Alih kode karena situasi

6.6.5 Alih kode karena situasi

Situasi sangat memegang peranan terjadinya fenomena alih kode. Jika situasi berubah dalam suatu peristiwa tutur, pilihan bahasa partisipan pun berubah. Hal tersebut dapat dilihat pada data berikut. Data 9 01 : 3 Dua puluh tahunan deriki? „Dua puluh tahun di sini?‟ 02 : 4 Tiang men tahun tujuh tiga deriki, kudang tahun ampun? „Saya sudah tahun tujuh tiga di sini, berapa tahun sudah?‟ 03 : 5 Berapa telurnya? datang 03 02 : 6 Empat, lima ribu. : 7 Deriki tahun tujuh tiga. „Di sini tahun tujuh tiga.‟ : 8 Nenek, bapak, ba sing nu dini, kasihan „Nenek, bapak, sudah tidak ada di sini, kasihan‟ Beberapa tuturan pada data 9 menggunakan BBC dan BI. Penggunaan BBC dapat dilihat pada K 3 , K 4 , K 7 , dan K 8 , sedangkan penggunaan BI tampak pada K 5 dan K 6 . Penggunaan BBC ternyata lebih dominan dibandingkan dengan penggunaan BI. Pada awalnya, O 1 menggunakan BBC, seperti tampak pada K 3 , Dua puluh tahunan deriki? „Dua puluh tahun di sini?‟ Tuturan O 1 direspons oleh O 2 dengan menggunakan BBC juga, seperti tampak pada K 4 , Tiang men tahun tujuh tiga deriki, kudang tahun ampun? „Saya sudah tahun tujuh tiga di sini, berapa tahun sudah?‟ Penggunaan BI baru muncul setelah pembicaraan sampai pada K 5 dan K 6 . Penggunaan BI itu disebabkan oleh situasi yang meliputi peristiwa tutur berubah, yaitu hadirnya orang ketiga. Dengan kata lain, perubahan penggunaan bahasa itu disebabkan oleh situasi yag melingkupi peristiwa tutur. Penyebab alih kode lainnya dapat dilihat pada data berikut. Data 5 01 : 4 Ada rezeki kita terima, syukur. : 5 Ada yang dimasak, syukur. : 6 Jadi manusia tidak pernah syukur, wah. 02 : 7 Bahaya 01 : 8 Saya tidak sarjana, tapi saya hanya belajar otodidak, baca buku, mendengar orang bijak, kalau diskusi kita catat. 03 : 9 Tiang pamit, nggih? datang 03 „Saya permisi ya?‟ 01 : 10 Mai wa, kenken bapanne seger? „Kemari Bibi, bagaimana bapaknya sehat?‟ 03 : 11 Keto dogen ba, nak rematik. „Begitu saja sudah, orang rematik.‟ 12 Sing taen kija-kija, jumah dogen. „Tidak pernah ke mana-mana, di rumah saja.‟ Beberapa tuturan yang terdapat pada data 5 dimulai dengan menggunakan BI, seperti tampak pada K 4 , Ada rezeki kita terima, syukur. Demikian juga K 5 , K 6 , K 7 , dan K 8 . Semuanya menggunakan BI. Alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K 10 , Mai wa, kenken bapanne seger? „Kemari Bibi, bagaimana bapaknya sehat?‟ Alih kode itu dilakukan oleh O 1 dari BI pada K 8 ke BB pada K 10 . Peralihan kode disebabkan oleh perubahan situasi, yaitu hadirnya O 3 . Dengan kata lain, hadirnya O 3 menyebabkan O 1 beralih kode dari BI pada K 8 , Saya tidak sarjana, tapi saya hanya belajar otodidak, baca buku, mendengar orang bijak, kalau diskusi kita catat, ke BB pada K 10 , Mai wa, kenken bapanne seger? „Kemari Bibi, bagaimana bapaknya sehat?‟ Jika diperhatikan secara saksama, O 3 pun beralih kode dari BBH pada K 9 ke BBL pada K 11 dan K 12 . Hanya saja penyebab terjadinya alih kode berbeda. Perbedaannya adalah O 1 beralih kode karena situasinya berubah, yaitu hadirnya O 3 dalam suatu pembicaraan, sedangkan O 3 beralih kode karena terpengaruh oleh O 1 yang menggunakan BBL dalam suatu pembicaraan. Oleh karena itu, O 3 beralih kode dari BBH pada K 9 , Tiang pamit, nggih? „Saya permisi ya?‟, ke BBL pada K 11 , Keto dogen ba, nak rematik „Begitu saja sudah, orang rematik.‟

6.6.6 Alih kode karena pembicaraan sebelumnya