dari materi yang disampaikan oleh dosen. Hal ini dijelaskan dalam hasil observasi kelas. Dosen yang memberikan materi dengan pendekatan komunikatif mampu
memberikan pengetahuan atau pengalaman bagi mahasiswa. Pengetahuan atau pengalaman yang diberikan dosen berupa teknik membaca yang baik, meringkas
bacaan, dan merumuskan bacaan dengan bahasa sendiri. Hasil wawancara juga menunjukkan faktor ketertarikaan terhadap bacaan
menjadi faktor dominan untuk meningkatkan kemampuan membaca. Mahasiswa akan membaca bacaan ketika bacaan itu menarik. Hal ini dibuktikan dengan
ketika ada teman yang memiliki buku baru dan isi menarik, mahasiswa tersebut ingin membacanya. Faktor sosial ekonomi keluarga pun mempengaruhi hasil
angket faktor tinggi. Mahasiswa selalu diberikan uang untuk membeli buku meskipun pendapat orang tua terbatas. Selain itu, mahasiswa juga selalu membeli
buku di toko buku dan tidak pernah kesulitan ketika menginginkan sebuah buku. Lingkungan yang nyaman dan kondusif juga mempengaruhi angket faktor tinggi.
Ketika mahasiswa membaca jika lingkungan nyaman dan kondusif, hal tersebut sangat membantu mahasiswa dalam pemahaman bacaan.
4.7.2 Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
Penjabaran angket faktor membaca di atas tidak sesuai dengan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Mahasiswa diberikan tes kemampuan
membaca pemahaman untuk dapat melihat tingkatan kognitif mahasiswa dalam membaca pemahaman. Hasil tes menyatakan bahwa kemampuan membaca
pemahaman mahasiswa cukup. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 23 mahasiswa berada dalam rentang skor nilai tes 16-20 atau sebesar 40. Hasil tersebut
termasuk dalam kategori rendah karena tidak sesuai bagi mahasiswa calon guru bahasa Indonesia. Ketidaksesuaian hasil angket faktor membaca dengan hasil tes
kemampuan membaca ini didasari oleh tidak adanya kebiasaan membaca yang dimiliki mahasiswa.
Kebiasaan untuk mengatur jadwal membaca secara rutin tidak dimiliki mahasiswa. Padahal, kebiasaan membaca yang baik akan menjadikan mahasiswa
terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Tidak hanya itu minat baca mahasiswa pun rendah.
Mahasiswa cenderung tidak merasa aneh jika berpergian tidak membawa buku dan mahasiswa tidak memiliki minat untuk membaca buku kemana pun pergi. Hal
ini berkaitan dengan pendapat Rahim 2007:28 yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai minat baca kuat akan diwujudkan dalam kesediaanya untuk
mendapatkan bahan bacaan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Tidak hanya itu Tarigan 2008:107 pun juga sependapat dengan Rahim juga
mengatakan bahwa kegiatan membaca, peranan minat sangat penting. Tanpa adanya minat, seseorang kesulitan melakukan kegiatan membaca. Oleh karena itu
motivasi yang baik belum tentu memiliki minat baca yang baik. Jika mahasiswa mempunya motivasi baca yang baik seharusnya diimbangi dengan minat baca
yang baik pula. Selanjutnya, jika perasaan mahasiswa sedang galau dan kesehatan tidak
baik juga dapat menghambat pemahaman mahasiswa sehingga tidak dapat mengerjakan tes kemampuan membaca pemahaman dengan maksimal.
Mahasiswa juga tidak pernah membiasakan diri untuk membuat pertanyaan ketika