Fungsi alih kode sebagai personal

01 : 3 Kaset dangdut, dangdut. 02 : 4 Oh, dangdut… sembilan belas. 01 : 5 Sing dadi tawahin? „Tidak boleh ditawar?‟ 02 : 6 Memang harga pas. 01 : 7 Baang kuang bedik, nah? „Berikan kurang sedikit, ya?‟ 02 : 8 Sudah pas hargane, sing dadi kuang. „Sudah pas harganya, tidak boleh kurang.‟ 01 : 9 Nyemak dua ne „Ngambil dua ini.‟ 02 : 10 Nyemak dua? „Ngambil dua?‟ Beberapa tuturan pada data 13 menggunakan BBC, BB, dan BI. Penggunaan BBC dapat dilihat pada K 2 dan K 8 . Penggunaan BB dapat dilihat pada K 5 , K 7 , K 9 , dan K 10 , sedangkan penggunaan BI dapat dilihat pada K 3 , K 4 , dan K 6. Alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K 8 , Sudah pas hargane, sing dadi kuang „Sudah pas harganya, tidak boleh kurang.‟ Alih kode itu dilakukan oleh O 2 dari BI pada K 6 , Memang harga pas, ke BBC pada K 8 . Berhubung alih kode itu mengakibatkan harga barang tidak boleh kurang, fenomena bahasa itu dapat dikatakan memiliki fungsi untuk menawar sesuatu. Maksudnya, tuturan pada K 8 itulah menyebabkan O 1 tetap membeli barang yang diinginkan.

6.4.2 Fungsi alih kode sebagai personal

Seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran disebut fungsi personal. Fungsi ini dapat dilihat pada data berikut. Data 10 O 1 : 1 … Anggona kue, nggih „… Dipakai kue, ya‟ O 2 : 2 Nggih. „Ya.‟ : 3 Apa le? „Cari apa?‟ O 3 : 4 Minyak kelapa, berapa? datang O3 O 2 : 5 Minyak, tujuh ribu, tujuh ribu. : 6 Ari, isi dulu minyak itu Nak Beberapa tuturan pada data 10 menggunakan BBC pada K 1 , BB pada K 2 , BK pada K 3 , BI pada K 4 , K 5 , dan K 6 . Penggunaan bahasa yang bervariasi itu sangat wajar karena situasinya memang menghendaki demikian, yaitu situasi takresmi. Alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K 3 , Apa le? „Cari apa?‟. Alih kode itu dilakukan oleh O 2 dari BB pada K 2 ke BK pada K 3 . Penyebabnya tiada lain karena hadirnya O 3 yang berasal dari etnis Kaili. Penggunaan BK oleh O 2 ternyata tidak diimbangi oleh O 3 . Bahkan, O 3 meresponsnya dengan menggunakan BI, seperti tampak pada K 4 , Minyak kelapa, berapa? Tidak menutup kemungkinan O 3 menggunakan BI karena dirinya merasa sedang berbicara dengan etnis lain. Oleh karena itu, O 3 menggunakan BI sebagai alat komunikasi antaretnis. Berhubung O 3 tidak terpancing menggunakan BK, O 2 pun beralih kode dari BK pada K 3 ke BI pada K 5 . Alih kode itu semata-mata untuk mengimbangi penggunaan BI oleh O 3 . Fungsi personal tampak ketika pembicaraan sampai pada K 3 Apa le? „Cari apa?‟ Tuturan O 2 pada K 3 jelas merupakan ungkapan perasaan untuk mengetahui apa yang dicari oleh mitra wicara, yaitu O 3 . Oleh karena itu, bahasa dalam alih kode itu dapat dikatakan memiliki fungsi personal. Fungsi personal lainnya dapat dilihat pada data berikut. Data 16 01 : 1 Jumei mokuya? „Untuk apa datang kemari?‟ 02 : 2 Datang basiara. „Datang pesiar.‟ 01 : 3 Impia komi narata? „Kapan kamu datang?‟ 02 : 4 Tadi. 01 : 5 Mapia manjili? „Kapan pulang?‟ 02 : 6 Hari Minggu. 01 : 7 Ri Palu riva komiu? „Kamu di mananya di Palu?‟ 02 : 8 Jalan Thamrin. Kutipan beberapa tuturan yang terdapat pada data 16 menggunakan BK pada K 1 , K 3 , K 5 , dan K 7 ; BC pada K 2 , dan BI pada K 4 , K 6 , dan K 8 . Penggunaan bahasa yang bervariasi sangat wajar karena situasinya takresmi dan dilakukan oleh dua sahabat karib. Fenomena alih kode terjadi ketika pembicaraan sampai pada K 4 , Tadi. Alih kode itu dilakukan oleh O 2 dari bahasa Kaili yang dicampur dengan BI pada K 2 ke BI pada K 4 . Fungsi bahasa dalam alih kode tersebut adalah keinginan O 2 menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikirannya kepada mitra wicara. Sehubungan dengan itu, bahasa yang digunakan oleh O 1 dapat dikatakan memiliki fungsi personal.

6.4.3 Fungsi alih kode untuk memperoleh pengetahuan