Perbedaan antara alih kode dan pinjaman borrowing Campur kode

2.3.6 Perbedaan antara alih kode dan pinjaman borrowing

Alih kode dan pinjaman perlu dibedakan dalam pilihan bahasa. Dalam alih kode unsur-unsur yang dialihkodekan, seperti klausa, kalimat tidak terintegrasi ke dalam bahasa dasar, tetapi unsur-unsur yang dialihkodekan itu berpindah secara total ke bahasa dasar atau bahasa lainnya. Dalam proses pinjaman borrowing, unsur-unsur seperti klausa, kalimat yang dipinjam sudah terintegrasi, baik secara fonologis maupun morfologis ke bahasa dasar Grosjean, 1982:146.

2.3.7 Campur kode

Nababan 1984:32 mengemukakan fenomena campur kode itu sebagai berikut. Suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa speech act tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu. Tindak bahasa yang demikian disebut campur kode. Jika dicermati pandangan Nababan tersebut, ternyata campur kode dan alih kode memiliki perbedaan. Kalau alih kode ada kondisi yang menuntut penutur beralih kode dan hal itu menjadi kesadaran penutur, sedangkan campur kode terjadi tanpa ada kondisi yang menuntut percampuran kode tersebut. Dibandingkan dengan pendapat Nababan tersebut, pendapat Fasold 1984:180 lebih tegas lagi dengan lebih mempertimbangkan faktor linguistik atau kebahasaan. Dia menyatakan bahwa campur kode adalah fenomena yang lebih lembut daripada fenomena alih kode. Dalam campur kode terdapat serpihan- serpihan suatu bahasa yang digunakan oleh seorang penutur, tetapi pada dasarnya ia menggunakan bahasa yang tertentu. Serpihan-serpihan itu berasal dari bahasa lain dan biasanya berupa kata, tetapi dapat juga berupa frasa atau unit bahasa yang lebih besar. Ciri yang menonjol dalam campur kode adalah kesantaian atau situasi informal. Dalam situasi formal jarang terjadi campur kode. Kalau terdapat campur kode dalam keadaan demikian, hal itu disebabkan oleh tidak adanya ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai itu sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa lainnya. Oleh karena itu, untuk menganalisis campur kode pada masalah nomor 4, penelitian ini menggunakan teori campur kode yang dikemukakan oleh Nababan.

2.3.8 Interferensi