xviii unsur yang berupa frasa. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata dapat dilihat
pada data 24 K
3
, K
1
, K
10
, data 18 K
8
, K
5
, K
6
, data 25 K
8
, data 26 K
3
, data 27 K
2
, K
5
, K
8
, K
10
, data 28 K
1
, K
2
, K
3
, K
8
, data 30 K
3
, K
6
dan penyisipan unsur-unsur yang berupa frasa dapat dilihat pada data 24 K
2
, data 26 K
2
, data 28 K
4
.
4.6.2 Sebab-sebab Terjadinya Campur Kode dalam Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi
Campur kode dalam penggunaan bahasa guyub tutur masyarakat Bali di Parigi disebabkan oleh beberapa faktor: 1 penutur kurang menguasai BBH. Hal
ini dapat dilihat pada data 24 K
5
, 2 kesetiaan yang tinggi penutur terhadap bahasa ibu. Penyebab tersebut dapat dilihat pada data 18 K
3
, dan 3 partisipan ingin mempertegas ujaran atau tuturan sebelumnya. Penyebab tersebut dapat
dilihat pada data 25 K
8
.
4.7 Interferensi dalam Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi
Interferensi dapat didefinisikan sebagai masuknya unsur serapan ke dalam bahasa lain yang bersifat melanggar bahasa yang menyerap. Dengan kata lain,
interferensi adalah masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain yang mengakibatkan pelanggaran kaidah bahasa yang dimasukinya, baik pelanggaran
fonologis, leksikal, maupun gramatikal.
4.7.1 Macam-macam Interferensi dalam Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi
Interferensi dapat terjadi pada semua komponen kebahasaan, baik pada tataran fonologi, leksikal, maupun gramatikal. Namun, interferensi yang terjadi
pada penggunaan bahasa guyub tutur masyarakat Bali di Parigi hanya ditemukan interferensi pada tataran leksikal dan gramatikal.
Interferensi pada tataran leksikal dapat dilihat pada data berikut.
a Bawa kemari jo, nanti saya yang antar. „Bawa kemari saja, nanti saya yang antar‟
b Sama le. „Sama juga.‟
Interferensi pada tataran gramatikal dapat dilihat pada data berikut. a Data 3
K
3
: Bayah ditu keto. Ane ngadaang pertemuane nake mayah. „Bayar di situ begitu. Yang mengadakan pertemuannya seharusnya
membayar.‟ b Begitu memang, harus antre dulu.
„Memang begitu, harus antre dulu.‟
4.7.2 Sebab-Sebab Terjadinya Interferensi dalam Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali di Parigi
Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya
interferensi dalam
penggunaan bahasa guyub tutur masyarakat Bali di Parigi adalah sebagai berikut:
xix 1 kesetiaan yang tinggi terhadap bahasa pertama, 2 pengaruh struktur bahasa
daerah ketika menggunakan bahasa Indonesia, 3 prestise bahasa sumber, 4 kedwibahasaan penutur, dan 5 kepentingan akan sinonim.
5. Temuan Baru
Hasil analisis data menemukan beberapa hal, seperti di bawah ini. 1 Bahasa Bali sebagai alat komunikasi intradaerah masih menjalankan
fungsinya, baik pada ranah pekerjaan, kekariban, agama, kesenian, maupun keluarga. Namun, penggunaan bahasa Bali pada ranah-ranah tersebut ada juga
yang dicampur dengan bahasa Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi sebab warga Bali di Parigi sudah lama hidup berbaur dengan etnis non-Bali, seperti
suku Kaili, Bugis, Jawa, dan Manado.
2 Bahasa Bali sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah belum menjalankan fungsinya secara maksimal sebab bahasa daerah yang digunakan sebagai
bahasa pengantar di sekolah-sekolah adalah bahasa Kaili sebagai bahasa lokal.
3 Dilihat dari segi usia, pilihan bahasa antaretnis pada kelompok remaja lebih dominan penggunaan bahasa Indonesia-nya dibandingkan dengan kelompok
dewasa. Namun, pilihan bahasa intraetnis pada kelompok remaja lebih rendah penggunaan bahasa Bali-nya dibandingkan dengan kelompok dewasa.
4 Dalam penelitian ini ditemukan 14 macam alih kode penggunaan bahasa guyub tutur masyarakat Bali di Parigi.
5 Selain macam-macam alih kode, dalam penelitian ini juga ditemukan 10 fungsi alih kode, 7 makna alih kode, dan 15 penyebab terjadinya alih kode
penggunaan bahasa guyub tutur masyarakat Bali di Parigi, Sulawesi Tengah. 6 Di samping fenomena kebahasaan berupa alih kode, dalam penelitian ini juga
ditemukan tiga penyebab terjadinya campur kode dan lima penyebab terjadinya interferensi penggunaan bahasa guyub tutur masyarakat Bali di
Parigi, Sulawesi Tengah.
6. Simpulan dan Saran 6.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1 Sebagian besar guyub tutur masyarakat Bali di Parigi memilih menggunakan
bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan etnis lain, baik pada ranah pekerjaan, kekariban, maupun agama. Hal ini membuktikan bahwa guyub
tutur masyarakat Bali di Parigi dapat digolongkan sebagai masyarakat bilingual. Artinya, selain menguasai bahasa Bali sebagai bahasa ibu, guyub
tutur masyarakat Bali di Parigi juga menguasai bahasa Indonesia. Selain itu, guyub tutur masyarakat Bali di Parigi lebih dominan memilih
menggunakan bahasa Bali ketika berkomunikasi dengan sesama etnis, baik pada ranah pekerjaan, kekariban, agama, kesenian, maupun keluarga. Hal ini
membuktikan bahwa guyub tutur masyarakat Bali di Parigi memiliki loyalitas kesetiaan yang tinggi terhadap bahasa daerahnya, yaitu bahasa Bali. Artinya,