tidak ada.‟
:  9   Ning kene wong tuane kabeh. „Di sini orang tuanya semua.‟
03  :  10   Bojone wong Sulawesi. „Istrinya orang Sulawesi.‟
01   :  11  Mas anake tanggal piro ning anu berangkate? „Pak, anaknya tanggal berapa berangkat?‟
02   :  12  Tanggal telu September. „Tanggal tiga September.‟
01  :  13   September. 02  :  14   Iyo.
„Ya.‟ 01   :  15  Jadi, karo sopo ning kono?
„Jadi, dengan siapa di sana?‟ 02   :  16  Kontingen Sulawesi Tengah.
Pada awalnya, O
1
memulai pembicaraan dengan menggunakan BI, seperti tampak  pada  K
1
,  Selamat  malam  Tuturan  O
1
direspons  oleh  O
2
dengan menggunakan  BI,  seperti  tampak  pada  K
2
,  Malam  Pada  umumnya  dalam  suatu peristiwa tutur O
2
mengikuti bahasa yang digunakan oleh O
1
. Jika O
1
memulainya dengan menggunakan BI, O
2
pun meresponsnya dengan menggunakan BI. Demikian  pula  tuturan  pada  K
3
dan  K
4
.  Jika  O
1
menggunakan  bahasa Jawa,  seperti  tampak  pada  K
3,
Piye  to  kabare? „Bagaimana  kabarnya?‟, O
2
pun meresponsnya dengan menggunakan bahasa Jawa pada K
4
, Kabare ya apik ae to
„Kabarnya  ya  baik-baik  saja.‟  Tuturan  pada  kalimat  berikutnya  pun  demikian, seperti tampak pada K
5
, K
6
, K
7
, K
8
, K
9
, K
10
, K
11
, K
12
, K
14
, dan K
15
.
Fenomena alih kode terjadi dari BJ pada K
11
, Mas anake tanggal piro ning anu  berangkate?
„Pak,  anaknya  tanggal  berapa  berangkat?‟  ke  BI  pada  K
13
, September.  Alih  kode  tersebut  menggunakan  tuturan  lengkap  dan  taklengkap.
Tuturan  lengkapnya  menggunakan  BJ,  sedangkan  tuturan  taklengkapnya menggunakan BI, seperti tampak pada K
11
dan K
13
. Tuturan  lengkap maksudnya unsur-unsur  yang  membentuk  klausa  tersebut  lengkap,  misalnya  ada  unsur  S,  P,
O,  dan  K,  sedangkan  tuturan  taklengkap  maksudnya  unsur-unsur  yang membentuk klausa tersebut taklengkap, misalnya hanya ada unsur S atau P.
6.3.3.2 Alih kode dari tuturan yang taklengkap ke tuturan yang lengkap
Alih  kode  dari  tuturan  yang  taklengkap  ke  tuturan  yang  lengkap  dapat dilihat pada data berikut.
Data 12 01  :  7   Ning Bali ora enek?
„Di Bali tidak ada?‟ 02   :  8   Ora enek.
„Tidak ada.‟ :  9   Ning kene wong tuane kabeh.
„Di sini orang tuanya semua.‟ 03  :  10   Bojone wong Sulawesi.
„Istrinya orang Sulawesi.‟ 01   :  11  Mas anake tanggal piro ning anu berangkate?
„Pak, anaknya tanggal berapa berangkat?‟ 02   :  12  Tanggal telu September.
„Tanggal tiga September.‟ 01  :  13   September.
02  :  14   Iyo. „Ya.‟
01   :  15  Jadi, karo sopo ning kono? „Jadi, dengan siapa di sana?‟
02   :  16  Kontingen Sulawesi Tengah.
Beberapa tuturan pada data 12 dimulai dengan menggunakan bahasa Jawa pada  K
7
,  K
8
,  K
9
,  K
10
,  K
11
,  K
14
,  dan  K
15
.  Hanya  K
12
menggunakan  bahasa  Jawa dicampur  dengan  BI.  Selebihnya,  tuturan  tersebut  menggunakan  BI,  seperti
tampak pada K
13
dan K
16
. Fenomena  alih  kode  terjadi  ketika  pembicaraan  sampai  pada  K
15
,  Jadi, karo sopo ning kono?
„Jadi, dengan siapa di sana?‟ Peralihan kode dilakukan oleh O
1
dari BI pada K
13,
September, ke BJ pada K
15
. Dengan kata lain, peralihan kode dilakukan oleh O
1
dari tuturan taklengkap pada K
13
ke tuturan lengkap K
15
.
6.3.4  Alih kode berdasarkan ruang lingkup peralihan